Skip to main content
JiwaMeditasiSetyo Hajar DewantoroSpiritualSuwung

Manfaat Meditasi: Memurnikan Jiwa, Memberdayakan Diri, dan Menghasilkan Mahakarya

16 September 2020 Setyo Hajar Dewantoro No Comments
SHD 1

Sampai pada hari ini, saya sudah berkali-kali mengikuti acara Workshop Mahadaya yang dibimbing oleh Guru Setyo Hajar Dewantoro. Mengapa demikian? Karena saya, secara pribadi, merasakan banyak sekali manfaat yang didapat dari melakukan meditasi dan mendengarkan wedarannya.

Tanpa bisa dipungkiri dan sudah dibuktikan dari generasi ke generasi, meditasi senyatanya memang memberikan manfaat yang luar biasa bagi praktisinya. Manfaat meditasi bagi saya terutama adalah karena melaluinya, saya dapat bertumbuh jiwa, memberdayakan diri, lalu menghasilkan mahakarya.

Bagaimana hal itu bisa terjadi? Samakah manfaat meditasi bagi saya dengan yang lainnya?

Sejujurnya, saya tidak bisa menggeneralisasikan jawaban dengan menjawab: sama. Saya yakin, setiap individu memetik manfaat meditasinya masing-masing, yang sangat pribadi dan sakral. Justru dari kesakralan ini, jiwa kembali murni dengan caranya sendiri-sendiri, lalu menemukan kekhasannya untuk berdaya dan bermahakarya. Luas sekaligus unik bukan, manfaat bermeditasi?

Tanpa ingin berpanjang kata lagi, berikut adalah intisari wedaran dari sebuah Workshop Mahadaya di Surabaya. Biarlah memberikan manfaatnya tersendiri bagi setiap pembaca, terkhusus saya sebagai penurun beritanya. Rahayu.

********

Setiap diri mempunyai benih keilahian-Nya. Kita semua adalah manifestasi atau pancaran Sang Sumber Yang Maha Esa. Kualitas dari esensi atau benih keilahian ini perlu ditumbuhkan dan ditransformasi sehingga menjadi kualitas yang melekat di dalam diri kita seutuhnya, dan termanifestasikan dalam keseharian kita.

Kembali Memurnikan Jiwa

Di dalam diri setiap manusia pasti memiliki ego. Kita memiliki freewill atau kehendak bebas untuk memilih hidup berdasarkan Sang Esensi atau Sang Ego. Pada kenyataannya, jiwa sering keliru dalam melangkah, yakni melangkah mengikuti ego dan melupakan esensinya. Itulah yang membuat jiwa terdistorsi sehingga banyak kerak yang mengganggu keindahan-Nya. Jiwa yang mengikuti freewill, yang memilih hidup mengikuti ego, akan terkotori oleh ilusi, emosi destruktif, segala jejak dosa, bahkan energi yang tidak selaras yang ditarik dari dimensi yang lebih rendah. Pada kondisi inilah jiwa tidak ada dalam kemurnian. Jika jiwa tidak murni, maka jiwa tidak bisa tampil dalam realitas Agung-Nya.

Ada istilah Jawa, yaitu Bali Marang Sangkan Paraning Dumadi. Maksudnya adalah, setiap jiwa hendaknya kembali ke asal mulanya sekaligus kembali ke tujuan perjalanan panjang Sang Jiwa. Jiwa yang murni akan ditandai dengan keberadaan cinta kasih yang total. Orang yang berjiwa murni menjadikan dirinya sebagai perwujudan kualitas Ilahi yang paling utama, yakni kasih murni.

Kenapa saat proses meditasi pemurnian jiwa ada rasa sakit yang datang?

Ada sesuatu yang tidak selaras yang tertancap di dalam tubuh. Rasa sakit itu ditarik dari perjalanan jiwa kita sendiri. Selama itu belum dibereskan, kita akan menjadi manusia yang rentan, sewaktu-waktu bisa muncul ke permukaan dan mengganggu stabilitas keheningan. Ketika rasa sakit datang, pasrah dan terima. Itu buah dari perbuatan kita sendiri. Itu proses yang harus dijalani untuk pemurnian diri.

SHD 4

“Saya berterima kasih bahwa Anda pernah ada dalam kehidupan saya. Tetapi, saat ini sudah saatnya untuk berpisah, kembalilah engkau ke asal-Nya atau biarlah engkau naik ke dimensi yang lebih tinggi dan menemukan kebahagiaan juga. Sekarang adalah momen setiap jiwa untuk menemukan kebahagiaan yang sejati. Biarlah dengan Kuasa Ilahi dan Kasih murni dari Sang Sumber semua diselaraskan. Jiwa ragaku kembali pada kemurnian.”

Setelah Anda berkata dan menyabda, pasrahlah. Memang pada sebagian yang melekat, ada rasa sakit hebat dan itu harus dilampaui. Semua endapan ketidakselarasan itu dilepas dengan berbagai cara. Ada yang tiba-tiba sendawa, batuk, muntah, bahkan ke kamar mandi. Itu adalah hal yang wajar dan lumrah. Inilah momen pemurnian diri yang kita sebut sebagai “Laundry Semesta”. Nikmati saja.

Memberdayakan Diri

Ketika hidup di dunia akan ada banyak kebutuhan dan tantangan. Secara real, Anda hidup di bumi pasti butuh uang. Seorang yang telah termurnikan, seyogyanya punya keberdayaan yang bisa memenuhi kebutuhannya dalam tataran yang berlimpah, tidak kekurangan pada aspek materi.

Pada aspek lainnya, dengan hidup berdampingan dengan orang-orang yang melangkah berdasarkan ego, maka sangat dimungkinkan kita berada dalam kesulitan-kesulitan tertentu. Seperti yang kita hadapi saat ini misalnya; ada aturan-aturan yang membuat susah atau ada orang-orang yang suka menyebarkan ketakutan. Ini adalah sebuah tantangan yang hanya bisa kita atasi dalam keberdayaan. Tanpa keberdayaan, sebaik apa pun Anda, maka Anda hanya menjadi korban.

SHD5

Jika kita ingin menciptakan kehidupan bumi yang surgawi, kita harus mempunyai keberdayaan selain jiwa yang murni. Keberdayaan artinya Anda menjadi wadah dari kekuatan ilahi sehingga kata-kata Anda menjadi sabda yang menjadikan. Anda bisa mengatasi tantangan kehidupan, Anda bisa melampaui segala kendala, bahkan Anda bisa terlindungi dari segala ancaman.

Kita bersekolah di bumi. Ibu Bumi sudah merawat dan menghidupi kita dengan sangat baik. Semua berasal dari Ibu Bumi, seperti udara yang kita hirup, sinar matahari yang kita dapatkan, air yang kita minum, dan saripati tanah yang membentuk tubuh kita. Akan menjadi sebuah hukum Semesta yang adil jika kita harus membayar “SPP” di sini. Kita bergantian memberi kepada Ibu Bumi dengan cara berkarya. Kita harus sadari ada sesuatu yang harus kita berikan untuk kehidupan ini.

Menghasilkan Mahakarya

Karya dan mahakarya tidak akan berwujud jika tanpa keberdayaan. Masing-masing diri kita harus mengerti talenta diri. Dengan talenta tersebut, kita mengerti karya atau mahakarya apa yang bisa dihasilkan. Kita punya sumbangsih untuk kehidupan ini. Tidak hanya mengambil, namun juga memberi. Manusia sempurna adalah manusia yang bisa kembali kepada kemurnian jiwanya dan manusia yang bisa berdaya untuk mengatasi segala persoalan hidupnya, juga memberi sumbangsih berupa mahakarya untuk kehidupan ini.

Ada karya yang bersifat general. Ada pula yang bersifat spesifik. Karya yang bersifat general yakni setiap orang bisa dan terus melakukan hal ini. Di dalam keheningan kita menghaturkan terima kasih. Di dalam keheningan kita memancarkan kasih murni kepada bumi ini, kepada tanah, air, sinar matahari, udara, dan semuanya. Misalnya kita terkoneksi dengan pohon-pohon yang memberikan oksigennya, berterima kasihlah dan pancarkan kasih murni. Kita bertemu dengan mata air atau sungai, berterima kasihlah karena masing-masing mempunyai soul dengan misinya. Maksudnya kita hidup selaras dengan alam. Dengan begitu, kita tidak akan melakukan tindakan-tindakan destruktif yang didasari keserakahan.

SHD 2

Karya yang bersifat spesifik adalah yang berhubungan dengan talenta Anda. Setiap orang pasti sudah memiliki keahlian yang benihnya sudah ditanamkan di dalam chip kita. Ada yang memiliki talenta menjadi penyembuh, penyanyi, pengajar, atau pemimpin. Ketika tertumbuhkan di dalam kerangka keilahian, itu akan menjadi penopang peradaban yang surgawi. Maka, jadilah penyanyi surgawi atau penyembuh yang bekerja berdasarkan hati, bukan berdasarkan kekuatan yang lain. Temukan pekerjaan yang cocok dengan diri Anda. Sesederhana apa pun pekerjaan Anda, itu adalah pekerjaan.

Keberlimpahan adalah hak bagi siapa pun yang sudah berkerja. Jika tidak bekerja, Anda tidak punya hak. Bekerjalah meskipun tidak mendatangkan pendapatan. Ini bukan tentang pekerjaan yang harus menghasilkan uang. Mulailah bekerja tanpa menghasilkan materi. Misalnya, Anda bertemu dengan pohon, berkatilah pohon tersebut. Ini akan menghimpun karma baik Anda. Semesta pasti tahu jika Anda butuh makan. Semesta akan memberi jika Anda memang punya kelayakan.

Lakukanlah apa pun yang paling mungkin Anda lakukan untuk Semesta. Anda akan menderita jika Anda bekerja untuk kaya saja. Secara praktiknya, jika Anda sudah mengakumulasi karma baik, maka rejeki dalam bentuk apa pun, termasuk uang, pasti akan datang. Jika Anda hanya mengeluh, Anda tidak akan mengubah nasib sampai kapan pun. Hidup itu harus disederhanakan dan realistis.

Setiap mahakarya pasti berawal dari karya yang paling sederhana. Pengalaman saya, kini saya mengajar di berbagai kota dengan banyak murid itu bermula dari mengajar Mas Wawan dan Mas Gio di pinggir kolam. Dan tidak pernah terbayang bisa sampai seperti ini. Ini mengalir saja. Jangan pernah dipikirkan dan dibayangkan. Jika Anda mempelajari para maestro di berbagai bidang, jangan melihat hasilnya, tapi lihat prosesnya. Anda pasti bisa mengikutinya sesuai dengan bidang Anda sendiri. Intinya, mulailah dari hal yang paling kecil.

Meditasi adalah laku spiritual untuk menyadari keilahian dalam diri dan merasakan kesatuan yang agung. Melalui kesadaran, kita berproses mencapai tiga hal tersebut. Yakni, kita dimurnikan jiwanya, kita diberdayakan, dan kita diberi pondasi untuk berkarya.

*Disarikan dari Kajian Mahadaya

Setyo Hajar Dewantoro

Surabaya, 12 September 2020

Share:

Reaksi Anda:

Loading spinner
×

Rahayu!

Klik salah satu tim kami dan sampaikan pesan Anda

× Hai, Kami siap membantu Anda