Skip to main content
Refleksi

STANDAR LANGIT

21 October 2024 Ay Pieta No Comments

Tujuan Ajaran Spiritual Murni Setyo Hajar Dewantoro (SMSHD) yang ada di Persaudaraan Matahari (PM) adalah untuk pemurnian jiwa, disebut juga purifikasi jiwa atau bahasa kerennya shadow work yang seutuhnya. Penekanan pada kata ‘seutuhnya’ karena hanya Ajaran SMSHD yang terbukti benar-benar mempurifikasi secara holistik jiwa dan raga, tidak hanya sebatas isu spektrum emosi dan psikologis saja, namun lengkap menyeluruh sampai pada tataran jiwa.

Standar Ajaran SMSHD mengikuti hukum Kosmik, jadi wajar saja kalau standar bagi parameter keberhasilan berkali-kali lipat lebih tinggi ketimbang ajaran mana pun. Parameternya memakai standar langit, dengan alat ukur metarasional yang presisi dan akurat. Standar yang dipakai bukan standar ciptaan manusia yang terbatas pada kehendak egonya saja, tapi mengikuti standar baku mutu berkualitas Ilahi yang selalu bergerak dinamis selaras dengan gerak Semesta.

Sebagai mantan ahli dalam anger management, yaitu seseorang yang ahli dalam mengendalikan emosi dengan metodologi standar kenormalan manusia, selama belasan tahun saya telah berhasil menjadi wanita yang tampak kalem dan tampak sehat segar bugar di permukaan. 

Saya dikenal sebagai seorang yogini sesat yang tidak menjalankan ritual agama apa pun, tetapi selalu menjadi inspirasi bagi lingkungan karena secara fisik saya dianggap memenuhi standar kenormalan versi warga ibukota, yaitu kalem, sehat, dan bugar. Segala tekanan, luka jiwa, trauma, isu spektrum emosi dan psikologi, cukup saya bawa ke meja bar happy hour di kafe terdekat tempat bekerja, atau diusir dengan hormon gembira hasil berolahraga dan melakukan hobi, atau kalau memungkinkan melarikan diri berlibur ke tempat yang dianggap menyenangkan. Pokoknya menjauhkan diri sejenak dari sumber ketidaknyamanan dengan mencari kenyamanan pada hal lain agar kemudian semua problematika serasa menghilang dan mampu kembali ke tengah dinamika kehidupan. 

Sebagai penyandang gelar sosok kalem, sehat, bugar, tentu saya sering mengalami saat-saat emosional yang meluap-luap. Tetapi, saat itu saya dan semua pihak terkait berasumsi bahwa siklus spektrum emosi normal manusia memang seperti itu, tidak ada pilihan lain. Siklus; kalem – emosi – meredakan emosi dengan alat bantu – kalem, lalu mengulangi siklus yang sama persis, terus menerus sampai suatu hari terjadi sebuah ledakan bom nuklir emosional yang tak bisa lagi diredam oleh alat bantu apa pun.

Saya mengalami sebuah kondisi merasa jadi manusia yang baik-baik saja lahir batin. Bertahun-tahun saya merasa sudah berdamai terhadap sebuah drama luka batin dan trauma terbesar dalam hidup yang terjadi di antara tahun 2000–2007. Tidak pernah mengerti bahwa yang saya lakukan selama itu hanyalah mengubur jejak drama dalam-dalam agar tidak teringat kembali. 

Saya menyugesti diri dan mengubah cara berpikir dengan berbagai teori kebajikan dan kalimat kebijaksanaan universal yang saya dapatkan selama bergaul di dunia yoga. Saya jelas tidak pernah merasa sakit mental, padahal yang terjadi adalah saya menabung jejak sisi gelap di dalam lapisan kesadaran. Saya suka iseng mencoba berbagai teknik atau alat pengendalian emosi yang saya anggap mudah dilakukan, bahkan saya sempat menjadi instruktur yoga pranayama yang konon bisa untuk penyembuhan penyakit fisik. Tapi tidak satupun memberikan dampak yang permanen karena saya terus mengalami ledakan bom dari ukuran nano, mikro, mini, kecil, medium, sampai grande.

Sepuluh tahun kemudian, tabungan deposito luka batin raksasa itu jatuh tempo. Pada suatu hari yang indah terjadi sebuah ledakan bom nuklir yang tak pernah disangka akan terjadi sampai saya demam selama dua hari. Rasa kaget dan syok baru reda tiga hari kemudian. Wow, betapa mengenaskan bahwa yogini kalem ahli pengendalian emosi ini ternyata memuntahkan endapan berbagai spektrum emosi dengan cara yang dramatis. Tubuh fisik yang selalu dianggap normal dan paling fit di tempat bekerja dengan rutinitas kesehatan fisik yang memenuhi standar kesehatan korporasi, ternyata bukan patokan bahwa saya sehat seutuhnya jiwa dan raga.

Yang saya temukan, anger management dengan berbagai alat dan media pengalihnya, spektrum emosi kategori rendah hanya akan ditekan, dipendam, dipatahkan dengan teori, diredam dengan sugesti, dialihkan dengan hal lain yang lebih menyenangkan, dikubur dengan produksi para hormon gembira, dilupakan, diabaikan dan bahkan disangkal sehingga menimbulkan penumpukan di lapisan bawah sadar dan bisa luber ke lapisan tidak sadar. Sehingga suatu hari saat tabungan deposito yang isinya tercampur aduk macam isi septic tank akan jatuh tempo dalam bentuk yang teramplifikasi, plus bonus bunga depositonya. Drama bom nuklir yang dramatis akan terjadi, dengan tambahan jejak baru akibat berbagai respons pemberontakan terhadap momen jatem (baca: jatuh tempo).

Setelah belajar Ajaran SMSHD, saya baru mengerti bahwa tanpa pemurnian jiwa yang sesungguhnya, maka segala upaya untuk melepaskan diri dari koleksi luka batin, trauma, dan watak angkara hanya akan menyentuh permukaan saja. Berbagai alat dan media serta cara meditasi A–Z tidak pernah berdampak sampai tataran jiwa, bahkan bawah sadar pun sulit sekali tersentuh sehingga sebuah ‘kesembuhan’ yang terjadi sifatnya hanya sementara saja.

Standar Langit SMSHD

Yang melegakan bagi saya adalah bahwa siklus mengerikan yang dianggap sebagai kenormalan umat manusia ini dapat diputus dengan alat bernama meditasi/hening metode SHD. Bahwa menjadi manusia ternyata tidak perlu terjebak dalam siklus mengerikan, yang sering disebut dengan roda samsara. Dalam Ajaran SMSHD, pemurnian/purifikasi ilustrasinya bukan hanya seperti ngosek kerak keramik kamar mandi agar tampak kinclong kembali di permukaan saja, tapi keramiknya dibongkar dan dibersihkan sampai lapisan di balik keramik dan diberi lapisan perlindungan agar tidak mudah kotor kembali. Utuh, holistik, secara jiwa dan raga. 

Menggunakan meditasi metode SMSHD, emosi akan dilebur dan disirnakan dengan energi Ilahi yang muncul dari relung hati ketika kita bermeditasi/hening, baik formal maupun informal. Konsistensi bermeditasi/hening dengan metode ini menciptakan kondisi meditatif yang menjadi alat untuk memproteksi diri dari berbagai dinamika yang berpotensi menyebabkan sisi gelap. 

Layaknya Tongkat Sihir Ajaib, meditasi/hening metode SMSHD ini menyirnakan secara utuh jejak-jejak sisi gelap yang pernah hadir dan tersimpan di seluruh lapisan kesadaran manusia dan melindungi diri agar tidak menciptakan sisi gelap baru. Dampaknya tidak hanya di permukaan dan sementara, tapi permanen tanpa potensi drama bom nuklir, apabila syaratnya dipenuhi.

Setelah sekian tahun praktik meditasi/hening metode SMSHD saya memang sudah merasakan semua dampak itu. Belum lagi di PM ada parameter evaluasi yang akurat dan presisi, sehingga saya bisa benar-benar membuktikan apakah yang saya anggap sebagai peningkatan kualitas hidup tersebut memang benar, bukan hanya ilusi semata. Yaitu dengan cara mencocokkan asumsi dengan hasil evaluasi serta umpan balik. Apabila ada ketidak cocokan maka dipastikan asumsi saya yang tidak akurat. 

Parameter evaluasi ini membantu saya agar tidak kembali bablas dalam delulu (delusi) akibat menjadi juara dalam ‘Miss Merasa’ seperti dahulu. Saya memang sudah membuktikan, mengalami, dan menyaksikan bahwa semua yang dikatakan Guru SHD selalu benar, tidak pernah hoax, dan tidak pernah jadi PHP (Pemberi Harapan Palsu), asalkan kita memenuhi semua syaratnya.

Jadi wajarlah ya, kalau di PM, standar dan parameternya menggunakan standar langit karena jauh lebih tinggi ketimbang ajaran di mana pun jika melihat manfaat belajar yang tidak kaleng-kaleng, super serius dan sifatnya permanen. 

Diagram rentang Level of Consciousness (LoC) SHD pun berstandar langit, dengan variabel yang berkali-kali lipat lebih kompleks, bukan hanya mendeteksi isu psikologis dan kecenderungan emosi yang tampak di permukaan saja atau paling banter mendeteksi lapisan tubuh prana saja. Dampak meditasi/hening metode SMSHD ini dampaknya terbukti benar-benar holistik sampai ke lapisan tubuh yang paling dalam yang tidak bisa terjamah oleh metode lain maupun alat ukur saintifik.

Jadi gimana, masih terjebak siklus spektrum emosi dan psikologis a.k.a. roda samsara? Ini pertanda teknik meditasimu yang tidak tepat.

 

Ay Pieta
Pamomong dan Direktur Persaudaraan Matahari
18 Oktober 2024

Share:
×

Rahayu!

Klik salah satu tim kami dan sampaikan pesan Anda

× Hai, Kami siap membantu Anda