
Kecanggihan organ otak manusia ternyata tidak bisa berjalan dengan sendirinya. Karena tanpa tata kelola yang tepat, kecanggihan otak malah bablas menjadi kekusutan nan kompleks, dan menjadi bumerang bagi kesehatan organ otak itu sendiri. Tanpa metode pengelolaan dan perawatan kesehatan otak yang holistik, maka akan menciptakan banyak sekali gejala degradasi fungsi otak – dari mulai gejala paling ringan sampai dengan penyakit berat.
Penyebab kekusutan memang dimulai dari minimnya kemampuan mengelola pikiran dan kesadaran. Berbagai metode diciptakan oleh para ahli untuk melatih kemampuan mengelola pikiran dan kesadaran, self-regulation, self-control, self-management, mind-management, dan sebagainya. Di ‘Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari’, teknik meditasi/hening penjernihan diri merupakan metode yang cespleng bagi tata kelola pikiran dan kesadaran dengan dampak yang holistik.
Dengan secara konsisten berdisiplin untuk berlatih, maka akan menciptakan keterampilan dalam menguasai diri yang biasa disebut dengan ‘Self Mastery’.
Pembentukan struktur fungsional jaringan saraf otak nan canggih ternyata bisa dimulai dari langkah pembiasaan atau disiplin. Yang bertugas untuk memilih bentuk disiplin apa yang akan dibangun, yang sehat atau yang tidak sehat, merupakan tugas dari kesadaran manusia. Membangun disiplin yang tidak menyehatkan tentu menjadi habit yang tidak konstruktif dan membentuk karakter yang destruktif bagi mental, emosi, dan fisik. Ternyata tanpa aksi dengan landasan kesadaran yang tepat, fungsi otak super canggih ini tidak bisa secara otomatis menyaring, mana habit yang destruktif dan mana yang menyehatkan untuk dipelihara. Otak hanya akan menangkap setiap impuls dan merekam informasi data mentah. Termasuk junk file yang tidak berguna pun akan diserap begitu saja, apabila kita tidak dengan sengaja menciptakan saringan kejernihan dalam berpikir dan berkesadaran.
‘Membangun Disiplin’ memang berdampak langsung pada jaringan saraf dan kemampuan neuroplastisitas pada otak manusia. Menurut para ahli, peningkatan neuroplastisitas pada otak adalah salah satu faktor penyangga kesehatan otak dan kecerdasan. Neuroplastisitas adalah kemampuan otak untuk mengubah struktur dan fungsinya, hasil respons terhadap pengalaman dan lingkungan. Plastisitas saraf atau plastisitas otak ini dapat berlangsung sepanjang hidup manusia. Yang membedakannya adalah kecepatan proses bekerjanya karena tergantung dari seberapa sehat kondisi jaringan saraf. Semakin tinggi kemampuan plastisitas, maka semakin besar kemampuan manusia untuk mempelajari hal baru, beradaptasi, dan memulihkan diri dari cedera.
Sneak peek sedikit tentang neuroplastisitas yang perlu kita pahami, yaitu:
- Neuropath di jaringan saraf kalau tidak dipakai, koneksi jaringan akan menjadi lemah (lupa, amnesia). Sebaliknya, semakin banyak dilatih/distimulasi, maka koneksi akan semakin kuat.
- Otak lebih mudah merekam stimulus yang berulang. Apabila stimulus tidak ‘menantang’, maka tidak akan terbangun jaringan baru. Stimulus yang dianggap penting akan lebih mudah memperkuat koneksi jaringan.
- Ketika konsisten berdisiplin membangun rutinitas baru, maka koneksi jaringan saraf di otak dapat menggantikan jaringan lama yang tidak diinginkan lagi.
- Jaringan dan konektivitas dapat berubah sepanjang hidup. Kondisi otak yang lebih fit, seperti pada otak manusia muda yang belum banyak terdegradasi akan bekerja dengan lebih cepat. Maka, rawatlah kesehatan organ otak agar tidak mendegradasi kesehatan saraf dan fungsi otak.
Inilah mengapa seringkali keterampilan yang berbeda bisa muncul di waktu yang berbeda. Peningkatan kualitas tergantung dari ketekunan dan konsistensi melatih disiplin untuk membentuk habit atau melatih keterampilan baru. Kekuatan intensi dan penempatan prioritas pun turut berpengaruh pada konektivitas jaringan saraf. Dan, tentu tergantung dari seberapa jernih kesadaran dalam memilih rutinitas apa yang menyehatkan dan berdampak positif secara holistik.
Contoh kebiasaan atau habit yang perlu dibuang adalah habit melamun dan berkhayal. Dengan intensi yang kuat, maka bisa dilakukan untuk segera menghentikan lamunan dan khayalan, tidak peduli seberapa besar kenikmatan dan kenyamanan yang dirasakan. Langkah ini bisa dilakukan dengan menggunakan akal yang sehat dan jernih. Tetapi, untuk dampak yang lebih permanen dan awet dalam waktu yang panjang, maka membutuhkan alat yang tepat, yaitu meditasi/hening penjernihan diri.
Dengan menjernihkan akal dan kesadaran, maka bisa dipastikan kestabilan pembentukan jaringan dan koneksi baru yang lebih sehat dan konstruktif.
Yang saya alami, proses penyaringan terjadi ketika (ofkorslah, ya) bermeditasi/hening penjernihan diri yang dilakukan dengan tepat. Sehingga Sang Kesadaran mampu memfilter mana rutinitas dan disiplin yang menyehatkan dan perlu diasah agar semakin kuat. Dengan mengelola pola berpikir dan kejernihan kesadaran, akan membentuk konektivitas pada jaringan saraf yang sehat, kuat dan stabil. Sekaligus membuang dan mencegah proses represi junk file atau data sampah yang tidak berguna masuk lebih dalam ke kesadaran. Kecanggihan fungsi otak manusia ternyata perlu dikelola dan dirawat dengan cara yang tepat melalui upaya berkesadaran, karena otak tidak bisa memfilter secara mandiri – mana yang menyehatkan dan mana yang menyebabkan kerusakan. Bahkan, tidak mampu menyetop secara otomatis impuls yang merusak jaringan dan organ itu sendiri.
Maka, proses ‘Detoksifikasi’, declutter dan ‘Menyembuhkan Diri’ dari koleksi ‘Sisi Gelapnya (shadows/darkside)’, menjadi mutlak dibutuhkan bagi kestabilan kesehatan otak. Melalui metode nan praktis, yaitu merevolusi sikap dibarengi dengan ketekunan bermeditasi/ hening penjernihan diri, supaya dampaknya menyeluruh dan permanen awet sampai waktunya tiba cus ke dimensi lain.
“Life is 10% what happens to us and 90% of how our consciousness responds to it.” ~ Sigma Lifestyle
Ay Pieta
Pembimbing dan Direktur Persaudaraan Matahari
3 Agustus 2025
Reaksi Anda: