Skip to main content
Refleksi

Memasuki Dunia Baru

12 October 2024 Nenden Fathiastuti No Comments

Masih fresh banget saya menapaki kesadaran di titik 500 ini. Masih oyag-ayig tentunya, belum stabil ajek berbulan-bulan, di mana saya bisa menemukan titik keseimbangannya sendiri yang pas, termasuk menaklukkan lubang-lubang jebakan yang akan membuat terperosok. Masih beradaptasi ketika tadi pagi tetiba kesundul ke 600, rasanya masih awang-awangan, separuh terbang, ringan dengan pandangan yang jauh lebih jernih melihat sekeliling. Tubuh lebih peka, begitu juga level baper nyaris nol, kecolek dikit pun langsung sadar, dan lebih bisa mengontrol diri ketika akan merespons sesuatu.

Saya nyadar ini boosting-an, dan terkonfirmasi ketika tadi saya tanyakan di Sagrada Center (SC), grup gemblengan intensif Guru SHD. Seandainya bisa memilih, inginnya bisa menaiki tangga-tangga kesadaran ini setapak demi setapak. Seperti sebelumnya yang merambat dari 10 poin, 15 poin, terus pelan-pelan, dan berada di kuadran antara dua titik pada periode tertentu sampai saya menemukan pijakannya yang lebih baik, dan bisa beneran naik. Namun tentu saja boosting-an Guru Setyo Hajar Dewantoro (SHD) ini adalah anugerah, mencicipi kesadaran di level berikutnya, yang idealnya tentu dipertahankan dengan kualitas hening yang lebih baik dan durasi hening yang lebih rapat. Itu wajib. Tak selalu berhasil, tapi saya berusaha melakukannya karena saya butuh. Ingat pembelajaran dari Mbak Ay untuk selalu melihat paket tanggung jawabnya dulu dari setiap kenaikan kesadaran dibanding euphoria, karena merasa berhasil meraih pencapaian yang keren. “Whew… hasil boosting-an aja, kenapa kudu sombong?” Nah, lho. 

Si kesombongan ilusif, Sisi Gelap (Sigel) babon saya masih nongkrong, nyelip di berbagai hal yang berhasil saya titeni di keseharian, hasrat ingin pamer dan cari perhatian (caper) jujur masih ada. Cuma bedanya kali ini saya sadari dan catat momennya (waktunya kadang lupa), “Oh ini sombongnya kumat, nah hasrat capernya jedul.” Akui, sadari, dan berhenti untuk tidak hanyut. 

Nenden liberation moment

Ketika belakangan kemampuan channeling saya kembali lagi, dan berjatah untuk bisa ngobrol lagi dengan beliau-beliau (makhluk cahaya) itu dan mendapatkan pesan-pesan langit yang selalu saya validasikan ke Guru SHD. Saya langsung waspada, ingat pembelajaran kejebolan saya beberapa bulan lalu akibat sombongnya melambung tinggi merasa hebat dan keren, gegara jatah talenta ini. 

Saya titeni diri saya 1-2 hari ini, “Oh ya, masih ada kesombongan itu; makin tipis, syukurlah, dan sudah bisa mengendalikan.” Ada, diakui, disadari, namun bersyukur sudah bisa lebih adem dalam mengelolanya. Gejolak euphoria seperti dulu, wis ndak ono. Saya menyadari ini jatah peran, kontribusi saya dalam perjuangan ini, seperti juga Mbak Ay, Mas Komeng, dan teman-teman lainnya yang berjatah. Tidak ada yang istimewa, apanya yang mau disombongkan? Perlu pengakuan? Masih nyalahin luka batin yang itu-itu lagi? Udahan ah dramanya, malu. 

Saya masih beradaptasi, rasanya kayak masuk dunia baru. Hal yang dulu saya sering dengar cerita dari Mbak Ay tiga tahun lalu, hi hi. Ada banyak AHA moment juga yang baru saya temukan, dan me-recall pengalaman-pengalaman yang diceritakan oleh Mbak Ay dulu dan sekarang saya alami. Butuh tiga tahun ternyata untuk saya memahami secara otentik. Beruntung dari dulu pun saya ndak pernah menolak bagian ini, hanya merespons kagum dengan netral, “Oh bisa gitu ya, wow ajaib ya. Beneran kayak Marvel, gitu.” Dan setelah itu lupa, menguap tertimbun beragam hal lainnya. Dan, tetiba belakangan ter-recall dengan sendirinya ketika ada hal-hal yang saya temukan dan alami sendiri. Segera dituliskan dalam refleksi yang lebih utuh. Matur nuwun Gusti, matur nuwun Mas Guru, Mbak Ay atas bimbingannya selalu, yang saya colekin setiap saat, hi hi.


Nenden Fathiastuti
CEO The Avalon Consulting dan Leader di Persaudaraan Matahari
9 Oktober 2024

Share:

Reaksi Anda:

Loading spinner
×

Rahayu!

Klik salah satu tim kami dan sampaikan pesan Anda

× Hai, Kami siap membantu Anda