Sejatinya, setiap orang mempunyai probabilitias atau kemungkinan untuk menjadi Jiwa Ilahi, mencapai tataran Avatar, Kristus, Buddha, atau Adi-Buddha. Pada dasarnya, esensi setiap orang adalah Tuhan itu sendiri. Menjadi Jiwa Ilahi adalah bagaimana seseorang menjernihkan segala distorsi atau kekeruhan jiwa agar terhubung dengan Guru Sejati sepenuhnya. Dan kualitas-kualitas Ilahi yang benihnya ada pada setiap orang itu bisa tumbuh dengan sempurna.
Apa faktor-faktor kunci untuk membuat ini nyata tercapai?
Capaian dari perjalanan jiwa di masa lalu adalah faktor penentu. Siapa pun yang di kehidupan masa lampaunya relatif tercerahkan atau telah tercerahkan paripurna, punya potensi yang lebih besar untuk mencapai pencerahan kembali di kehidupan saat ini. Bahkan mencapai kondisi yang lebih tercerahkan dibandingkan sebelumnya.
Penggunaan Freewill
Proses yang dijalani seseorang di kehidupan sekarang. Yakni, terkait hak freewill seseorang dalam hidupnya, menggunakan kebebasannya dalam berkehendak dan melangkah. Jika seseorang benar-benar memilih untuk memurnikan jiwanya lewat jalan keheningan yang tepat, apalagi diasuh dan dibimbing oleh seseorang yang tepat, maka akan meningkatkan probabilitas untuk mencapai pencerahan yang paripurna.
Misalnya, potensi Anda mencapai pencerahan itu tinggi, namun pada proses sekarang Anda tidak serius, maka Anda bisa terlampaui oleh mereka yang sangat serius walaupun “kalah” dalam kehidupan masa lampau. Semuanya bersifat dinamis. Siapa pun Anda dan apa pun latar belakang Anda, yang terpenting adalah sekarang. Betul-betul teruslah bertumbuh di dalam ketekunan dan ketulusan yang tiada terputus.
Tekun
Tekun adalah cara Anda secara konsisten menjalankan laku keheningan. Bermeditasilah atau berkultivasilah secara konsisten terus menerus, tanpa lelah. Namun, dalam ketekunan ini tidak boleh membuat target apa pun atau memaksa apa pun. Bertumbuh saja, apa pun capaian kita, apa pun yang kita peroleh perlu diterima dengan suka cita. Jangan membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Setiap orang punya alur yang berbeda. Yang terpenting adalah setiap orang menemukan dirinya semakin bahagia, damai, dan selaras, melalui jalan keheningan.
Jika Anda tekun dan sungguh-sungguh, tanpa obsesi, pasti akan menemukan momen akselerasi. Anda akan bertemu dengan AHA Moment atau WOW Moment. Yakni, kesadaran Anda bisa meloncat. Dengan proses biasa, naik tangganya secara satu demi satu. Namun, ketika momen akselerasi itu tiba, Anda bisa langsung syut, naik dengan cepat. Itu tidak bisa dipaksa. Momen tersebut hanya muncul ketika Anda setia pada Guru Sejati.
Bagi orang-orang tertentu, workshop bisa jadi momen akselerasi. Silakan temukan momen-momen tersebut. Banyak caranya. Kuncinya hanya satu, setialah pada Yang Sejati. Saat Anda digerakkan ke sini, dituntun ke sana, ikuti saja. Di sanalah Anda akan menemukan momentum Anda untuk mengalami percepatan mencapai kondisi jiwa yang semakin murni.
Melampaui Sisi Gelap
Dalam menjalani proses menjadi jiwa yang semakin paripurna, semua orang akan menjalani fase jatuh bangunnya sendiri. Jangan pernah berkecil hati saat Anda sedang terjatuh. Di dalam diri manusia ada dualitas, yakni yin dan yang atau sisi gelap dan sisi terang. Proses perjalanan jiwa kita akan memunculkan sisi gelap. Ada bagian diri yang harus dikelola lebih cermat dan hati-hati. Seiring dengan kehidupan kita kini, bersama tubuh yang baru ini, sisi gelap tersebut bisa berada pada titik yang maksimal.
Misalnya, perjalanan jiwa saya, saya memiliki sisi gelap baperan (mudah terbawa perasaan atau tersinggung), saya sadar dan saya harus melampauinya. Melalui laku spiritual yang sungguh-sungguh dan tepat, biarkan kasih murni bangkit sempurna, lalu membereskan sisi gelap dalam diri. Yang terpenting, sisi gelap ini tidak disangkal.
Sisi gelap tidak hanya sekadar tidak disangkal, kita juga perlu kerendahhatian untuk mengakui keberadaannya. Sisi gelap bisa muncul secara bertahap. Satu lapis selesai, nanti akan muncul lagi sisi gelap di lapisan berikutnya, dan seterusnya.
Boleh saja Anda merasakan keheningan yang total di suatu momen, tapi itu belum menandakan Anda beres perjalanan jiwanya. Akan ada lagi momen-momen dibukakan sisi gelap Anda yang lainnya. Jika semua layer tersebut sudah beres, barulah Anda menjadi jiwa yang ilahi. Selama belum beres, prosesnya jatuh-bangun, ya, nikmatilah.
Untuk itulah mengapa ada persaudaraan spiritual seperti ini. Kita saling mendukung dan saling menguatkan. Dan untuk itu pula, ada orang yang sudah jalan terlebih dulu dan sudah melampaui itu semua sampai pada titik tercerahkan sehingga bisa membantu Anda. Kalau Anda tidak bertumbuh, Anda akan berputar terus menerus dengan ketidakjelasan.
Minder
Saya sudah melampaui apa yang Anda lampaui. Dulu, saya juga punya sisi gelap. Ada sombong dan iri hati yang muncul dari proses kehidupan. Kadang-kadang hal itu muncul dari pendidikan. Misalnya, di masa kecil kita dibanding-bandingkan, “Coba, lihat! Anak tetangga rajin dan pintar, nggak sepertimu.”
Jika hal itu terus menerus tersimpan, itu akan jadi sisi gelap. Dia akan mempunyai pribadi minder. Kalau seseorang minder, cara menutupinya adalah sok pintar, ingin menunjukkan ‘Aku Bisa’. Kita harus mengenali sisi gelap kita sampai kita menemukan solusinya. Jika seseorang memiliki sisi gelap minder, solusinya bukan dengan menunjukkan eksistensi, melainkan mulai dari menyadari, “Minder ini munculnya dari mana? Dan kondisi diri kita seperti apa?”
Kita perlu masuk ke dalam, menyelami keberadaan diri. Sejatinya kita ini siapa dan bagaimana. Faktanya adalah siapa pun diri Anda, pada mulanya jiwa Anda itu agung karena semuanya adalah manifestasi dari Sang Sumber. Agar Anda tidak minder, berangkatlah dari esensi diri Anda. Semua dari kita sama, yaitu jiwa-jiwa yang tercerahkan. Agar Anda bertumbuh selaras, sadari bahwa Anda memiliki kasih murni. Ketika Anda melangkah, apa pun alasannya bukanlah untuk menunjukkan eksistensi, tapi dorongan dari kasih murni tersebut. Minder akan tuntas sendiri ketika kasih murni sudah mekar sempurna. Mari kita selami sisi-sisi gelap dalam diri.
Obsesi
Ada pula sisi gelap seseorang adalah obsesi yang tidak pernah berujung. Ini adalah manifestai dari keserakahan. Sejak kecil kita sudah di-setting, “Kamu harus sukses, kamu harus begini. Kalau tidak begini, kamu tidak membanggakan saya sebagai orang tua.”
Hal tersebut membentuk mindset kita untuk terus mengejar segala sesuatu. Sadarilah. Dengan sikap hidup seperti itu, Anda tidak akan bahagia. Anda tidak menemukan momen, “Terima kasih, Gusti, hidupku indah sekali.” Anda akan merasa ketinggalan yang terus menerus. Anda memiliki aset yang bagus, lalu pasti akan merasa ada yang lebih bagus lagi. Jadi, temukanlah kebahagiaan sejati.
Lewat proses yang kita jalani ini, pasti sisi-sisi gelap dalam diri mampu kita tangani. Yang penting jangan menyerah, jangan merasa sudah beres. Anda harus belajar menemukan sisi-sisi gelap yang tersembunyi di dalam diri. Temukanlah dan selesaikanlah. Jadilah Jiwa Ilahi yang nyata. [Har]
* Disarikan dari Workshop Total Human Transformation
Setyo Hajar Dewantoro
Jakarta, 19 Juli 2020
Reaksi Anda: