Skip to main content
Refleksi

MEDITASI SMSHD – SIMPLE ATAU RUMIT?

15 January 2025 Ay Pieta No Comments

“Meditasi SMSHD – simple atau rumit?”

Jawaban bagi pertanyaan sederhana ini tentu bisa berbeda berdasarkan beragam sudut pandang.

Bagi saya simple banget. Jawaban dari sudut pandang seorang praktisi yang pernah icip-icip metode lain, kemudian menemukan metode terbaique. Tidak perlu pakai syarat, tidak pakai rituals, tidak perlu pakai uborampe, tidak perlu pakai aksesoris, dan alat yang mahal-mahal, tidak perlu laku prihatin, tidak perlu punya bakat supranatural mata ketiga, tidak perlu ngumpet di gunung keramat, tidak perlu meninggalkan pekerjaan, tidak perlu kesemutan duduk sila berjam-jam, tidak perlu menyendiri di gua, dan seterusnya. Modalnya bisa bernafas, tidak pingsan, dan tidak tidur, lalu rilekslah supaya nafas naturalnya bisa dirasakan terus menerus. 

The power of simplicity. Menemukan metode meditasi ini rasanya pengen teriak, “Naaaah, ini baru namanya meditasi, dari dulu ke mana aja, nggak pernah nemu meditasi yang kayak beginian?”

Tapi, memang dibalik metode yang sederhana itu ada variabel teknis yang harus dipenuhi, yaitu ketulusan, kesungguhan, kepasrahan, kerendahan hati, ketekunan, konsistensi yang membutuhkan ketangguhan, komitmen, dan disiplin. 

Bagi saya, variabel teknis ini sangat logis dan menyenangkan sehingga tidak pernah menganggap variabel itu sebagai drama kerumitan. Bagi saya, mendingan diminta untuk bersungguh-sungguh dalam ketekunan dan konsistensi bermeditasi dengan cara yang simple ketimbang harus pakai syarat laku prihatin atau ritual aneh lainnya yang jelas membuat tubuh fisik menderita.

Lain halnya bagi para penggemar solusi instan yang sudah kadung kelelahan mengejar angan-angan egoistik yang tidak kunjung hadir sebelum bergabung untuk belajar ajaran Spiritual Murni Setyo Hajar Dewantoro (SMSHD). Dalam sudut pandang pemburu solusi instan ini, teknik meditasi SMSHD memang dianggap super rumit dan belum juga berusaha sudah menganggap proses belajar menjadi melelahkan penuh derita. 

Variabel teknis yang dibutuhkan ternyata bertentangan dengan budaya spiritualisme pada umumnya, yang mengedepankan hasrat egoistik sebagai kompas. Ajaran SMSHD memang bertolak belakang dengan budaya spiritualisme yang kompasnya adalah hasrat egoistik. 

Oleh sebab itulah Ajaran SMSHD disebut spiritual yang murni dengan tujuan mencetak manusia yang berkesadaran murni atau menjadikan jiwa terbebas dari sisi gelap, menjadi jiwa yang murni.

“Diberi anugerah malah mikirin musibah.” ~ SHD  

Meditasi/hening yang dilakukan dengan intensi tidak tulus dan penuh agenda egoistik, bukanlah meditasi/hening SMSHD. Meditasi/hening SMSHD justru mengajarkan yang sebaliknya, yaitu mengajarkan untuk tulus dalam bermeditasi/hening. Bukan malah mengejar hasil dengan ambisi, bukan malah membenarkan kemalasan karena maunya instan. Meditasi/hening SMSHD pun mengajarkan untuk berendah hati, bukan malah memelihara kesombongan karena merasa sudah menjadi ahli bermeditasi di tempat lain. 

Meditasi/hening SMSHD pun mengajarkan untuk tekun dan konsisten dalam ketangguhan, bukan malah konsisten dan tangguh dalam menjaga agenda egoistiknya.

Semua hal dalam Ajaran SMSHD memang serba terbalik dan menimbulkan banyak drama berseri selama masa adaptasi memasuki arena pembelajaran SMSHD. Lelah dan bosan pun menjadi keluhan numero uno sebagai dampak dari niat belajar yang tidak tulus, sehingga mudah sekali melempem ketika agenda egoistiknya tidak segera terpenuhi. 

Manusia memang seringkali ajaib karena lebih memilih jalan penuh derita dan drama nestapa mengikuti syarat dan ritual yang aneh demi kepentingan egoistik, ketimbang diberi pilihan yang jelas lebih ringan dan mudah, hanya saja tidak mungkin memenuhi kepentingan egoistik. 

Jadi, masalahnya ada pada kepentingan egoistik yang masih menjadi kompas dan menggeret kesadaran, juga pola pikir perilaku selalu balik terus ke arah server kiri. Padahal anugerah besar terbentang dengan sangat nyata untuk dinikmati oleh semua makhluk.

“Diberi anugerah malah mikirin musibah.” ~ SHD

Kalimat pentungan Guru SHD ini sama seperti learn the hard way’ yang sering saya ungkapkan ketika nonton drama proses belajar teman-teman yang saya bimbing. Sudah diberikan kemudahan dan pilihan cara belajar yang lebih ringan, tetapi memilih cara yang membuat diri sendiri lebih menderita, bahkan menggeret pihak lainnya ikut berbagi penderitaan. 

Sudah diberi banyak hint(contekan) dalam umpan balik agar ndang cepet diperbaiki, eh malah memilih mempertahankan kengeyelan demi memuaskan kemalasan dan mempertahankan upaya untuk mendapatkan manfaat yang banyak, tanpa ada kemauan untuk berusaha yang terbaik sesuai apa yang diajarkan. Akhirnya, banyak yang menuai jatuh temponya (jatem) karmanya sendiri sebagai bukti nyata bekerjanya Hukum Semesta di Jagat Raya.

“Diberi anugerah malah mikirin musibah.” ~ SHD

Jadi mau memilih simple atau rumit? Learn the hard way atau easy way? Semua bisa memilih pilihan yang selaras maupun sebaliknya. Masing-masing pilihan sepaket dengan konsekuensi yang mutlak harus dihadapi dan dijalankan. 

Meditasi SMSHD akan menjadi simple atau rumit tergantung pola berpikir akan arah kompas yang diyakini dulu. Tinggal dicek apakah kompasmu berupa kepentingan egoistik atau Kebenaran Sejati

 

Ay Pieta
Pamomong dan Direktur Persaudaraan Matahari
14 Januari 2025

Share:

Reaksi Anda:

Loading spinner
×

Rahayu!

Klik salah satu tim kami dan sampaikan pesan Anda

× Hai, Kami siap membantu Anda