
Proses ‘Menjernihkan Diri’ dari sisi gelap atau inner work, shadow work, memang bukan proses yang mudah. Maka dari itu, banyak yang malas dan ogah-ogahan untuk serius menjalankan prosesnya. Selama merasa aman, tidak terlalu banyak nasib buruk, maka cocoklogi teori bijak sudah menjadi jalan ninja bagi yang sangat alergi untuk ‘disembuhkan’ dan ‘detoksifikasi’ dari sisi gelap. Banyak juga yang mengharapkan dengan menjalankan kepatuhan terselubung, punya harapan untuk mendapatkan manfaat yang paling maksimal, kebulatan tekad atau mempunyai determinasi yang tinggi, tapi sayangnya untuk ‘tujuan’ yang salah server.
Sisi gelap memang sesuatu yang abstrak dan selalu disikapi dengan penuh penyangkalan.
Dampak terhadap kehidupan baru akan diakui apabila terjadi peristiwa yang ekstrem, dan bisa jadi baru akan tampak dalam jangka waktu yang panjang. Ketidakberuntungan kecil yang dianggap tidak merugikan ekonomi, biasanya akan disangkal dan dianggap sebagai kenormalan. Maka, menjadi manusia yang ‘sadar’ dan bisa hidup berkesadaran memang perlu membersihkan ‘Sisi Gelapnya (shadows/darkside)’.
Adegan ‘berefleksi yang jujur dan kontemplatif’ menjadi sangat penting dalam meningkatkan self-awareness, agar dapat berkaca dan meninjau kembali asal mula dan akar dari segala peristiwa yang kurang beruntung. Menu ‘Kurikulum Belajar v3.0’ untuk ‘menjurnal’ dan berfleksi saja bisa menjadi drama penuh sisi gelap selama bertahun-tahun. Belum melangkah kepada aplikasi, tapi malah menambah panen sisi gelap dengan berdrama sisi gelap.
Upaya membersihkan sisi gelap tidak mungkin dilakukan dengan sisi gelap juga.
‘Waktu tidak akan menyembuhkan sisi gelap’. Lupa dengan gejolak emosi, atau menjadi tidak mudah emosional, bukan tanda sisi gelap sudah bersih. Selalu ada parameter metasains yang presisi, sebagai bukti bahwa sisi gelap memang belum dibersihkan. Sikap tidak menerima dan mengabaikan umpan balik sudah merupakan ‘perilaku berbasis sisi gelap’, karena tidak mau berendah hati untuk menjalankan proses yang menjernihkan invisible force bawah sadar yang dipengaruhi oleh sisi gelap. Ketekunan ‘Bermeditasi/ hening Penjernihan Diri’ akan menata ulang programming autopilot yang selalu membuat pikiran bergerak tidak dengan ‘sadar’.
Menghadapi ‘Ujian Praktik’ dan menjalankan peran, menjadi wahana yang akan menyeret paksa untuk lebih serius menjalankan proses penjernihan.
Memaksa untuk menjalankan hidup dengan lebih sadar, lebih berkesadaran, dengan lebih sungguh-sungguh bermeditasi/hening. Mindset yang masih dipenuhi oleh sisi gelap, ternyata membuat mode survival (survival instinct) bekerja lebih dominan. Sehingga selalu membutuhkan stimulus yang memantik sinyal ancaman, sehingga tergerak untuk selalu eling dan waspada dan selalu ingat untuk lebih meditatif atau lebih hening. Sebaliknya, ketika situasi terasa nyaman, malah menjadi lupa untuk bermeditasi/hening – keenakan, malas, merasa tidak butuh, dan abai karena merasa sudah berada di zona nyaman, zona stagnasi.
‘Membereskan Sisi Gelap’ perlu kebulatan tekad, dan kesabaran untuk melangkah one step at a time dalam konsistensi. Fokus menstabilkan diri pada satu step yang sedang dijajaki, dengan menjalankan setiap ‘Ujian Praktik’, menguji diri dan meriset prosesnya, sampai benar-benar tuntas bersih jernih. ‘Gejala Sisi Gelap’ yang tidak muncul, bukan patokan sudah tidak punya sisi gelap. Ilusi ‘Virus Merasa Sudah (PMS)’ pun termasuk sisi gelap yang harus dibersihkan. Selama belum bisa bermeditatif sepanjang hari, yang bisa dibuktikan dalam parameter evaluasi, maka stop dulu kebiasaan hanyut dalam ilusi yang justru menebalkan sisi gelap.
Himbauan untuk segera berkesadaran dari Guru SHD sebenarnya yang telah membuahkan banyak momen reflektif dan AHA Moment. Himbauan ini mengingatkan bahwa;
rajutan karma tidak bisa ditipu, kebenaran sejati terungkap di ambang kematian, penderitaan alam rendah sulit dihindari setelah kematian, dan keselamatan memerlukan prasyarat ketat yang harus dipersiapkan sejak sekarang
Tapi hanya rajin berefleksi saja belum cukup. Refleksi tanpa aplikasi adalah omong kosong. Maka, yang dilakukan adalah,
- Meditasi sebanyak-banyaknya, dengan teknik yang tepat dan tervalidasi
- Membuat jurnal dan validasikan kepada pembimbing yang bertugas. Meneliti diri melalui jurnal yang jujur, agar benar-benar mengalami tidak hanya menuliskan apa yang dihafal sebagai teori atau membayangkan kisah milik orang lain.
- Membangun pola hidup sesuai value ajaran yang luhur; melatih bersyukur dan ketulusan dengan melakukan pekerjaan yang tidak memberikan manfaat dan keuntungan, tidak ada dampak popularitas, dan seterusnya.
- Jalankan peran dengan totalitas, jangan berhenti dan menyerah sebelum tujuan tercapai
- Apa yang kamu catat sebagai ganjalan terhadap orang lain merupakan proyeksi koleksi sisi gelapmu sendiri
- Lakukan revolusi sikap untuk secara sadar dan penuh intensi tidak melakukan kembali
Saya selalu lebih memilih proses internalisasi yang dilakukan dengan sadar dan intensi yang tulus. Ketimbang menunggu kepentok situasi ekstrim yang menyeret paksa aplikasi karena tidak bisa ngeyel atau kabur lagi.
“Jalan berkesadaran bukan perdebatan filosofis, melainkan disiplin praktis yang konsisten, introspektif, dan yang memurnikan diri.” ~ SHD
Ay Pieta
Pembimbing dan Direktur Persaudaraan Matahari
16 Oktober 2025
Reaksi Anda: