Skip to main content
Refleksi

SPIRITUAL SEEKER ATAU SPIRITUAL FINDER?

21 March 2025 Ay Pieta No Comments

Semakin banyak berselancar di dunia spiritualitas, semakin banyak menemukan frasa tematis yang menjadi tren di kalangan para penggemar dunia spiritualitas. Saya menemukan (lagi) istilah yang tampak keren kekiniaan dan menggoda untuk dicermati, yaitu ‘spiritual seeker‘, pencari spiritual. Sempat tertegun ketika membaca kalimat ‘spiritual seeker‘, mempertanyakan ke dalam diri – mengapa saya tidak pernah menjadi seorang ‘pencari spiritual’ sebelum bertemu Ajaran Spiritual Murni SHD ini, ya? Rasanya seperti ketinggalan tren yang sudah berlangsung sejak lama di Planet Bumi. 

Pengertian spiritual seeker ternyata bisa beragam juga. Kalau berdasarkan insinyur gugel, spiritual seeker adalah pencari tujuan hidup, pencari pencerahan, pencari jati diri, pencari makna hidup, dll. 

Tetapi, kalau berdasarkan Ajaran Spiritual Murni SHD yang dimaksud adalah pencari pencerahan (enlightenment), dengan pengertian pencerahan yang berhubungan dengan esensi dan kemurnian jiwa. 

Barangkali dengan banyak mempertanyakan peraturan sosial yang seringkali tidak konsisten dan ambigu, sudah bisa dikategorikan sebagai spiritual seeker, ya. Tetapi masalahnya saya tidak pernah secara khusus mencari jawaban, dan merasa lebih pas disebut sebagai ‘spiritual finder‘ –- penemu spiritual. 

Rasanya sih tidak mencari, tetapi secara tidak disadari telah mengikuti jalan setapak menuju penemuan ajaran spiritual yang murni. Menemukan banyak sekali kebenaran yang memperjelas apa yang dulu diyakini dengan sangat samar. Ternyata, dengan mencari cara meditasi untuk menghadapi kematian yang indah, tanpa sakit berat dan kesedihan telah menjadi pintu gerbang menuju penemuan ajaran spiritual yang murni.

Menemukan ajaran spiritual yang murni dan mengajarkan cara bebersih diri secara ‘holistik, utuh lengkap dan berlaku jangka panjang, dengan cara melengkapi kepingan puzzle kehidupan. Menyatukan makna pembelajaran dari kisah masa lalu dan mentransformasi diri dengan melakukan perbaikan secara terus-menerus sehingga dapat bertumbuh menciptakan versi terbaik diri.

Menemukan ajaran spiritual yang murni dan mengajarkan tentang Hukum Semesta yang bekerja di Jagat Raya. Yang menjelaskan mengapa kesulitan dan dinamika kehidupan bukanlah hukuman, tetapi situasi yang diciptakan oleh rajutan karma sendiri, yang sarat akan pesan dan pembelajaran. 

Hadirnya dinamika kehidupan sebenarnya merupakan kode keras bahwa ada yang perlu diperhatikan, ada yang perlu ‘diwaspadai (aware)’, ada yang perlu ‘disadari (mindfull)’, ada yang perlu didengarkan dan dipahami, ada yang perlu ‘dibersihkan dan ‘disembuhkan sehingga dapat diperbaiki, bertumbuh dan berevolusi.

Menemukan ajaran spiritual yang murni dan mengajarkan saya untuk mempelajari gerak Semesta dan manifestasinya dalam kehidupan manusia. Mempelajari bagaimana ‘Menari bersama Alunan Gerak Semesta, dimana semua eksistensi terikat oleh Hukum Semesta. Mengajarkan untuk memahami dan menemukan tujuan hidup, ‘Raison d’etre, agar dapat bertumbuh dan berevolusi dengan tidak mengulangi kisah dinamika yang sama sepanjang hidup dan tidak mengulangi lingkaran karma yang sama di setiap fase kehidupan. Mengajarkan cara memutus roda samsara, memutus rantai karma buruk, memutus warisan jejak kekeruhan bagi mental jiwa raga.

Menemukan ajaran spiritual yang murni, yang membuka cakrawala pandang menjadi lebih luas dan menemukan barometer tertinggi dari tujuan hidup manusia di muka Bumi, sehingga mampu memahami bahwa kehidupan dengan suasana di sekitar yang tenang tanpa drama bukan tolok ukur dari pencapaian level kesadaran dan kebahagiaan sejati. 

Patokan kedamaian dengan parameter ‘Standar Langit tidak tergantung pada situasi di luar diri, namun bergantung pada apa yang bisa kita upayakan dan temukan di dalam diri, melalui praktik ‘Meditasi Pemurnian Jiwa. 

Karena sumber kekuatan untuk pemurnian jiwa adalah energi kasih murni, didapatkan dari meditasi/hening pemurnian jiwa yan dilakukan dengan mengikuti teknik, standar dan parameter Spiritual Murni SHD.

Nyatanya yang terjadi pada diri adalah setelah mencapai level kesadaran yang baik dan mampu menemukan kebahagiaan sejati, justru semakin banyak menghadapi drama milik orang lain. Dengan modal bahagia sejati yang mampu saya ciptakan sepanjang hari, justru sehari-hari yang dihadapi adalah dinamika dan tantangan yang tiada henti.

Jadi, spiritual finder rasanya lebih tepat ketimbang spiritual seeker. Saya telah menemukan pemahaman atas diri yang lebih mendalam (self-discovery), dengan mengerti gerak pikir kita sendiri, sadar apa yang dipikirkan, sadar akan apa yang membuat diri ini dipenuhi oleh dinding dan pembatas diri (mental block dan self sabotage), mengerti batasan diri dan sejauh mana kemampuan diri yang paling otentik, mengerti sejauh mana karakter diri yang diciptakan, mengerti potensi diri, dan seterusnya. Dengan memahami diri sendiri, kita akan tahu apa yang mau diperbaiki, dan mempelajari bagaimana cara memperbaiki agar menjadi versi terbaik diri yang bertanggung jawab dan berintegritas.

Dirimu yang mana? Masih mencari (spiritual seeker) atau sudah menemukan (spiritual finder) ?

 

Ay Pieta
Pamomong dan Direktur Persaudaraan Matahari
20 Maret 2025

Share:

Reaksi Anda:

Loading spinner
×

Rahayu!

Klik salah satu tim kami dan sampaikan pesan Anda

× Hai, Kami siap membantu Anda