Terpantik lagi oleh lagu jamdul milik salah satu band funk acid jazz yang saya gandrungi di masa muda, Jamiroquai. Ketika bernostalgia mendengar lagu ini jadi terasa lucu dan relate karena pengalaman menjadi ahli meditasi Setyo Hajar Dewantoro (SMSHD) terasa seperti travelling without moving – jalan-jalan tanpa harus berpindah tempat. Tidak usah kemana-mana, tinggal menjaga kesadaran pada nafas terus menerus sepanjang hari, maka terasa seperti menjangkau realitas Jagat Raya yang tanpa batas sesuai apa yang dibutuhkan. Diam di satu tempat, namun Sang Kesadaran mampu menembus lapisan dimensi yang dibutuhkan dan mengunduh banyak data, informasi, dan pengetahuan yang ada di dalam akashic record.
Coba jangan dikhayalkan dulu. Stop dulu hasrat mengkhayalmu sebelum melanjutkan membaca artikel ini. Kalau perlu meditasi formal dulu supaya isi kepala tidak dipenuhi oleh khayalan terbang di luar angkasa, seperti astronaut atau pesawat ulang alik NASA. Mari berlatih untuk tidak reaktif dan impulsif, mencocoklogi maupun berkhayal agar dapat meresapi refleksi ini dengan lebih kalem isi kepalanya dan lebih cespleng menangkap makna pembelajarannya.
Yang saya ceritakan bukan tentang mengkhayalkan destinasi liburan di luar angkasa yang melayang-layang macam astronaut atau seperti kisah khayalan semu tentang lubang hitam, atau seperti dokumentasi teropong Hubble tentang angkasa raya yang banyak tersebar di media. Tapi, ini tentang meluasnya cakrawala pandang yang ada di dalam kepala, akibat meningkatnya level kesadaran.
Level kesadaran yang semakin tinggi akan membuka cakrawala pandang menjadi lebih luas sehingga mampu ‘melihat’ atau memandang sebuah situasi melalui perspektif yang lebih luas, lebih tinggi.
Seperti memandang objek (situasi, kondisi, dinamika, atau problematika) dari nun jauh di atas sehingga terlihat jelas peta situasi dan kondisi ketimbang kalau melihat dalam posisi sejajar dengan objek itu.
Gambarannya seperti melihat objek Planet Bumi dari ketinggian angkasa raya, akan berbeda dengan ketika ada di rumah dan hanya terlihat apa yang ada di sekitar sejajar dengan arah mata memandang, tembok rumah, perabotan, jendela, pintu, semua serba terbatas. Kalau naik ke pohon tinggi atau ke puncak gunung, tentu cakrawala pandangmu menjadi lebih luas.
Peningkatan level kesadaran ini tentu berdampak pada pola nalar yang menjadi lebih bebas dari sisi gelap, termasuk bebas dari sisi gelap bernama ilusi.
Karena ilusinya lenyap, maka ruang dalam kesadaran tidak lagi dipenuhi oleh junk file tak bermanfaat yang selalu membuat fungsi otak terdegradasi. Ketika ‘bersih’ dari junk file bernama ilusi, maka akan mampu menampung pengetahuan yang selaras sesuai yang dibutuhkan saat itu.
Peningkatan level kesadaran ini tentu merupakan hasil dari ‘Proses Pemurnian Jiwa’ SMSHD. Ajaran SMSHD mengajarkan kita semua tentang pengetahuan Semesta lengkap dengan alat berupa “Tongkat Sihir” yang akan membawa kesadaran berkelana ke level yang lebih tinggi, sehingga mampu memandang dan menghayati berbagai situasi dalam kehidupan dalam perspektif yang lebih luas.
Jadi, sekali lagi ini bukan masalah jalan-jalan berlibur ke destinasi wisata cantik, bukan tentang terbang ke luar angkasa seperti film Star Wars.
Ini tentang menikmati hidup di dunia yang tidak hanya sebatas daun kelor dengan beragam situasi tanpa kecuali. Menembus dimensi Jagat Raya yang tidak terbatasi oleh pemandangan indah dan cantik, tetapi menemukan keindahan dan kecantikan dibalik semua situasi yang hadir saat ini.
Menjadi meditator SMSHD adalah tentang memurnikan diri dari koleksi sisi gelap yang selama hidup telah membuat cakrawala pandangmu menjadi sempit, gelap, dan bias. Kalau kesadaranmu penuh dengan bercak sisi gelap, maka dirimu tidak bisa berkelana menjangkau Makrokosmos dan berdansa mengikuti gerak Semesta. Kesadaranmu hanya disibukkan oleh tumpukan sisi gelapmu sendiri, oleh hasrat egoistikmu sendiri, oleh pilihan-pilihan sikap dan perilaku berbasis watak angkara, luka batin, dan ilusimu sendiri.
Meditasi pemurnian jiwa SMSHD memang bukan perkara mencari rileks dan melarikan diri menyepi ke gunung yang tenang agar menemukan kedamaian sesuai standar pribadi.
Meditasi SMSHD adalah tentang menjadi manusia berkesadaran murni, berkesadaran yang bebas dari sisi gelap, yang selalu meditatif dengan khidmat penuh rasa syukur apa pun situasi kondisi yang hadir saat ini, baik di pegunungan sepi maupun di tengah pasar malam yang becek dan penuh tukang copet.
Berlatihlah “Meditasi/hening SMSHD” dengan tekun dan konsisten. Bagi yang masih suka campur aduk dengan metode lain sebaiknya jangan diteruskan. Bagi yang jumlah meditasinya sudah lebih banyak, kualitasnya harus menjadi perhatian. Jangan dilakukan hanya sebagai syarat menunaikan jumlahnya saja, asal merem, dan melaporkan dalam jurnal, lalu merasa sudah selesai tugasnya.
“Pastikan tekniknya sudah tepat sehingga kualitasnya baik agar proses purifikasi berjalan dengan otentik penuh stabilitas. Lalu perhatikan perilaku di keseharian, apakah meditasi benar-benar sudah diaplikasi ketika dinamika hadir, ketika gejolak emosi muncul, atau ketika hasrat egoistik hadir?”
Sudah tahu kesel malah tidak meditasi, sudah tahu baper malah tidak meditasi, sudah tahu ingin caper dapet puk-puk malah tidak meditasi. Dan, akhirnya isi kepala bukannya meditatif, tetapi sibuk berteori bijak untuk menepis gejala-gejala yang sudah dikenal sebagai sisi gelap, sibuk membayangkan jalan cerita ideal seolah-olah sedang berkontemplasi dan refleksi.
Lalu, kapanlah kalian bisa travelling without moving dengan Rasa Sejati kalau travelling-nya hanya mentok dalam gelembung hasrat egoistik dan koleksi spektrum emosimu sendiri?
Dan, akhirnya tujuan meditasi untuk pemurnian jiwa pun tak kunjung tercapai karena terjebak travelling dalam siklus anger management yang tidak ada habisnya dan berakhir dengan mencari tempat pelarian demi mendapatkan kesenangan sesaat dengan menghubungi travel agent untuk kabur dari situasi yang tidak disukai.
Travelling without moving yang saya ceritakan adalah tentang berkelana dalam kehidupan dengan kesadaran murni. Diri ini bisa saja tetap berada di tempat yang sama, namun dengan sebuah kesadaran murni, maka cakrawala pandang akan melebar dan meluas sehingga mampu menjelajah pengetahuan Jagat Raya tanpa perlu terjebak dalam khayalan yang merusak syaraf pada otak. Travelling menjelajah pengetahuan Alam Semesta tanpa harus repot-repot menyewa pesawat ulang aliknya Space-X.
Siapa saja bisa kok berkelana dengan kesadaran murni asalkan tahu dan mau berendah hati untuk belajar serta berlatih dengan cara yang tepat.
Ay Pieta
Pamomong dan Direktur Persaudaraan Matahari
13 Januari 2025
Reaksi Anda: