Skip to main content
Refleksi

KEPEMIMPINAN DAN SPIRITUALISME, APAKAH DUNIA YANG BERBEZZA?

19 September 2024 Ay Pieta No Comments

Saya menemukan hal yang lucu bahwa anggota komunitas Persaudaraan Matahari (PM) yang jumlahnya sudah menyusut kena sapu eliminasi, dari 1200 menjadi 900 ini ternyata tidak banyak yang tertarik dengan workshop bertajuk kepemimpinan yang dibawakan oleh Guru Setyo Hajar Dewantoro (SHD). Padahal kalau kajian atau workshop bertema spiritual peminatnya pasti banyak.

Guru SHD sebagai guru di PM dan chairman di berbagai lembaga miliknya memang sering berganti casing sesuai peran yang sedang dijalani. Ketika membawakan topik kepemimpinan, beliau akan muncul dengan gaya yang sangat eksekutif. Nuansa klenik dan supranatural yang dikenal masyarakat umum sebagai nuansa spiritual lenyap, karena kain dan baju batik berganti dengan busana eksekutif internasional.

Padahal orangnya sama, topik yang dibahas pun tetap menjadi bagian dari ajaran spiritual murni. Tapi, minat anggota komunitas benar-benar rontok seiring dengan lepasnya atribut yang dianggap sebagai atribut supranatural, kesaktian, dan keberkahan.

“Duh, capek deh udah seharian kerja, lalu harus dengerin kuliah seputar pekerjaan lagi,” begitula pola pikir para Tim Pelari yang mencari suaka spiritual untuk tempat melarikan diri dari kejenuhan rutinitas dan dinamika kehidupan.

Semakin jelas bahwa Ajaran Spiritual Murni (SM) SHD memang berbeda dengan ajaran apa pun di luar PM.

Isu kepemimpinan ini bukan perkara pekerjaan kantoran saja, tapi isu yang holistik, mulai dari memimpin diri sendiri sampai dengan memimpin banyak manusia. Konsep ilusif dan kebutuhan akan pelarian dari rutinitas pekerjaan membuat isu kepemimpinan ini seperti dunia yang terpisah dengan spiritualitas. 

Ajaran SMSHD adalah spiritual murni yang mencakup seluruh aspek kehidupan, termasuk isu kepemimpinan. Teori dasar Ajaran SMSHD jelas sekali mengajarkan kita tentang bagaimana melatih keterampilan dalam seni memimpin diri sendiri. Melatih disiplin, ketulusan, kesungguhan, komitmen, ketangguhan, kesabaran, kerendahan hati, melatih diri agar tidak egois, dan lain-lain. Bukankah ini semua merupakan seni memimpin diri sendiri?

Ajaran SMSHD tidak lain adalah seni memimpin diri sendiri, mengambil alih kontrol diri yang tadinya malas meditasi, kemudian dengan tegas memutuskan untuk tidak malas meditasi. Yang tadinya gengsi untuk berendah hati, kemudian memutuskan untuk berendah hati. Ini semua jelas bentuk nyata sebuah seni kepemimpinan, yaitu memimpin diri sendiri.

Belajar Ajaran SMSHD adalah sebuah pekerjaan, karena kita semua sedang bekerja membersihkan diri dari sisi gelap, bekerja memurnikan jiwa raga atau dalam bahasa gaulnya disebut Shadow Work. Jelas sekali bahwa belajar SMSHD di PM bukan  tempat pelarian dan persembunyian dari dinamika kehidupan, tapi tempat bekerja membersihkan kotoran jiwa.

Mas Eko Nugroho sudah menuliskan artikel yang menjelaskan tentang Memimpin Diri Sendiri. (Makanya dibaca ya, kalau Mbak Admin PM memberikan materi belajar, jangan dianggurin). 

Mas Eko Nugroho menjelaskan betapa pentingnya menguasai seni memimpin diri sendiri dulu sebelum memimpin orang lain. Guru SHD mengajarkan ajaran SMSHD untuk mencetak manusia yang bebas dari sisi gelap agar dapat menjadi versi terbaik dan hidup sesuai Rancangan Agung. Kesuksesan memimpin diri sendiri dipastikan akan menjadi indikator kesuksesan dalam memimpin hal lain di luar diri, seperti keluarga, tim kerja, organisasi, dan lain-lain.

Kontroversi dari situasi umum dimana banyak yang mampu memimpin, tapi dengan basis sisi gelap yang pada akhir cerita pasti mencelakakan, contohnya keserakahan. Atau banyak yang berhasil menjadi pemimpin dalam pekerjaan dan mendapatkan berbagai penghargaan keren, tapi ternyata dibalik itu setiap bulan dirawat di rumah sakit dan mengidap penyakit berat, sebagai bukti bahwa pemimpin tersebut tidak mampu memimpin diri sendiri.

Inilah konsep dasar kepemimpinan yang diajarkan oleh Guru SHD, satu kesatuan dengan Ajaran SMSHD itu sendiri. 

Maka, buanglah jauh-jauh ilusi akan atribut spiritualis yang membuat teman-teman malas hadir dalam workshop bertema kepemimpinan, apalagi yang beranggapan keberkahan tidak bisa didapatkan melalui workshop bertajuk kepemimpinan.

Ilusi memang membutakan banyak kebenaran sejati dan membatasi cakrawala sudut pandang ya, maka dari itu ilusi termasuk dalam kategori sisi gelap yang harus disirnakan. 

Gimana mau tercerahkan kalau perkara atribut saja masih kuat mencengkeram dirimu?

 

Ay Pieta

Pamomong dan Direktur Persaudaraan Matahari

19 September 2024

 

Share:

Reaksi Anda:

Loading spinner
×

Rahayu!

Klik salah satu tim kami dan sampaikan pesan Anda

× Hai, Kami siap membantu Anda