
Tahun 2018, saya membuat lukisan pertama. Saat itu, saya bahkan tidak layak disebut “Pelukis”. Karya pertama secara teknis dan estetika bisa dibilang jauh dari kata bagus. Tapi, dari sanalah semuanya bermula. Di titik itu, saya belum mengerti bahwa proses adalah bagian paling berharga dari setiap karya seni.
Perjalanan saya kemudian bukan hanya tentang belajar teknik melukis (2021), tetapi juga tentang menggali ke dalam diri. Pendidikan spiritual yang saya jalani perlahan-lahan membentuk cara saya memandang dunia dan dari situlah warna-warna baru mulai muncul di media lukis saya.
Saya mulai belajar melihat bukan hanya dengan mata, tetapi dengan sesuatu yang lebih dalam di diri saya. Setiap goresan kuas mulai terisi oleh kesadaran, bukan hanya keinginan untuk membuat sesuatu yang indah, tetapi sesuatu yang bermakna.
Pembentukan karakter dalam pendidikan spiritual membentuk pondasi lain dalam perjalanan ini. Saya belajar untuk melihat dengan utuh, untuk jujur terhadap proses, dan untuk tidak terjebak dalam kebutuhan akan validasi. Saya mulai mencintai perjalanan belajar itu sendiri, bukan hanya hasil akhirnya.
Kini pada tahun 2025, karya-karya saya mungkin belum sempurna, tapi mereka mencerminkan transformasi yang nyata. Dari kegagalan, dari keraguan, dan dari perjalanan yang didorong oleh semangat belajar yang tak pernah padam.
Lukisan-lukisan saya hari ini adalah saksi bisu bahwa karya seni yang saya ciptakan tidak hanya tentang teknik, tapi juga tentang jiwa yang bertumbuh.
Saya bukan hanya belajar menjadi pelukis yang lebih baik. Saya belajar menjadi manusia yang lebih utuh.
Fajar Way
Pejalan Keheningan
21 Juni 2025
Reaksi Anda: