Bagaimana kita bisa mengetahui kehendak Gusti supaya kita tidak terjebak pada ego kita?
Kalau kita tidak terlatih di dalam keheningan, maka hal ini menjadi perkara yang sangat sulit. Perbedaan antara mau ego dengan kehendak Gusti itu sangat tipis. Juga, antara bisikan-bisikan dari makhluk alam bawah yang bisa menyamar seperti penuntun di dalam keselamatan. Hanya orang terlatih yang betul-betul bisa membedakan semuanya.
Kalau Anda betul-betul latihan keheningan, Anda akan mengerti mana gerak yang muncul dari kehendak Gusti. Apalagi kalau latihan ini membawa Anda kepada kemurnian jiwa, maka ini menjadi sangat jelas dan gamblang. Saya jelas akan sangat tahu apa yang merupakan mau saya dan kehendak Gusti.
Untuk membedakan antara suara ego dengan suara tuntunan dari Diri Sejati, bahkan memilah tuntunan yang betul-betul berasal dari Diri Sejati atau hanya sekadar kamuflase dari makhluk-makhluk alam bawah yang menyamar menjadi Diri Sejati, ini semua soal pengalaman dan keahlian. Dengan tegas saya mengatakan bahwa pada saat ini saya sangat ahli dalam membedakan itu semua.
Bagaimana saya bisa sampai ke titik ini dengan berani mengatakan bahwa saya ahli dalam membedakan suara Tuhan dan suara ego? Tentu saja dengan latihan keheningan yang sesungguhnya.
Kita semua terikat oleh The Law of the Universe. Seseorang boleh mengklaim dirinya apa saja, tetapi setiap pernyataan itu langsung masuk ke sistem matematika Semesta dan pasti ada umpan balik dari Semesta. Kalau saya berbohong, saya tidak bisa menghindar dari karma buruk. Bahkan, saat saya mengatakan bahwa saya mengikuti kehendak Tuhan, padahal saya mengikuti ego saya, maka saya pasti akan mendapatkan hukuman dari Semesta, hukuman dalam konteks umpan balik agar saya bisa belajar. Tidak ada diskriminasi dan pilih kasih bagi Semesta.
Karena itulah saya tidak berani berbohong, dengan mengatasnamakan petunjuk Tuhan padahal bukan.
Saya totalitas berkata apa adanya. Semua sel-sel tubuh saya selalu memancarkan dan menyebarkan kejujuran Kosmik. Apa pun yang saya katakan itu muncul dari hati yang terdalam.
Setyo Hajar Dewantoro
Reaksi Anda: