Rupanya tekad (willpower) melempem merupakan siklus psikologi yang umum terjadi dan dijadikan bahan studi yang lumayan mendetail dalam keilmuan perilaku (behaviour science). Menurut beberapa penelitian para ahli, yang disebut sebagai tekad (willpower) ini akan melempem dan habis tak bersisa seiring dengan terkurasnya energi ketika menghadapi berbagai tantangan selama berupaya mencapai sebuah tujuan yang diharapkan.
Secara umum, pengertian tekad (willpower) yang dimaksud oleh para ahli adalah niat kuat yang kaitannya dengan kekuatan ambisi, dimana semangat juang dan motivasi akan menguat apabila kekuatan ambisi dan kompetisi dapat dikultivasi dengan maksimal. Semangat dan motivasi akan menurun seiring dengan banyaknya energi yang terkuras, akibat tidak mampu menyikapi berbagai tantangan dengan tepat. Beban otak berupa overthinking, stress, burnout, anxiety, dan depresi disebutkan sebagai penyebab paling dominan yang akan membuat energi bagi daya juang melorot serasa habis terkuras dan menyebabkan frustasi. Tampaknya, kepasrahan tidak akan pernah terbesit dalam kamus kehidupan.
Niat yang kuat atau tekad (willpower) dan kepasrahan dalam batasan tertentu memang bisa dilakukan dengan pertimbangan akal sehat, yaitu dengan cara berpikir yang dibatasi oleh ilmu pengetahuan dan dipengaruhi oleh koleksi sisi gelap.
Cara berpikir yang dibatasi oleh ilmu pengetahuan akademik dan informasi umum, pengalaman traumatis dan luka jiwa, sederet keinginan dalam rangka memenuhi hasrat ego yang tidak realistis, dsb. Pengertian tekad dan kepasrahan memiliki jarak yang lumayan signifikan apabila dikaitkan dengan Ajaran Spiritual Murni Setyo Hajar Dewantoro (SMSHD).
Maka, membutuhkan kesepakatan sudut pandang terlebih dahulu karena artikel ini akan mengulas dari kacamata spiritual murni dengan parameter tertinggi berupa kesadaran murni, yaitu ruang kesadaran yang bersih dari sisi gelap (shadows). Perlu menyamakan pengertiannya terlebih dulu dengan membuka wawasan dan meningkatkan cara berpikir yang lebih fleksibel agar tidak terjebak oleh keterbatasan bias kognitif. Harus mau membuka diri terlebih dahulu agar tidak terjebak oleh pola nalar berbasis sisi gelap.
Dalam sudut pandang Ajaran SMSHD, Tekad dan Ambisi adalah dua hal yang berbeda. Tekad dan kepasrahan yang dipakai dalam SMSHD adalah niat kuat yang basisnya kesadaran.
Tidak hanya kesadaran biasa, tetapi kesadaran yang murni, yaitu kesadaran yang tidak dipengaruhi oleh koleksi sisi gelap. Sementara ambisi merupakan produk dari ego, yaitu berasal dari keinginan ego yang diproses oleh pola nalar berbasis sisi gelap, sehingga kemudian menjadi egoistik karena menciptakan cara berpikir dan perilaku yang tidak selaras dalam rangka memenuhi ambisi tersebut.
Selama niat yang kuat (tekad) tercipta atas landasan kesadaran murni, maka bisa dilakukan tanpa kekuatan ambisi maupun hasrat berkompetisi. Dengan kesadaran yang baik dan rasa tanggung jawab, sebuah tekad yang selaras akan memberikan daya dorong yang natural– tidak dibuat-buat dan tidak dipaksakan, dalam berupaya yang terbaik dan berpasrah akan hasilnya. Niat yang kuat (tekad) akan berfokus pada kualitas proses, bukan pada hasil, karena hasil tidak akan mengkhianati proses.
Dalam kacamata SMSHD, hasrat berambisi dan berkompetisi masuk dalam payung besar sisi gelap (shadows) sebagai objek yang perlu dibersihkan/dimurnikan. Keduanya muncul dari keinginan yang egoistik, sehingga menciptakan pola nalar dan perilaku turunan yang berbasis sisi gelap.
Kekuatan dalam berambisi dan berkompetisi ini sering disalahartikan sebagai ‘tekad’ karena dianggap sebagai kekuatan yang memberikan daya dorong atau motivasi dan semangat juang tinggi.
Energi yang besar menggebu-gebu memang nyata terjadi, tetapi kemudian inilah yang membuat motivasi cepat melempem, berkurang, surut, bahkan lenyap tak bersisa apabila yang diharapkan tidak kunjung tercapai. Kelelahan karena energi terkuras dalam berpikir dan berperilaku yang tidak didasari oleh kesadaran yang baik sehingga tidak menyehatkan dan tidak konstruktif bagi kesehatan mental jiwa raga. Kelelahan karena terlalu banyak mengkalkulasi dan berstrategi demi mencapai apa yang diinginkan, disertai drama kekecewaan dan frustasi dengan bermacam-macam varian perilaku turunannya. Minimnya kesadaran dan ketulusan berperan besar sehingga kesulitan untuk menempatkan tekad dan kepasrahan dengan pengertian dan cara tepat.
Menurut Ajaran SMSHD, ketepatan niat atas tujuan (goals/objectives/purpose) yang ingin dicapai perlu dijaga kestabilannya, karena merupakan faktor kunci dari munculnya tekad (willpower). Tekad (willpower) inilah yang mencipta daya dorong atau motivasi dan membuat sebuah kegiatan atau pekerjaan menjadi mudah dilakukan.
Apabila semangat dan motivasi mudah melempem, pertanda ada isu serius pada ketepatan niat, sehingga energi daya upaya yang besar dikeluarkan untuk hal yang justru tidak konstruktif dalam menghadapi beragam tantangan ketika berproses untuk mencapai sebuah tujuan. Otak yang dibebani oleh impulsivitas gerak pikir dan besarnya harapan akan tujuan yang tidak tepat menyebabkan overthinking, stress, burnout dan anxiety memang membuat energi atau daya juang menurun. Harapan dan mimpi indah yang menjadi tujuan (goals/ objectives/ purpose) yang tidak kunjung tercapai menyebabkan mimpesnya semangat dan motivasi yang tadinya menggebu-gebu.
Tanpa disertai dengan latihan bermeditasi/hening metode yang tepat, maka otak tidak pernah diajak bermeditatif, sehingga tidak pernah dilatih untuk berpikir dengan sehat dan konstruktif.
Tanpa latihan bermeditasi/hening SMSHD, maka tidak akan mungkin terjadi kalibrasi hasrat egoistik yang seringkali mendistraksi tekad menjadi ambisi. Tanpa meditasi/hening SMSHD, tidak mungkin juga melatih kepasrahan sampai titik optimal, dan otomatis tidak melatih diri dalam menyikapi sebuah situasi yang tidak kita inginkan dengan rasa syukur yang tulus. Tanpa latihan bermeditasi/hening SMSHD, maka hasrat egoistik akan terus membiaskan niat dan tekad menjadi tidak selaras, dan terjebak dalam siklus ambisi dengan motivasi yang melempem naik–turun tidak ada habisnya.
Tanpa disertai meditasi/hening dengan metode yang tepat, maka menjaga ketepatan niat dan tekad akan menjadi sulit. Banyaknya informasi dan godaan syaiton yang terkutuk tentu menjadi tantangan tersendiri apabila ruang kesadaran masih sesempit daun kelor. Pola pikir berbasis sisi gelap akan jauh lebih mudah terbiaskan oleh godaan materiel dan semakin menjauhkan diri dari kesadaran murni.
Dengan bermeditasi/hening metode SMSHD, maka koleksi sisi gelap akan dikosek sampai bersih sehingga ketepatan niat akan tercipta. Niat yang kuat (tekad) yang selaras secara natural akan menjadi sumber semangat dan motivasi yang stabil. Semangat dengan daya dorong yang tidak berlebihan, namun konsisten akan tercipta dengan “Membangun Habit” bersyukur (gratitude ritual) setiap harinya.
Dengan bermeditasi/ hening SMSHD, maka kita mampu menempatkan tekad dan kepasrahan dengan tepat, tidak terbolak balik dan tidak terbiaskan dengan ambisi dan kemalasan.
Dalam belajar SMSHD, menjaga kestabilan ketepatan niat adalah yang terpenting bagi proses pemurnian jiwa. Kestabilan ketepatan niat inilah yang menjadi tekad selaras, yang memotivasi seluruh langkahmu dengan ketangguhan dalam proses pemurnian jiwamu. Tidak mudah melempem dan meleyot kayak kerupuk kena angin, hanya karena silau dengan khayalan yang tidak utuh.
Ay Pieta
Pamomong dan Direktur Persaudaraan Matahari
28 Januari 2025
Reaksi Anda: