Transformasi diri yang kita jalani adalah pengertian terhadap realitas diri secara utuh. Silakan sesering-seringnya merasakan keberadaan diri. Jika kita melihat dan merasakan diri, kita akan bertemu dengan tubuh fisik terlebih dahulu.
Tubuh Fisik
Tubuh fisik sebagai kumpulan dari banyak sel, sebagai struktur yang tersusun dari banyak organ, dan sebagai sebuah kesatuan fenomena fisika, biologis, dan kimia. Keberadaan tubuh fisik ini mewakili keberadaan diri di dimensi material atau dimensi lima.
Tubuh Mental
Pada keberadaan tubuh fisik ini terdapat fungsi mental, yakni pikiran dan emosi. Di dalam konteks spiritual, pikiran dan emosi harus dijernihkan secara terus menerus. Karena pikiran bisa menjadi keruh oleh segala ilusi, prasangka, dan segala macamnya. Emosi menjadi tidak selaras dengan segala macam kesakitan, kepedihan, kemarahan, dendam dan seterusnya.
Sang Jiwa
Fungsi mental yang jernih akan memasuki wilayah kesadaran spiritual. Di dalam tubuh ada isinya. Isi dari tubuh memiliki kesadaran sendiri. Inilah yang disebut Sang Jiwa. Jiwa berbeda dengan tubuh. Jika tubuh melakukan perjalanan, maka diperlukan fasilitas kendaraan dan dibatasi oleh ruang dan waktu. Namun, jika Sang Jiwa yang yang melakukan perjalanan, maka bisa dilakukan kapan pun dan di mana pun, tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.
Jiwa sudah ada sebelum tubuh ini ada. Dan akan tetap ada meskipun tubuh ini sudah tidak ada atau sudah sirna, kembali lagi ke asalnya. Sang Jiwa memiliki kesadaran yang dibentuk dari rangkaian perjalanan di masa lalu. Satu demi satu fase kehidupan akan membentuk sebuah konstelasi kesadaran. Ketika terlahir kembali di bumi, konstelasi kesadaran tersebut bersifat sangat potensial.
Jika seseorang di masa lalunya sudah memiliki kesadaran yang relatif luhur, maka potensi di masa sekarang adalah menjadi orang yang tercerahkan. Ketika terlahir kembali, maka seseorang menjadi amnesia. Dia tidak mengerti bahwa sebenarnya Sang Jiwa sudah berkesadaran. Kenapa? Karena di kehidupan sekarang, seseorang cenderung menggunakan kesadaran ragawi, yakni didominasi oleh otak.
Laku spiritual sebenarnya untuk menyambungkan kesadaran ragawi dan kesadaran jiwanya. Jika di kehidupan dulu sudah tercerahkan, maka kehidupan sekarang pun juga terulang, akan tercerahkan kembali. Yang sulit jika Sang Jiwa di masa lalu memiliki tragedi. Tragedi itu tersimpan dan bisa muncul kembali. Tragedi adalah segala kegelapan jiwa di masa lalu yang terekam di dalam DNA. Namun, hal itu bisa dibereskan, diselaraskan, atau diselesaikan dengan cara meditasi pemurnian setiap lapis keberadaan diri.
Kelahiran kembali di bumi merupaka proses evolusi Sang Jiwa. Apa pun titik berangkat seseorang itu tidak jadi masalah, yang terpenting adalah sekarang, kembali murni.
Diri Sejati
Sang jiwa memiliki tubuh yang halus. Melalui tubuh halus tersebut, jiwa bisa melakukan perjalanan. Biasanya kita mengenal dengan sebutan Out-of-Body Experience (OBE) atau Astral Projection. Sebenarnya mereka sedang melakukan perjalanan menggunakan tubuh halusnya.
Tubuh halus ini ada beberapa lapis. Secara sederhana, ada tiga lapis tubuh. Yakni, tubuh astral, tubuh eterik, dan tubuh cahaya.
Di balik jiwa ada esensi, spirit, atau Yang Maha Agung. Jika mengejawantah, dia menjadi kebijaksanaan tertinggi, menjadi sumber kasih yang paling murni. Itulah yang disebut sebagai Diri Sejati. Fungsi laku spiritual untuk menyelaraskan. Tubuh dengan kesadaran ragawinya menjadi selaras dengan jiwa yang terkait dengan Diri Sejati.
Proses selanjutnya adalah kesadaran Yang Agung yang muncul dari Diri Sejati akan menjadi kesadaran ragawi sekaligus. Jika kesdaran ragawi seseorang berisi kesadaran Diri Sejati, maka seseorang bisa disebut sebagai manusia Ilahi. Manusia Ilahi adalah manusia yang mempunyai kesadaran Diri Sejati. Diri Sejati adalah Tuhan itu sendiri. Yakni, Tuhan yang menurunkan frekuensinya supaya bisa berkomunikasi dengan manusia. Jika seseorang berkata, “Saya bisa bicara dengan Tuhan”. Yang dimaksud adalah Tuhan Diri Sejati, bukan Kekosongan Absolut. Tuhan Diri Sejati itu Maha Asyik. Dia adalah kebenaran sejati. Dia adalah keadilan yang paripurna. Dia bisa dikenali di dalam diri.
Avatar
Ketika di dalam diri semakin tumbuh kualitas-kualitas yang esensi, yakni kebijaksanaa, kasih murni, kecerdasan Semesta, keberlimpahan, maka manusia tersebut termasuk dalam kualifikasi Avatar, Kristus, Budha, Adi-Budha, atau Jiwa Ilahi.
Apakah Anda bisa mencapai itu semua? Jawabannya adalah bisa.
Langkah awalnya adalah hancurkan pikiran-pikiran yang mengkerdilkan diri sendiri. Itu adalah tataran yang bisa dicapai oleh semua manusia di berbagai generasi. Avatar atau Kristus zaman sekarang berpenampilan beda. Semua orang bisa menjadi Avatar atau Kristus, hanya mau atau tidak menjalani prosesnya. Dan ini sudah dihamparkan kepada Anda sebuah metode yang sederhana. Anda bisa bertumbuh mencapai titik itu melalui meditasi memurnikan jiwa raga sepenuhnya.
*Disarikan dari Workshop Total Human Transformation
Setyo Hajar Dewantoro
Jakarta, 19 Juli 2020
Reaksi Anda: