Skip to main content
NusantaraSpiritual

Menjadi Pahlawan Bangsa

30 March 2021 Setyo Hajar Dewantoro No Comments
Menjadi Pahlawan Bangsa

Berbicara tentang jalan keselamatan, pencerahan, dan jiwa Ilahi sebetulnya kita tidak perlu kesusahan mencari modelnya. Asalkan kita betul-betul hening, lalu membaca sejarah Nusantara Kuna, kita akan menemukan banyak contoh jiwa-jiwa agung. Kita akan mengerti bahwa di tanah Nusantara pada era yang silam banyak Kristus/Buddha atau yang mendapatkan pencerahan sejati. Jiwa-jiwa agung tersebut hidup dengan banyak peran dan profesi. Bahkan kita akan menemukan sosok para negarawan/pemimpin yang memiliki kualifikasi karakter sebagai jiwa Ilahi.

Sebelum era kegelapan datang, tanah Nusantara ini tanah surgawi. Tempat ini adalah salah satu bagian dari tanah surgawi. Dieng adalah salah satu Mandala Agung. Di sini banyak dilahirkan jiwa-jiwa agung. Di era Majapahit kita mengenal sosok ratu yang agung, Tribuana Tunggadewi. Dia adalah sosok negarawan yang tercerahkan yang sekian lama belum muncul kembali ke tanah Nusantara, kecuali ketika Bung Karno (yang asli) berkiprah. Bung Karno adalah salah satu Satria Pinandhita yang kita kenal bersama. Sebelumnya ada Gayatri Rajapatni, Ken Arok, Sri Kertanegara, Prabu Airlangga, dan banyak tokoh lain yang tidak bisa disamakan dengan para politisi masa kini. Mereka adalah jiwa-jiwa tercerahkan yang bisa membangun negeri gemah ripah loh jinawi rata tentrem kertaraharja.

Jika ada yang bertanya tentang buktinya, sederhananya cukup melihat jejak yang ada pada candi kita. Candi-candi tersebut sebuah karya arsitektur yang megah, yang tidak mungkin muncul tanpa lima faktor. Yakni, kesadaran spiritual yang tinggi, cita rasa seni yang tinggi, kemampuan teknologi yang memadi di zamannya, stabilitas politik, dan kemakmuran finansial.

Baca Juga: Kapan Kebangkitan Nusantara Terjadi?

Jangan pernah bayangkan Nusantara sebagai negeri penyembah berhala. Jangan pernah menghina bangsa sendiri sebagai bangsa yang bar-bar, yang setiap kesuksesan politiknya terjadi pertumpahan darah. Citra buruk tentang bangsa adalah citra yang dibangun oleh penjajah. Setelah abad 15 kita mengalami siklus kejatuhan. Pada era itulah narasi sejarah banyak dibuat yang sangat berbeda dengan kenyataan Nusantara yang agung.

Kita ada di dalam sebuah titik transisi. Dengan sadar kita menempatkan diri pada posisi yang mengawal transisi menuju ke era yang terang benderang. Anda yang datang dan jiwanya terhubung ke sini, telah dipilih Semesta untuk menjadi ksatria-ksatria pilar perubahan. Oleh sebab itu, segenap hal yang ada pada diri harus diperbaiki dengan total, termasuk mindset kita. Semua narasi sejarah sebagai bangsa yang bar-bar harus dibuang jauh-jauh. Masuk kembali ke dalam keheningan untuk terhubung dengan semua jiwa agung di masa lalu. Jangan sekadar percaya pada dongeng yang disampaikan oleh orang yang tidak mengerti kebenarannya.

Jika kita ingin mengerti kebenaran tentang Ken Arok, selami di dalam keheningan, sambungkan rasa dengannya sehingga kita bisa merasakan jiwanya yang agung, murni, dan tercerahkan. Narasi Ken Arok untuk bertakhta perlu membunuh Tunggul Ametung adalah fitnah yang besar. Narasi sejarah lainnya, Teguh Dharmawangsa meninggal dari prahara ketika Medangkamulan diserbu oleh Wora Wari hingga kemudian muncullah Airlangga juga bukanlah kebenaran. Era berikutnya, Kertanegara diserbu oleh pasukan Jayakatwang. Narasi itu selalu berulang. Di dalam mindset kita selalu ditanamkan keyakinan sebagai bangsa yang tidak bisa mengelola kedamaian. Semua diselesaikan dengan pedang dan pembunuhan. Itu fitnah yang besar. Narasi sejarah kita memang dibelokkan oleh para penjajah.

Baca Juga: Bukti-bukti untuk Membongkar Kepalsuan Sejarah Nusantara

Saya memang tidak pernah membaca manuskrip kuna yang terkait dengan sejarah Nusantara. Tetapi, saya bisa membaca Catatan Semesta dan terhubung dengan jiwa-jiwa agung di masa lalu. Jika Anda mau menyelami, Anda akan menemukan bahwa tidak ada pergolakan atau pertumpahan darah di antara para pemimpin Nusantara, kuna.

Sebelum abad 15 kita adalah negeri yang damai, tanah surgawi. Kita menjadi benteng terakhir bumi surgawi. Saat Eropa sudah memasuki masa kegelapan, ratusan tahun kita masih ada di era terang benderang. Jatuhnya kita dan runtuhnya Nusantara membuat bumi secara keseluruhan masuk ke era kegelapan. Maka menjadi sebuah kepastian sejarah, proses memutar balik semuanya bermula dari Nusantara. Kita harus bangkit, Nusantara harus dikembalikan keagungannya. NKRI yang dimerdekakan oleh jiwa-jiwa agung di tahun 1945 harus kita bangun bersama untuk mencapai cita-citanya. Indonesia dilahirkan kembali bukan sebagai bangsa yang dijajah. Negara kita harus menjadi negri yang merdeka. Negara yang penduduknya berbahagia. Negara yang gemah ripah loh jinawi tata tentrem kertaraharja.

Siapa yang bisa memegang tanggung jawab ini?

Tidak ada yang lain kecuali mereka yang berjiwa murni. Perjuangan kita tidak akan berhasil tanpa dilandasi kemurnian jiwa. Orang yang hanya mengandalkan pikiran logikanya dan moralitas normatifnya pasti akan tumbang. Yang kita hadapi adalah kekuatan yang sangat besar yang hanya bisa dilampaui ketika kita ada di dalam pencerahan. Hanya di dalam pencerahan kita bisa mengakses kekuatan yang tanpa batas.

Anda yang datang dan terhubung di sini, jangan menganggap nista diri sendiri. Jangan merendahkan dan meremehkan diri sendiri. Sadari di dalam diri Anda ada benih keilahian. Sadari di dalam DNA Anda ada keagungan jiwa-jiwa masa lalu, ada karakter ksatria yang agung.

Anda semua dipaggil ke Dieng digembleng selama beberapa hari di sini agar karakter ksatria yang agung bangkit kembali. Jangan cengeng! Tidak ada lagi untuk sibuk pada hal-hal yang remeh remeh yang tidak berguna bagi bangsa ini. Saatnya bangun! Tunjukkan Anda adalah jiwa-jiwa yang agung. Apa pun pekerjaan Anda, ikuti tuntunan Diri Sejati, lakukan yang terbaik dengan kemampuan Anda. Jangan meremehkan terang Anda sekecil apa pun itu di mata orang lain. Lakukan yang terbaik. Itu menjadi puzzle yang saling menggenapi untuk memastikan negera ini kembali pada kejayaannya.

Bangsa yang besar tidak akan kembali kepada kebesarannya tanpa ada yang mau menjadi pahlawan. Pahlawan adalah orang yang berani melampaui egonya, yang hidup tidak hanya untuk kepentingan dirinya sendiri, yang siap mengorbankan apa pun yang dipunya untuk sebuah keagungan.

Anda bertemu dengan saya memang pasti menemukan kedamaian, tapi bukan sekadar hal itu tujuannya. Saya dilahirkan untuk menciptakan sebuah perubahan besar. Tidak hanya untuk negeri ini, tapi untuk dunia ini. Siapa pun yang dekat dengan saya, sadarilah bahwa Anda menjadi bagian dari perubahan itu. Maka, segera tata diri Anda menjadi jiwa yang agung. Kita berkarya bersama. Dan, biarlah terjadi Bumi Surgawi yang dimulai dengan bangkitnya Nusantara yang agung.

Segala tantangan dan dinamika kita hadapi bersama. Ada hukum Semesta yang pasti terjadi, yakni keselamatan pasti mengiringi siapa pun yang berjiwa murni. Selama kita konsisten di dalam jiwa yang murni, maka pertolongan, keselamatan, kebangkitan itu pasti bersama kita.

Retreat Mahadaya ‘Melampaui Sisi Gelap, Merealisasikan Keilahian Diri’
Wedaran oleh Setyo Hajar Dewantoro
Dieng, 26-28 Maret 2021

Share:

Reaksi Anda:

Loading spinner
×

Rahayu!

Klik salah satu tim kami dan sampaikan pesan Anda

× Hai, Kami siap membantu Anda