Skip to main content
Refleksi

Mau Jadi Penonton Atau Aktor?

16 July 2025 Ay Pieta No Comments

Ada peta mental dengan pola yang mirip ketika kita menanam jejak ‘Sisi Gelap (shadows)’ yang tidak pernah diproses dengan meditasi/hening pemurnian jiwa. Langkah rajutan karma dan jatem (jatuh tempo) bom waktu hadir pada momentum yang tepat sesuai matematika Hukum Semesta, tidak peduli seberapa rapi rencana yang dirancang. Mencermati drama yang utuh dan berulang rasanya seperti nonton film – bagaimana manusia mulai merajut lingkaran malaikat maupun setan dan kemudian ngunduh wohing pakarti sesuai apa yang dirajut.

Dalam arena belajar ‘Spiritual Murni SHD, tata tertib dan metode belajar malah menjadi bahan eyel-eyelan nan dramatis yang tiada berujung. Berbeda dengan pendidikan akademik dimana setiap murid akan menghargai kurikulum dan tata tertib yang berlaku, minimnya rasa menghargai sebuah metode pendidikan malah jadi bahan drama berlabel trust issue antara guru dan murid. Mungkin memang begitulah adanya ketika manusia memilih kurikulum ‘Sekolah Kehidupan di Planet Bumi, yang berimbas kepada durasi belajar. Kelulusan bisa saja dicapai di satu fase kehidupan, maupun berkali-kali fase kehidupan. 

Tidak ada sistem drop out dalam universitas kehidupan bersama Alam Semesta ini, yang ada hanyalah menunda kelulusan, menunda pertumbuhan dan menunda evolusi.

Narasi drama mirip dengan kisah telenovela yang penuh khayalan indah di awal lalu berakhir dengan angkara dan nestapa karena mimpinya indahnya tidak terpenuhi. Di setiap gejala, punya potensi perbaikan yang sama besarnya, tergantung dari niat dan kemauan. Apakah mau berendah hati untuk melangkah pada perbaikan atau lebih senang melanjutkan narasi film.


Film Season 1

Keinginan untuk serius belajar —> selalu disertai oleh jatah kasbon berupa boosting —> sehingga walaupun belum tekun dan konsisten meditasi/hening, masih belum paham ajaran, masih malas dan on-off —> parameter evaluasi tampak baik akibat jatah kasbon boosting saja —> diberikan sebagai modal agar belajarnya lebih mudah dan lancar —> biasanya merasakan banyak keajaiban dan anugrah tanpa effort meditasi/hening yang memadai —> semangat dan aktif dalam banyak kegiatan —> diberi peran —> mendapatkan tambahan jatah kasbon boosting —> parameter evaluasi turut meningkat, walaupun kualitas dan kuantitas meditasi/hening belum meningkat —> sehingga semangat menjalankan peran —> mendapatkan banyak manfaat yang menyenangkan, banyak pujian, diberi panggung, banyak fasilitas dan kemudahan —> mulai bablas dalam zona nyaman, ambisi, obsesi, dan terjangkiti ‘PMS, yaitu merasa parameter evaluasi sudah baik sehingga tidak perlu meningkatkan kualitas dan ketekunan meditasi/hening —> rajutan lingkaran malaikat mulai brebet —> jatah kasbon menurun —> mulai brebet dalam mengemban peran, sehingga mulai banyak kesalahan dalam bekerja —> intensitas teguran meningkat —> mulai baperan dan tidak mampu mengatasi dengan meditasi/hening, hanya ditepis dengan teori bijak —> makin banyak kebenaran tersingkap, makin banyak topeng yang copot —> makin banyak konflik sana dan sini —> makin panen sisi gelap —> makin susah dan malas meditasi/hening —> makin banyak diberi umpan balik yang tidak menyenangkan ego —> ofkros makin banyak baper merasa selalu salah dan ketakutan sendiri 

Film Season 2

—> meditasi/ hening makin spaneng —> parameter evaluasi makin melorot turun —> lingkaran malaikat makin menipis —> jatah kasbon menipis —> panen lebih banyak sisi gelap (shadows) —> makin ambisi dan obsesi ingin cepat waras kembali —> makin mengharapkan quick fix, bantuan dan sulap simsalabim —> makin spaneng dan susah meditasi/hening —> parameter evaluasi makin melorot —> makin frustasi dan drama bingung, mana yang perlu diberesin duluan —> makin banyak ketakutan dan mencurigai teman karena takut perbuatan buruknya dilaporkan —> cari teman curhat untuk pembelaan diri dan puk-puk —> makin banyak prasangka dan tukar info yang tidak tepat —>  tentu makin habis jatah kasbon boosting —> yah jatem, deh —> LoC jeblos 

Film Season 3

—> baper drama makin menjadi-jadi —> meditasi makin susah —> boosting sebesar apa pun tidak ngefek —> makin panen sigel —> pekerjaan makin terbengkalai dan kinerja makin ambyar —> makin banyak ditegur, ya, makinlah baper mentok langit —> makin drama merasa korban, sudah berusaha tetapi tidak dihargai, merasa tidak dibantu, merasa sudah banyak berkorban tapi tidak mendapatkan imbalan, merasa selalu salah (padahal ya, emang salah) —> mulai kehilangan peran — > mulai cari-cari kesalahan dan menyalahkan orang lain —> makin kusut dengan narasi pembenaran hiperbola, termasuk menyalahkan ajaran dan gurunya —> loc makin bantet — > makin cari-cari kesalahan dan mengumpulkan dukungan moral — > mulai berkonspirasi dengan sesama ‘korban’ yang merasa tersakiti —> bom nuklir momentum jatem —> bye 

Film Season 4

Belum selesai sampai di situ, sementara kami sibuk berkarya dan menjaga kestabilan kejernihan dan kesadaran, pihak yang merasa terzalimi akan lanjut —> cari teman sebanyak-banyaknya untuk membenarkan diri dengan menghasut sana-sini —> ada yang menyesal, tapi keburu tengsin dan gengsi —> ada juga yang sok netral menanti peluang terbaik bagi agenda pribadinya —> masing-masing pihak menanti jatem ngunduh wohing pakarti sesuai apa yang dirajut.

Skenario film ini bisa banget dijadikan bahan refleksi diri, identifikasi posisimu ada di season yang mana. Saya sih lebih senang belajar ketika masih berjatah jadi penonton, banyak berefleksi diri dan segera perbaiki agar tidak ikutan menjadi aktor. Tips yang saya jalankan selama ini adalah menjaga akal yang jernih, pastikan banyak meditasi/hening, memilih sikap yang tepat, tidak menyia-nyiakan momentum dan pastikan memilih jalur diskusi terbuka dengan pihak yang sudah jelas lebih jernih.

“Living is not enough; we must be conscious.” ~ Pure Spirituality

 

Ay Pieta
Pamomong dan Direktur Persaudaraan Matahari
16 Juli 2025

Share:

Reaksi Anda:

Loading spinner
×

Rahayu!

Klik salah satu tim kami dan sampaikan pesan Anda

× Hai, Kami siap membantu Anda