Belajar dan cocok dengan teori dasar ajaran adalah satu hal, sementara aplikasi dan menjalankan proses pemurnian adalah seratus hal lainnya, dan memastikan konsistensi akan ketepatan perilaku adalah seribu hal lainnya.
Begitulah Ajaran SMSHD memang bukan ajaran biasa dengan standar suka-suka yang mengutamakan hasrat egoistik.
Tidak mungkin menjadi ahli meditasi metode ini apabila hanya bermodalkan senang dengan teorinya saja tanpa praktik dan membuktikan perilaku yang tepat.
Standar yang diberlakukan akhirnya seperti standar langit karena terasa nun jauh di awang-awang dan selalu didramatisasi seperti mimpi yang sulit dikejar dan penuh penyiksaan yang tidak manusiawi.
Padahal hanya diajarkan menikmati nafas, bersyukur, merasakan kasih murni di relung hati, dan pelan-pelan melebur sisi gelap. Tidak pernah diminta tidak makan – tidak minum – tidak tidur berhari-hari, tidak pernah diajarkan kum-kum (terj: berendam) di laut tengah malam, tidak pernah diminta menyiapkan sajen uborampe dan persembahan, tidak ada ritual aneh-aneh, tidak pernah diminta menjilat besi panas, tidak diminta mematahkan besi, tidak pernah diminta meditasi di kuburan keramat, dll.
Dalam Ajaran SMSHD tidak ada syarat seperti itu, benar-benar hanya diajarkan menikmati nafas natural dan bersyukur, diajarkan menjalankan hidup penuh sukacita dan tetap bahagia apa pun bentuk kehidupan yang dimiliki.
Sebenarnya sebagian besar murid Guru SHD sudah tahu kalau menjalankan hidup dibarengi sisi gelap adalah penderitaan yang melelahkan, rasanya tidak enak dan tidak nyaman.
Sudah tahu kalau terjebak spektrum emosi adalah samsara yang melelahkan, sudah tahu kalau ngambek dan baperan itu melelahkan, sudah tahu kalau gampang emosi membuat tubuh tidak sehat dan mudah terjangkiti penyakit, sudah tahu kalau egois, kompetitif, dan ambisius membuat diri burnout, sudah tahu kalau hidup penuh ketakutan dan stres akan menurunkan imunitas dan mudah sakit, sudah tahu kalau hobi berkhayal tidak akan membuat hidup menjadi maju, sudah tahu kalau senangnya instan bukan karakter Ilahi, sudah tahu kalau penuh hasrat egoistik tidak akan bisa bermeditasi metode SMSHD, dan seterusnya.
Tapi walaupun sudah tahu, sudah mengerti, dan sudah mengalami sendiri beragam roda samsara itu, banyak yang tetap memilih jalur yang jelas akan membawa kepada derita. Banyak yang lebih senang dengan jalur roda samsara, jalur instan, jalur ngambekan, jalur kabur, jalur pencitraan, jalur server kiri, jalur puk-puk manja, dan berbagai jalur nahkoda kapal oleng lainnya alias jalur nyasar ke server kiri.
Saya selalu menjadi tertuduh penyebab semakin rempongnya cara belajar di Persaudaraan Matahari (PM), terutama para murid orde lama yang sudah lama belajar dan sulit meninggalkan gaya belajar orde lama. Gaya belajar yang dianggap lebih menyenangkan namun terbukti tidak membuahkan hasil sesuai standar langit Ajaran SMSHD. Cara belajar lama yang sangat sesuka hati dan penuh metafisika galore tanpa hasil nyata ini memang telah ditingkatkan dengan cara belajar yang lebih serius dan penuh kesungguhan, sehingga menyebabkan banyak yang kesal karena zona kesenangannya tercerabut.
Aksi ngambek dan protes dengan berbagai bentuk terus digaungkan dan banyak yang akhirnya protes permanen. Bahkan banyak juga yang melarikan diri dari proses pemurnian jiwa karena merasa menjadi manusia beroda samsara yang tidak peduli akan keselamatan jiwa lebih menyenangkan ketimbang menjadi manusia berkesadaran yang jiwanya berevolusi.
Sebenarnya perubahan metode belajar ini terpantik dari hasil yang zonk, jauh dari tujuan Ajaran SMSHD itu sendiri.
Ketika diberikan kebebasan yang maksimal dalam belajar, ternyata hasilnya adalah kengawuran yang maksimal dan menjauh dari tujuan ajaran, yaitu pemurnian jiwa.
Kebebasan cara belajar yang diberikan terbukti mencetak scholars yang tidak serius dan tidak sungguh-sungguh belajar. Maka, akibat perilaku kolektif yang malah melenceng dari tujuan ajaran, metode belajar ditingkatkan agar kembali kepada esensi ajaran sehingga hasilnya pun meningkat.
Standar langit ini bukan saya yang mau dan bukan saya juga yang menciptakan. Wong saya juga kena standar ini sejak pertama belajar tahun 2019.
Saya adalah produk dari aplikasi standar langit Ajaran SMSHD dan ternyata satu-satunya yang punya skor kesungguhan belajar 4/10 saat itu.
Dikala yang lain masih sangat terlena dengan hura-hura metafisika galore, saya sudah sangat tekun berlatih teknik meditasi/hening yang tepat, bahkan menjadi jernih secara energi (dalam parameter SMSHD kejernihan energi 100%) adalah hal yang mutlak wajib dicapai sehari-hari. Apabila kejernihan tubuh energi belum 100%, maka saya belum diperbolehkan bekerja dalam ruang lingkup pembelajaran Ajaran SMSHD.
Di masa ini memangnya ada yang diberikan standar setinggi itu? Bukankah standar yang harus saya penuhi di masa lalu lebih tinggi ketimbang standar yang diberlakukan di masa ini?
Jadi jelas bahwa sayalah yang paling dulu kena KPI standar langit ketimbang yang lain. Maka jangan berprasangka standar langitan ini terjadi gara-gara saya karena saya hanya mengikuti laju gerbong kereta pemurnian jiwa Ajaran SMSHD. Konsekuensi dari mengikuti gerbong pemurnian jiwa SMSHD ini pilihannya hanya dua: maju terus atau jeblok paripurna. Tidak ada pilihan untuk menjadi camper yang mager dan senang zona nyaman.
Pilihannya hanya ada quitter yang gampang melempem kayak krupuk kena angin atau climber yang tangguh, namun sukacita dalam berjuang menaiki tangga kesadaran.
Akibat tingkat kesadaran Guru SHD yang terus melaju, otomatis semua standar akan terus meningkat mengikuti parameter tertinggi, yaitu kesadaran Guru SHD itu sendiri. Semakin tekun meditasi/hening, semakin setia dengan titah Tuhan dan semakin murni jiwa, maka tingkat kesadaran akan terus melaju semakin tinggi sehingga standar parameter akan ikut bergerak menyesuaikan. Begitu terus tidak ada habisnya, sampai entah kapan dan tidak terhingga.
Begitulah sebuah KPI standar langit hadir diantara kita, para scholar Ajaran SMSHD. Tentu standar ini hanya berlaku internal karena masih terlalu asing dan ngawang bagi umat manusia yang kadung terlena dalam standar server kiri.
Bakat spiritual yang besar maupun kecil semestinya bukan jadi alasan untuk membenarkan hasil belajar yang jauh dari KPI standar langit. Justru dengan dibukanya Program Aksel Kosmik ini, sebenarnya semua varian bakat spiritual diberi kesempatan untuk mempercepat proses evolusi jiwanya.
Ay Pieta
Pamomong dan Direktur Persaudaraan Matahari
23 Desember 2024
Reaksi Anda: