Sebenarnya yang Anda cari sumbernya ada di dalam diri. Saat kita terhubung kepada Diri Sejati/Roh Kudus/Gusti yang nyata yang menjadi esensi keberadaan kita, maka saat itulah kita merasakan pancaran kasih yang paling murni. Dalam setiap tarikan dan embusan napas, kasih itu semakin nyata kita rasakan. Bersama kasih, pasti ada kebahagiaan dan kedamaian. Saat kesadaran kita penuh mengarah pada aliran energi kasih tersebut, pasti kita merasakan kebahagiaan. Energi kasih akan memancar dengan deras jika jiwa Anda murni, tidak ada penghalang antara diri dengan Diri Sejati. Sebab itulah terus meneruskan ada dalam keheningan, menjernihkan jiwa dan raga.
Penderitaan muncul dari ilusi, pikiran, atau asumsi yang tidak realistis, pikiran yang sibuk dengan keinginan. Lampauilah. Heninglah agar kita bisa sadar bahwa kebahagiaan ada di dalam diri, memancar dari relung jiwa.
Kebahagiaan menjadi nyata jika Anda terbebas dari segala bentuk emosi yang destruktif, seperti dendam, amarah, kecewa, dan lainnya. Akar penderitaan itu selesaikanlah. Sembuhkan diri Anda dengan terhubung kepada Yang Maha Penyembuh.
Hidup akan ruwet jika semua orang terjebak pada kesalahan yang dilakukan terus menerus. Inilah dosa yang nyata. Dosa adalah bentuk pengkhianatan pada Kesejatian kita, tindakan yang tidak didasari oleh kasih murni, tindakan yang tidak tertuntun oleh Diri Sejati. Contohnya, merusak alam, mengkhianati sesama, dan lainnya. Ketika Anda bergerak menggunakan ego, tindakan Anda akan menerakan energi yang kelam di dalam diri. Oleh sebab itu, belajarlah untuk loyal kepada Yang Sejati dalam sanubari Anda semua.
Kebahagiaan sangat bergantung pada kejernihan jiwa secara energi. Banyak yang belajar spiritual, namun terjebak pada supranatural. Padahal spiritual berbeda dengan supranatural. Spiritual adalah Anda terhubung kepada spirit atau esensi yang ada dalam diri. Spiritualitas akan mengantarkan Anda pada kebahagiaan dan kedamaian. Sementara supranatural yang tidak dibimbing dari dalam, ujung-ujungnya adalah keruwetan. Jangan terjebak pada supranatural yang ingin dianggap memiliki kesaktian/kedigdayaan. Asal Anda hidup dalam keselarasan artinya Anda berspiritual.
Ajaran yang paling murni dari bangsa kita adalah agar kita kembali ke kejernihan jiwa, yakni terhubung kepada Tuhan Yang Maha Esa dan rasa humanisme yang universal. Spiritual mengajak diri kembali ke dalam, jernih jiwa-raga, dan penuh kasih murni. Di sana tidak ada persaingan, kecemburuan, atau saling menyalahkan. Yang ada hanya hasrat memberikan yang terbaik kepada sekitar kita. Dalam spiritual yang ada hanya semangat bergotong royong.
Setiap jiwa punya panggung, jatah, dan talentanya masing-masing. Hanya hiduplah di dalam tuntutan Yang Maha Agung. Dan, biarlah menjadi nyata panggung atau jatah kita. Kita tidak perlu lagi berbuat apa pun karena kita bisa bahagia dengan diri kita sendiri dalam kebersamaan yang utuh.
Inti ajaran spiritualitas berikutnya adalah keberserahan diri. Keberserahan diri pada Tuhan harus didasari kesadaran akan Tuhan, bukan didasari ilusi atas Tuhan. Dalam keberserahan diri bukan berarti takhluk pada hukum-hukum yang diciptakan oleh pikiran dengan label agama. Keberserahan diri adalah Anda sadar bahwa di dalam sanubari Anda ada Sang Maha Agung. Dalam setiap tarikan dan embusan napas, kuasaNya nyata bekerja di dalam diri Anda. Dalam kesemestaan ini, ada Yang Maha Agung yang menggerakkan angin, air, api, dan tanah. Ini tentang berserah pada tuntunan Yang Maha Agung yang bisa Anda dapatkan di dalam diri Anda. Anda hidup selaras dengan irama Semesta. Inilah jalan spiritual yang sejati.
Semakin banyak orang yang mencapai titik ini–merdeka dan bahagia–bumi ini pasti berubah dan negeri ini akan bangkit. Anda benar-benar bisa bangkit dan betul-betul bisa merasakan kesadaran murni pada zaman dulu. Hidupkan kesadaran murni dalam keseharian Anda hingga negeri ini betul-betul bangkit kembali.
Kajian Mahadaya Mahaswara
Wedaran oleh Setyo Hajar Dewantoro
Karanganyar, 21 Februari 2020
Reaksi Anda: