Secara faktual penanda datangnya era baru, era keemasan (golden age), adalah dengan semakin banyaknya orang berjiwa murni dan memiliki mahadaya sehingga mampu melahirkan mahakarya. Saat kita menengok masa lalu, era keemasan di bumi ini berkaitan erat dengan era kebangkitan spiritual. Pondasi dari peradaban yang luhur dan agung adalah spiritualitas yang maju. Artinya, semakin banyak orang, baik pemimpin politik (tataran pemerintahan) maupun masyarakat, mempunyai kesadaran luhur di era keemasan.
Contohnya yang terjadi di tanah Mesir, tepatnya di Giza. Di sana ada piramida-piramida yang merupakan warisan zaman keemasan tersebut. Di era tersebut, ada Pharaoh yang agung, seorang raja berjiwa murni yang menjadi motor/lokomotif untuk bertransformasi secara sosial-politik sehingga peradabannya gemilang.
Jika kita ingin pada tahun 2021 ini semakin selaras dan menjadi pondasi yang semakin cemerlang ke depan, maka kita harus mengukuhkan pondasi spiritualitas kita bersama. Yakni, harus semakin banyak orang yang tercerahkan. Indikasi tercerahkan adalah banyak orang berjiwa murni dan hidup dalan kasih murni. Jika divisualisasikan, di sanubarinya ada lotus atau teratai kasih murni yang energinya nyata. Jika sudah tumbuh teratai kasih murni, maka pikiran, perkataan, dan perbuatan (secara otomatis) menjadi suci atau murni. Dan, sebenarnya inilah yang kita perjuangkan terus menerus. Jika Anda bisa bertanggung jawab memastikan bahwa di sanubari tumbuh teratai kasih murni, maka Anda bisa memberi pengaruh kepada orang-orang di sekitar Anda.
Proses banyak orang untuk tersadarkan sehingga memiliki kesadaran murni ini terjadi jika semakin banyak yang menjadi mandala berjalan. Meditasi yang dilakukan adalah proses Anda untuk menjadi mandala berjalan. Menjadi mandala berjalan berarti Anda terhubung dengan pusat mandala di sanubari, lalu terhubung ke semua mandala yang ada di bumi, dan semua mandala yang ada di jagad raya yang tanpa batas, di semua layer kesadaran.
Kata kunci yang harus dipegang teguh untuk mencapai tataran kesadaran yang semakin tinggi adalah jangan pernah keluar dari ketulusan, jangan pernah lepas dari kerendahan hati, jangan pernah untuk tidak berserah diri (surrender), dan jangan pernah patah semangat atau menyerah (give up). Sikap spiritual itu surrender atau sumeleh, yakni dengan sadar penuh menyatakan, “Gusti, aku terima kuasa dan kasihMu. Terjadilah apa yang merupakan kehendakMu. Terjadilah apa yang menurut rancangan AgungMu, bukan seperti mauku.”
Apa pun yang terjadi asal kita sudah melakukan yang terbaik, kita terima. Jika belum terjadi, kita lakukan yang terbaik sesuai tuntunan Gusti. Surrender mengandung sebuah tindakan aktif. Surrender adalah usaha. Jika Anda patah semangat, tidak punya harapan itu namanya menyerah (give up). Berserah dirilah, bukan menyerah.
Apakah benar kita akan mengalami keadaan gemilang pada tahun 2021?
Semua ini berkaitan dengan probabilitas. Tidak ada yang bisa dipastikan karena variabelnya terus berubah-ubah. Tahun 2021 bisa menjadi gemilang dengan syarat kita memenuhi beberapa faktor variabelnya. Misalnya, ada orang-orang tercerahkan di level pemerintahan dan terinduksi menjadi semakin waras. Dasar dari seluruhnya adalah upaya kita saat ini. Tidak ada yang bisa dipastikan sekarang karena ini memang belum terjadi. Kita yang punya tanggung jawab penuh untuk melakukan yang terbaik sesuai dengan kapasitas dan peran masing-masing.
Jangan pernah memikirkan apa yang Anda sendiri tidak sanggup untuk memikirkannya. Jangan pernah bayangkan apa yang tidak Anda mengerti. Jangan pernah mencari pekerjaan yang Anda tidak sanggup untuk menjalaninya. Hanya lakukan apa pun yang ada dalam jangkauan kesadaran Anda. Lakukan apa yang Anda bisa dengan ketulusan dan performa terbaik. Setelah itu pasrahkan kepada Tuhan. Jika setiap orang sudah punya kontribusi sesuai dengan talentanya, ini akan menjadi akumulasi gelombang perubahan. Pada titik itulah kita bisa berharap Tuhan menjadi nyata dengan segenal pertolongan dan keajaibannya.
Saya selalu optimistik karena semakin hari banyak orang yang tertuntun dengan Diri Sejatinya. Zaman Kaliyuga (kegelapan) ini niscaya segera berakhir. Zaman keemasan ini segera kita songsong bersama. Tetapi, ini bukanlah Tuhan yang menentukan seolah-olah Tuhan seenaknya sendiri. Ini soal dinamika hukum kosmik. Jika semua persyaratan bisa kita penuhi, maka tahun depan pun kita bisa meraih zaman keemasan itu.
Jika memakai ukuran kuantitatif, maka akan sangat membantu dan mempengaruhi betul tatanan kesadaran kolektif di bumi ini saat ada seratus orang stabil yang ada di dimensi 30. Ini bisa saja terjadi asal kita bekerja pada tataran yang terbaik. Ada perhitungan matematis lain untuk mengubah dunia. Yakni, Yesus didampingi 1000 Ksatria untuk membangun kerajaan surgawi. Jika kita memiliki 1000 orang yang stabil (minimal) ada di dimensi 21, ini pun masih logis untuk bisa terjadi. Kita bekerja untuk mencapai itu semua. Ini akan menjadi pondasi merealisasikan visi yang lebih besar.
Kenapa saat ini belum terrealisasi kebangkitan Nusantara, padahal kita sudah lama memberbicarakan kebangkitan Nusantara?
Kebangkitan Nusantara belum terjadi karena tidak ada sistem yang kredible. Jika kita hanya berbicara kebangkitan Nusantara, tanpa ada yang berkarya, maka tidak akan terjadi. Tanpa berbicara tentang kebangkitan Nusantara, namun Anda tercerahkan, segenap perkataan Anda akan mendorong perubahan.
Saya tidak memberi toleransi kepada semua orang yang belajar dengan saya, tapi malah membuat jiwanya keruh. Ini akan mengganggu proses misi agung kita.
Kajian Mahadaya Suwung
Wedaran oleh Setyo Hajar Dewantoro
Bogor, 27 Desember 2020
Reaksi Anda: