Skip to main content
Refleksi

MEMBERKATI ORANG TUA DENGAN MEDITASI METODE SHD

2 May 2024 Ay Pieta No Comments

Pagi ini saya bermeditasi formal yang sangat syahdu, tiba-tiba teringat kedua orang tua yang selalu saya anggap sebagai pendidik yang terlalu keras, tidak asik dan menyiksa saya dengan gaya militernya.

Setelah saya belajar hening, saya menyadari bahwa perilaku mereka tersebut tidak lain disebabkan oleh luka batin mereka sendiri yang saya tidak pernah tahu jalan ceritanya.

Lumayan sering sesi ‘perdamaian’ dengan orang tua seperti ini terjadi selama 5 tahun menjadi praktisi meditasi metode SHD. Selapis demi selapis jejak ketidak-bersyukuran atas pengalaman hidup bersama orang tua disirnakan melalui laku hening, sehingga makin hari semakin besar pula kasih murni yang bisa saya pancarkan untuk mereka.

Lalu pada meditasi pagi ini, saya merasakan tabungan rasa bersalah yang mereka simpan, terpendam dalam lapisan kesadaran mereka atas drama kehidupan yang lumayan berat dialami oleh kakak saya ketika masih kecil. Rasa bersalah yang terproyeksikan kepada saya, sehingga saya pun memproyeksikan kembali dalam bentuk pemberontakan dengan memilih jalan hidup yang menyebabkan drama terbesar di kehidupan saya.

Dalam meditasi ini saya melihat dengan jelas bagaimana alur gerak sebuah luka batin, dari mulai trigger hadir, lalu luka tercipta dan tersimpan. Kemudian beranak cucu serta diwariskan kepada generasi selanjutnya menjadi 1001 macam luka lainnya.

Satu sisi gelap dapat beranak cucu menjadi banyak sisi gelap lainnya, emosi, dosa, pikiran ucapan perbuatan yang tidak selaras, bahkan bisa menular/terwariskan tidak hanya kepada keluarga terdekat saja, tapi juga kepada orang lain yang bukan keluarga.

Maka dalam meditasi pagi ini saya kembali meminta maaf kepada jiwa mereka, minta maaf kepada Gusti karena ketidak-sadaran saya akan derita yang dimiliki oleh kedua orang tua. Memohon ampun karena telah membiarkan terjadinya fase menyalahkan mereka atas kesalahan langkah yang pernah saya pilih dalam menjalankan kehidupan. Lalu saya niatkan untuk memberkati keduanya. Saya rasakan sebuah kasih yang tulus hadir dari dalam diri.

Saya mengerti sekali bahwa mereka tidak seberuntung saya yang mengenal ajaran spiritual murni, maka tugas sayalah untuk membantu meringankan penderitaan mereka.

Kemurnian jiwa saya yang menciptakan tingkat kesadaran saya saat ini, ternyata mampu meringankan beban sisi gelap kedua orang tua saya sendiri. Inilah salah satu manfaat menjadi jiwa yang telah merdeka dari sisi gelap, sehingga mampu membantu sesama.

Tentunya mereka tidak akan mengerti dan tidak akan mampu memahami dampaknya, serta akan melanjutkan kehidupan mereka tanpa kesadaran.

Mereka tidak akan menyadari apabila selintas rasa bahagia muncul dari relung hati, atau mendadak terasa ringan selama beberapa saat. Dan saya pun tidak perlu menceritakan apa yang saya lakukan ini kepada mereka. Kalaupun iya, palingan mereka hanya akan tersenyum dan mengira anaknya semakin gila.

Maka saya melanjutkan hidup saya dalam kesadaran penuh, merdeka dari penjara sisi gelap, dan melanjutkan menunaikan tugas saya untuk mengevolusi jiwa saya selama masih ada di planet Bumi, serta membantu siapa saja yang berjatah saya bantu.

Siapa yang mau memberkati orang tua?

Maka lakukanlah dengan tulus, setulus laku heningmu yang dilakukan setiap saat, di mana pun dan kapan pun.

 

Ay Pieta
Direktur dan Pamomong Persaudaraan Matahari
2 Mei 2024

Share:

Reaksi Anda:

Loading spinner
×

Rahayu!

Klik salah satu tim kami dan sampaikan pesan Anda

× Hai, Kami siap membantu Anda