Menurut saya bersungguh-sungguh dan tekun dalam menjalankan laku keheningan ini merupakan hasil dari buah laku yang dianggap sebagai suatu hal yang sangat diprioritaskan atau dianggap penting dalam kehidupan seseorang. Ketika seseorang melakukan sesuatu yang dianggap penting, maka ia bisa melakukannya dengan kesungguhan dan sepenuh hati.
Kalau belum menganggap sesuatu itu menjadi satu prioritas atau suatu hal yang penting, maka ketika melakukannya hanya akan setengah-setengah saja, atau hanya akan menjadi suatu penggugur kewajiban saja, “Yang penting sudah melakukan.”
Saya umpamakan dalam keseharian lewat hal yang paling penting untuk diri kita, adalah makan. Kita membutuhkan sesuatu untuk dimakan agar kita mempunyai energi untuk bisa bekerja. Kalau kita bisa bekerja, maka kita akan mendapatkan uang, dan nantinya dengan uang tersebut kita akan bisa membeli bahan makanan dan akhirnya kita bisa kembali makan. Hal tersebut akan berputar begitu terus. Karena menganggap makan adalah hal yang penting, maka seseorang akan berusaha dengan sungguh-sungguh agar nantinya bisa makan, bagaimana pun caranya.
Seyogyanya, saat kita belajar hening juga sama dengan kita berusaha untuk bisa makan. Kita harus belajar untuk memprioritaskan atau menganggap hening adalah hal yang penting untuk diri kita.
Kalau sudah menganggap hening sebagai suatu yang penting dan kita memang merasa membutuhkan keheningan itu, maka dengan begitu kita akan bersungguh-sungguh untuk melakukannya. Kalau sudah bersungguh-sungguh, maka kita akan melakukan laku hening dengan tekun.
Mekathen.
Galih Setiawan
Leader di Persaudaraan Matahari
4 Maret 2024
Reaksi Anda: