Skip to main content
Refleksi

Ingin Nyaman Damai, Malah Disuruh Kerja

18 June 2025 Ay Pieta No Comments

Yah, begitulah ‘Spiritual Murni SHD, ajaran spiritual yang memiliki karakter terbalik dengan dunia spiritualitas umum, yaitu transformatif, progresif dan revolusioner. Jadi, ya memang diajarkan untuk merevolusi diri agar bertransformasi secara progresif atau terus bergerak maju dalam pertumbuhan dan pengembangan kualitas diri. Diajarkan untuk menjadi manusia dengan mental yang kuat, emosi yang cerdas, raga yang selalu sehat, dan jiwa yang terus berevolusi.

Belajar Spiritual Murni SHD tidak mungkin mencetak manusia yang makin mager, makin malas, makin tidak suka berkarya, lebih senang seharian duduk diam menyendiri di pojokan dengan alasan, “Ssshhh, lagi meditasi/hening.” 

Maka dari itu, bagi yang berasumsi bahwa belajar Spiritual Murni SHD adalah tempat pelarian murah meriah gratisan, yang akan memudahkan terpenuhinya agenda egoistik, sudah pasti mengalami drama kekecewaan berseri karena harus kehilangan kompas egoistiknya.

Karakteristik Ajaran Spiritual Murni SHD akhirnya menjadi pertentangan yang lumayan langgeng antara kognitif pikiran sadar versus bawah sadar. Antara mengerti dan hafal teori bijak nan cantik yang diajarkan versus dorongan terkuat untuk menggapai cita-cita luhur mencari solusi instan bagi segudang problematika kehidupan, termasuk mencari nyaman damai sesuai idealitas pribadi.

Sesuatu yang dianggap lebih cepat memberikan kenyamanan dan rasa damai sesuai kriteria personal, akan dikejar semaksimal mungkin dengan cara apa pun dan rela mengorbankan apa pun. Kriteria personal selalu ditujukan kepada objek di luar diri yang dianggap akan memberikan rasa nyaman dan damai bagi diri. Lokus eksternal dengan dominasi bumbu ‘Sisi Gelap (shadows)’ sudah pasti mempengaruhi cara berpikir dan berperilaku, untuk mengejar bentuk nyaman damai sesuai preferensi personal.

Pada umumnya, ruang damai yang memberikan rasa nyaman diartikan sebagai:

  1. Alam sekitar yang asri, indah, syahdu, tanpa tantangan dan gejolak
  2. Orang di sekitar yang selalu memenuhi ekspektasi dan harapan 
  3. Hidup tanpa tantangan, tanpa kesulitan dan hambatan
  4. Situasi hidup berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan dan direncanakan.
  5. Hidup dikelilingi oleh lingkungan yang mampu memenuhi ekspektasi pribadi, pasangan nurut total, anak selalu patuh, tetangga selalu ramah dan rajin membantu, mertua selalu manis dan tidak menuntut, atasan selalu baik hati – tidak pernah menegur dan memberi banyak pekerjaan, rekan kerja yang selalu mau membantu meringankan pekerjaan, dan seterusnya.
  6. Hidup santai tanpa perlu kerja keras, bisa mager sesuka hati, tidak ada yang mengusik, namun semua kebutuhan materiel terpenuhi.
  7. Dan lain-lain, beragam prasyarat dan prakondisi ciptaan ego manusia.

Konsep ‘kedamaian’ sudah pasti dibentuk oleh pengalaman hidup yang penuh sisi gelap (shadows), terluka dan traumatis, disertai konsep budaya yang melekat kuat di lapisan kesadaran. Langganan melempem kayak kerupuk dan demotivasi kerap hadir karena kebutuhan dan tuntutan yang tidak tercapai. Mana damainya? Kok malah pedih? Kok malah tidak nyaman? Tidak nyaman berarti tidak damai, dong? Mau cari damai, kok malah harus bekerja terus? Tindakan yang dilandasi keterpaksaan, memang selalu memberikan rasa tidak nyaman, pemberontakan, protes, dan keluhan. Harapan akan imbalan yang tidak kunjung hadir menjadi drama hilangnya rasa nyaman damai yang selama ini dicari.

Bagi saya, setelah menjadi praktisi Meditasi/Hening Pemurnian Jiwa, rasa nyaman dan damai tidak tergantung oleh dinamika di luar diri, dan tidak tergantung dari gejolak sensasi pada tubuh. Dengan kepekaan yang  semakin tinggi, justru sensasi nyaman pada fisik seringkali merupakan pertanda ada yang tidak beres. Bagi saya, rasa nyaman dan damai merupakan situasi ketika saya mampu menjaga kestabilan meditasi/hening sepanjang hari. Nyaman dan damai adalah ketika saya mampu terus bermeditatif, ketika gerombolan dinamika dan problematika hadir di hadapan. Nyaman dan damai adalah ketika saya mampu menjaga kewarasan, sehingga bisa bekerja dengan lancar tanpa brebet dan otak ngebul. Nyaman dan damai adalah ketika saya mampu menjadi problem solver yang solutif dan efektif bagi segudang dinamika dan problematika kehidupan yang tidak pernah berhenti datang dan pergi. 

Kehilangan nyaman dan damai  justru ketika otak jadi bolot dan lemot akibat kesadaran menurun, sehingga pekerjaan terhambat dan banyak pihak terkena dampak kesadaran diri yang menurun.

Walaupun tubuh fisik terasa babak belur, selama saya mampu menjaga kestabilan bermeditatif, maka inilah standar kenyamanan baru dengan lokus yang telah dikalibrasi. Nyaman damai tidak lagi tergantung oleh keadaan di sekitar maupun sensasi fisik, tapi bergantung sepenuhnya pada kesadaran yang meditatif, dan seberapa jernih lapisan kesadaran dari ‘Sisi Gelap (shadows)’. Ketika saya merasakan impuls yang memancing gejolak, maka nyaman dan damai yang akan terusik dapat dikelola secara cepat, dengan cara terus menjaga kesadaran untuk bermeditatif. Dengan menjaga kesadaran untuk bermeditatif maka tidak mudah hanyut dalam gejolak dan impuls fisik yang destruktif.

Spiritual Murni SHD, memang begitulah adanya. Standar nyaman dan damaimu yang harus dikalibrasi sesuai dengan standar ajaran, bukan sebaliknya keras kepala mempertahankan konsep nyaman damai milik pribadi. Tujuan belajarmu yang harus dikalibrasi sampai ke titik yang paling ‘Jernih (Clarity of Purpose)’ agar selaras dengan benang merah berupa value tertinggi ajaran, bukan value personal yang egoistik. Tinggal memilih cocok atau tidak. Kalau cocok, ya, jalankan dengan sepenuh hati dan buang dulu agenda egoistiknya. 

Spiritual Murni SHD bukan alat untuk menyulap kesulitan hidupmu jadi lenyap. Tetapi, merupakan alat yang akan membantumu mengerti mengapa hidupmu penuh kesulitan dan bagaimana menjalankan hidup dengan lebih berkualitas.

Spiritual Murni SHD memang bertujuan untuk membangun manusia dengan karakter yang selaras. Bukan untuk mencetak pertapa di gunung yang mager dan malas berkarya, atau sebaliknya menjadi super rajin berkarya tapi berdampak destruktif di masa depan. Spiritual Murni SHD bertujuan untuk membangun manusia yang mampu hamemayu hayuning bawana, mengisi hidup dengan selaras, indah dan seimbang, serta berkontribusi positif bagi diri, lingkungan, bangsa bahkan dunia. 

Rasanya mustahil apabila hanya dilakukan dengan duduk sila memejamkan mata komat-kamit setel audio panduan sepanjang hari. Membangun diri dan dunia apakah bisa hanya dengan menjadi pertapa di gunung tanpa beraksi dan mencipta karya yang bermanfaat?

“We are the product of our consciousness state” ~ Pure Spirituality.

 

Ay Pieta
Pamomong dan Direktur Persaudaraan Matahari
18 Juni 2025 

Share:

Reaksi Anda:

Loading spinner
×

Rahayu!

Klik salah satu tim kami dan sampaikan pesan Anda

× Hai, Kami siap membantu Anda