Skip to main content
Ajaran Pencerahan

AJARAN MISTIK ZARATHUSTRA

21 January 2023 Setyo Hajar Dewantoro No Comments

Di fase pamungkas dari spiritual journey ke Eropa yang bermula pada 5 Juli 2022, kami digerakkan Semesta untuk kembali ke Paris. Di Paris kami mengikuti petunjuk untuk bermalam di Westminter Hotel, hotel bergaya British klasik. Ini hotel yang interiornya menyiratkan keteduhan dan tradisi aristokrat yang elegan. Dua hari di Paris, lebih banyak kami meresapi hening di kamar dan lingkungan hotel. Tidak ada sinyal Semesta untuk berjalan ke banyak tempat.

Dalam hening, banyak hal memang disingkapkan. Hening adalah momen belajar: dari Diri Sejati sebagai Guru dan Pembimbing Agung di dalam diri, juga dari membaca catatan Semesta. Di Paris inilah kami dibawa untuk menyelami kenyataan lebih utuh tentang ajaran mistik Zarathustra.

Mistik, asal katanya adalah mist, kabut, menyangkut misteri, hal-hal yang belum diketahui karena ada kabut yang menghalangi. Mistisisme, berkaitan dengan penyelaman segala misteri kehidupan. Misteri teragung dalam hidup, adalah tentang Tuhan sebagai sumber dan awal mula hidup. Hening adalah jalan untuk menyingkap tabir misteri dan mengungkapkan kebenaran.

Zarathustra, adalah Avatar Kuna, praktisi keheningan yang bisa mengungkap banyak misteri, kesemuanya berkenaan dengan keadaan yang paling dirindukan manusia, yaitu menemukan jalan menuju kebahagiaan, keselamatan dan kesempurnaan. Misteri agung yang diungkapkan Zarathustra adalah tentang realitas Ahura Mazda, Keberadaan Ilahi, yang kemudian menjadi poros pengajaran spiritualnya.

Ahura Mazda, satu terminologi Persia Kuno. Ahura bermakna Lord of Life, sementara Mazda artinya adalah Creator of Matters. Ahura Mazda adalah “The Actor of Universe Creation, Actor of Transformation from Menog (Spiritual Universe) into Material Universe (Getik)“. Tapi, apakah Dia identik dengan Tuhan? Tidak juga. Dalam hening yang mendalam, kita pasti mengerti bahwa Tuhan dalam realitas tertingginya adalah Kekosongan Absolut yang menjadi esensi dari segala yang ada dan meliputi segala keberadaan. Tuhan adalah Sang Sumber: segalanya mengada dari Tuhan, lewat transformasi berjenjang: dari kekosongan memancar energi paling murni, energi itu bekerja memunculkan getaran dan bunyi, dan dari situ muncullah cahaya primordial. Cahaya primordial inilah yang kemudian jadi benih materi, bertransformasi menjadi string, quark, atom, lalu ujungnya menjadi realitas materi dalam segala bentuknya. Kuasa Penciptaan ini selalu mengalir dari Kekosongan Absolut, maka kita menyebutkan, bersama Tuhan ada mentalitas kreatif (Spenta Manyu).

Ahura Mazda, adalah manifestasi dari Kekosongan Absolut, keberadaan yang lewat evolusi panjang menjadi sempurna dalam merealisasikan segenap kualitas ketuhanan, termasuk di dalamnya adalah Spenta Manyu. Dia dengan mentalitas kreatifnya kemudian menginisiasi

big bang, menciptakan jagad material, melahirkan kehidupan. Inilah puncak evolusi dari seluruh keberadaan, seluruh jiwa. Ahura Mazda, adalah representasi dari pure magic power yang sempurna. Maka, Ahura Mazda menjadi model kesempurnaan keberadaan.

Dalam skala yang lebih kecil dan sederhana, manusia juga bisa merealisasikan Spenta Manyu: manusia adalah pencipta dari banyak hal mulai dari teknologi, produk teknologi hingga peradaban.

Dalam proses penciptaan jagad material, Ahura Mazda mengikuti dan menjalankan prinsip agung berikut,

  1. Divine Plan = Semua yang tercipta, mengada, merupakan bagian dari Rencana Ilahi menuju Ultimate Perfection (Puncak Kesempurnaan).
  2. Asha = Semua keberadaan termasuk jagad material, diatur oleh Asha (absolute truth/law of nature)

Dualitas dan Perjalanan Menuju Kesempurnaan

Pada kenyataan, jagad besar (makrokosmos) dan jagad kecil (mikrokosmos) selalu mengandung dualitas. Demikianlah yang terjadi pada manusia sebagai mikrokosmos. Selalu ada Vayo vs Akem = Good vs Bad. Sebagai manusia, tantangannya adalah melampaui dualitas, menuju kesatuan atau ketunggalan. Dengan selalu setia dalam kebajikan sejati di setiap pikiran, kata-kata dan perbuatan, maka kesadaran murni pasti tercapai dan pada titik inilah dualitas terlampaui. Yang ada adalah kasih, bahagia, tidak ada angkara murka dan penderitaan. Yang perlu dimengerti, keadaan dari jagad besar tergantung kesadaran kolektif dari seluruh jiwa yang berhimpun di dalamnya. Nasib Bumi, apakah akan hancur atau surgawi, tergantung kesadaran kolektif dari manusia sebagai penghuni yang paling punya pengaruh. Manusia bisa memenuhi divine plan-nya saat bisa melampaui dualitas, planet Bumi bisa mencapai divine plan-nya saat mayoritas manusia hidup dalam kebajikan pikiran, kata, dan perbuatan.

Satu catatan penting, melampaui dualitas itu bukan menganggap baik buruk tidak ada, termasuk mengingkari realitas non-fisik yang merepresentasikan kejahatan: Achista Mana/Angre Mainyu. Justru keburukan di dalam diri, kita sebut juga sebagai sisi gelap, harus disirnakan lewat keheningan yang mempurifikasi. Saat yang sama, kita harus sepenuhnya membebaskan diri dari Angre Mainyu karena mereka adalah penghambat menuju kesempurnaan. Dalam hening yang penuh, manusia memang bisa mengakses Xvamah (Cahaya Murni) yang ada di relung hati, guna menyirnakan sisi gelap dan menyelaraskan Angre Mainyu.

Terkait dengan proses menuju kesempurnaan, Zarathustra mengajarkan penghayatan akan realitas manusia seutuhnya:

Tanu ( Material Body)
Urwan (Soul)
Daena (Divine Sense)
Serosha (Divine Self/Holy Spirit)
Mano (Mind) that create Ego

Yang harus bertumbuh/berevolusi menuju sempurna adalah Sang Jiwa (Urwan) dengan membawa Mano (Pikiran) selalu ada dalam keheningan, sehingga selalu terhubung dengan Daena (Rasa Sejati), bisa menangkap tuntunan dari Serosha (Diri Sejati) dan setia kepadaNya. Inilah jalan untuk mengikuti pola kesempurnaan dari Ahura Mazda.

Siapapun yang konsisten mengikuti jalan ini, pastilah bisa merealisasikan 6 Divine Quality:

Asha = absolute truth
Vohu mano = divine pure love
Khsathra = divine power
Amraity = divine service
Haurvatat = perfection
Ameratat = immortality, baik pada tataran jiwa maupun tubuh materiel

Manusia yang konsisten dalam kebajikan di segenap pikiran, kata-kata dan tindakannya, dialah yang selamat dalam hidup dan mati. Kematian menjadi momen bagi jiwa dengan tubuh halusnya untuk melewati Cinvat Bridge, di mana pada momen ini manusia memetik buah kesadarannya: pure happiness atau absolute misery – kesempurnaan/keberhasilan atau kegagalan

Ringkasnya, Zarathustra mengajarkan satu

“The Great Spiritual Way: Follow the Serosha, use Daena, ignore Wild Mano that bring to Egoism and Evil.”

Pungkas cerita, “Siapakah Zarathustra?” Dia yang dikenal secara umum dalam sejarah modern, adalah lelaki tampan yang lahir 1296 SM. Tapi ajaran yang dia sampaikan telah ada di Persia, Sumeria, Assyria, jauh sebelumnya. Dalam hening yang menangkap realitas Zarathustra Primordial: Dialah Enki, jiwa agung yang menjadi bagian dari klan Annunaki, berasal dari Planet Nibiru tapi kemudian menjadi cikal bakal dari salah satu ras manusia penghuni Bumi.

Dengan ajarannya, dengan jalan Pure Magic yang dia teladankan, kita ubah Bumi ini jadi Planet Surgawi.

 

Setyo Hajar Dewantoro

Share:

Reaksi Anda:

Loading spinner
×

Rahayu!

Klik salah satu tim kami dan sampaikan pesan Anda

× Hai, Kami siap membantu Anda