Skip to main content
Refleksi

MATA KETIGA AKTIF, APAKAH PERTANDA BISA BERMEDITASI SMSHD?

9 January 2025 Ay Pieta No Comments

Apabila belajar Ajaran Spiritual Murni Setyo Hajar Dewantoro (SMSHD) di Persaudaraan Matahari (PM), jawabannya adalah bukan. Mata tiga yang aktif bukan tolok ukur bagi kemampuan bermeditasi/hening metode SMSHD. Mata ketiga yang aktif dan mampu berkelana dalam dunia metafisik bukan pertanda mempunyai kualitas meditasi/hening yang baik dalam parameter Ajaran SMSHD. 

Yak betul, Ajaran SMSHD memang selalu terbalik dari pengertian umum dan mainstream. Ajaran SMSHD memang hadir untuk mengembalikan esensi spiritualisme yang kadung belak-belok nggak karuan, campur aduk dengan dunia supranatural yang sulit dibuktikan keselarasannya tanpa kemurnian jiwa. Makanya, dalam Ajaran SMSHD tidak pernah diminta melakukan ritual aneh-aneh dan tidak pernah diminta menjalankan laku prihatin penyiksaan diri, karena tujuan meditasi SMSHD memang bukan untuk mendapatkan kesaktian atau keahlian dalam terawang-menerawang dunia metafisika. 

Distraksi yang berlebihan berasal dari portal dunia metafisika pada mata ketiga, senyatanya malah menghambat latihan meditasi SMSHD, karena selalu merebut perhatian dan merebut kesadaran, hanyut dalam ‘pemandangan’ yang dianggap seru, keren, dan membanggakan. 

Dalam ruang belajar Ajaran SMSHD, para pemilik mata ketiga yang aktif bukannya menjadi lebih mudah belajar, tetapi malah mengalami kesulitan lebih besar dalam melatih teknik meditasi/hening SMSHD. Mereka terlalu ‘sibuk’ memperhatikan hal lain yang dianggap lebih menarik sehingga kesulitan memindahkan perhatian kepada nafas natural. Kemampuan mata ketiga ini selalu dilengkapi dengan fungsi imajinasi yang mempertajam dan memperkuat proyeksi bawah sadar untuk hadir dalam ‘penglihatan’. Kesulitan menyadari nafas natural dan aktifnya fungsi imajinasi ini berimbas kepada kualitas meditasi/hening yang minim saking sibuknya fungsi imajinasi bekerja, atau disebut dengan kualitas spaneng (dibawah 5%).

Dalam Ajaran SMSHD, koneksi utama dengan dunia metafisika, dinahkodai oleh perangkat kecerdasan yang bentuknya imateriel bernama Rasa Sejati

Rasa Sejati ini tidak diaktifkan dengan melakukan ritual aneh-aneh atau laku prihatin dan syarat penyiksaan diri lainnya, tapi cukup dengan cara menguasai teknik meditasi/hening SMSHD dan berproses memurnikan jiwa raga. 

Dengan aktifnya Rasa Sejati, otomatis meningkatkan kepekaan mata ketiga dan kecerdasan otak agar bekerja dalam harmoni. Rasa Sejati yang bekerja bareng dengan dua “Perangkat Kecerdasan” lainnya ini berfungsi sebagai pemegang komando dan filter, yang akan menyaring informasi yang berasal dari mata ketiga dan otak sesuai dengan apa yang dibutuhkan saat itu, tanpa terjebak oleh khayalan dan halusinasi. Singkatnya, Rasa Sejatilah yang akan memastikan informasi yang masuk adalah yang dibutuhkan dan memastikan informasi selaras, tanpa distorsi gangguan dari dunia kegelapan.

Pengalaman saya sebagai ‘anak baru’ atau newbie di dunia metafisika yang tidak memiliki bakat supranatural seperti clairvoyance sejak lahir, kemampuan bermeditasi dan berjalannya proses pemurnian jiwalah yang menyebabkan kepekaan Rasa Sejati menyala. Aktifnya Rasa Sejati ini seolah-olah terjadi duluan sebelum saya menyadari kehadiran atas kepekaan mata ketiga. Maka dari itu, kepekaan mata ketiga tidak pernah menjadi perhatian utama selama saya bermeditasi. Malah saya cenderung sangat waspada dan berhati-hati, tidak pernah mau keluyuran sembarangan apabila bukan saatnya ‘bertugas’, walaupun saya mampu mendayaguna kemampuan ini kapan saja. 

Melalui bejibun pembelajaran selama proses belajar menjadi ‘manusia berkemampuan supranatural’ ini, saya belajar beradaptasi dengan perangkat kecerdasan yang memperkenalkan dengan dunia metafisika dengan bejibun karakteristiknya. Mempelajari pola dan beragam kecenderungan melalui ratusan kali kesambet, kejedot, perosotan kesadaran, dan ‘salah informasi’. Ribuan pembelajaran melalui trial dan error dalam melatih kepekaan Rasa Sejati terjadi sehingga saat ini saya sudah cukup mengerti bedanya sebuah informasi yang selaras hasil filter Rasa Sejati dan mana yang tidak selaras. 

Tentu saya selalu meningkatkan kewaspadaan tanpa henti dan sangat berhati-hati dalam mendayaguna satu set “Perangkat Kecerdasan” ini, tidak bisa gegabah, tidak bisa sembrono, dan tentu tidak bisa bekerja dengan baik apabila dibarengi dengan kekeruhan jiwa apalagi dengan kesombongan. Jiwa yang masih penuh sisi gelap bisa dipastikan bukan Rasa Sejati yang bekerja. 

Lagian kalau kena tipu kuasa kegelapan, lalu apa yang mau dibanggakan? Kalau mampu nonton film dunia maya dan mampu menerawang cari dompet hilang, tapi jiwa penuh luka dan jeratan kegelapan, lalu apa yang mau dibanggakan? Saya memang kurang suka melanglang buana dalam lamunan yang tidak ada manfaatnya bagi kehidupan nyata. Apalagi setelah mengenal pemurnian jiwa dan proses evolusi jiwa, saya lebih berhati-hati lagi dalam menyikapi beragam fenomena hasil perangkat kecerdasan yang saya miliki ini.

Dalam mendayaguna semua perangkat kecerdasan ini memang harus super waspada dan penuh rasa tanggung jawab, tidak bisa terselip sedikit pun sisi gelap. Sedikit saja niatan egoistik hadir, maka dipastikan fungsi alat menjadi kacau, error, berantakan, dan saya pun akan perosotan kesadaran. 

Proses recovery dan ‘perbaikan’ membutuhkan upaya berkali-kali lipat lebih besar, rasanya seperti kena setrap karena menyia-nyiakan dan mengkhianati anugerah. Maka dari itu, apa pun data atau informasi yang saya dapatkan, pasti saya validasikan ke Guru SHD terlebih dahulu agar tidak terjadi misinformasi atau terjebak bias dan distorsi dari makhluk alam bawah.

Kemampuan supranatural berupa kepekaan mata ketiga memang bukan tolok ukur kemampuan bermeditasi metode SMSHD, dan bukan tujuan utama dari meditasi SMSHD. 

Tujuan utama meditasi/hening SMSHD adalah pemurnian jiwa raga. Perkara apakah kemudian diberi jatah atau tidak untuk memiliki kepekaan mata ketiga, merupakan paketan dari peran dan tanggung jawab dan bukan berupa hal yang mutlak. Apa pun bentuk dari anugerah berupa perangkat kecerdasan yang didapatkan sebagai ‘bonus’ manfaat dari pemurnian jiwa, pasti sepaket dengan konsekuensi dan risiko yang sepadan sehingga mutlak harus disertai dengan menjaga kestabilan kemurnian jiwa.

Tidak perlu menjadi indigo dalam proses “Pemurnian Jiwa” SMSHD. Siapa pun bisa menjadi jiwa yang murni dengan kepekaan Rasa Sejati yang optimal, tanpa harus terawang-menerawang pakai mata ketiga. 

Selama mau berlatih meditasi metode SMSHD dan mau menjalankan proses pemurniannya, maka semua manfaat dari pemurnian jiwa akan hadir tanpa perlu dicari-cari dan dikejar.

 

Ay Pieta
Pamomong dan Direktur Persaudaraan Matahari
9 Januari 2025

 

Share:

Reaksi Anda:

Loading spinner
×

Rahayu!

Klik salah satu tim kami dan sampaikan pesan Anda

× Hai, Kami siap membantu Anda