Skip to main content
NusantaraPancasilaSetyo Hajar DewantoroSpiritual

APAKAH POLITIK ITU JAHAT?

8 June 2020 Setyo Hajar Dewantoro No Comments

Pernyataan politik itu jahat, sangat umum kita dengar. Pertanyaannya, apakah itu benar? Sebenarnya yang bisa jahat itu adalah manusianya. Politik Itu cuma bagian dari gerak kebudayaan dan peradaban manusia. Pada dasarnya ia netral, sama halnya dengan bisnis, kesenian, spiritualitas. Ia menjadi seperti apa ya tergantung yang menjalani.

Dunia politik menjadi punya kesan sadis, kejam, jauh dari nilai luhur, karena pas mayoritas yang terjun menjadi politisi memang masih egoistik, penuh angkara murka. Dalam keadaan jiwa para politisi yang jauh dari kemurnian, sementara politik itu sendiri menjanjikan akses pada kekuasaan dan kekayaan finansial, menjadi niscaya muncullah kecenderungan untuk berebut, saling menjatuhkan dan menghianati.

Di Indonesia gambaran politik yang kejam dan penuh perilaku angkara murka ya memang nyata adanya. Itu terjadi karena Pancasila sebagai way of life bagi bangsa Indonesia cuma jadi hiasan di bibir. Spirit Pancasila tidak menyala di dada, tidak merasuk di dalam jiwa. Dalam kondisi inilah politik di Indonesia menjadi medan pertempuran yang brutal.

Namun sebenarnya perilaku yang mirip juga ada di dunia spiritual. Meski label spiritual meniscayakan dipraktikkannya kesadaran yang luhur, kenyataannya tak seperti itu. Sejauh pengalaman saya menjadi Guru Spiritual, saya berkali-kali menghadapi situasi yang mirip di dunia politik. Perilaku manis di muka pahit di belakang, penghianatan yang mengabaikan nilai persaudaraan, munculnya rasa iri dengki, adalah hal yang lumrah. Maka jangan berkhayal mereka yang memgusung label spiritual, bisa dengan mudah bersatu. Mengapa demikian? Ya karena secara nyata spiritual itu bagi banyak orang cuma label. Banyak orang dilabeli sebagai spiritualis tapi senyatanya jiwanya egoistik, penuh angkara murka.

Dan di dunia spiritual juga orang tetap bisa meraih kekuasaan, ketenaran, dan kekayaan finansial.

Jadi, intinya adalah, ini semua tentang manusia. Dimanapun mereka berkiprah, akan cenderung destruktif jika jiwanya tidak murni, jauh dari kasih murni, tidak tertuntun oleh Diri Sejati. Mau terjun di politik, spiritual, bisnis, kesenian, apapun, ya tetap saja yang dimunculkan adalah perilaku yang penuh angkara.

Maka, kita kemudian bisa berpikir out of the box. Jika manusia telah dibenahi jiwanya, benar-benar tertuntun oleh Diri Sejatinya, dimanapun berkiprah pastilah ia bisa memberi dampak yang konstruktif. Ia bisa merealisasikan missi hamemayu hayuning bawana. Termasuk jika ia terjun ke bidang politik.

Itulah yang terjadi pada Bung Karno. Ia pada dasarnya adalah seorang spiritualis, murid Mbah Semang pertapa immortal di Gunung Lawu. Saat ia terjun ke politik, ia menjadi negarawan. Ia membawa ide-ide segar dan revolusioner. Ia mengubah bangsa. Ia menjadi pemimpin agung.

Ada misteri tentang Bung Karno yang tak banyak diketahui. Suatu saat saya akan bercerita. Sekadar clue, saat memilih foto Bung Karno untuk jadi ilustrasi status saya, saya harus pastikan itu foto yang merepresentasikan jiwa Bung Karno yang otentik. Kita akan merasakan vibrasi kesadaran spiritual yang tinggi dari foto yang tepat, dan begitu juga sebaliknya.

Indonesia membutuhkan lahirnya para politisi yang tekun berada di dalam keheningan, yang jiwanya murni, yang senantiasa berlaku dalam kasih murni. Menyongsong 2024, munculnya para spiritualis yang otentik ke panggung politik, akan jadi pembuka jalan perubahan yang revolusioner di Indonesia.

Kita nantikan bersama.

SHD

Share:

Reaksi Anda:

Loading spinner
×

Rahayu!

Klik salah satu tim kami dan sampaikan pesan Anda

× Hai, Kami siap membantu Anda