Skip to main content
Pancasila

Menghidupkan Kembali Pancasila

30 November 2020 Setyo Hajar Dewantoro No Comments
Pancasila

Pancasila adalah sesuatu yang sangat mendasar dan penting (dalam kehidupan pribadi maupun kehidupah berbangsa bernegara). Kita gaungkan kembali karena inilah yang menjadi pengikat bangsa yang punya banyak suku, ras, agama. Inilah landasan bagi negara ini untuk membangun kejayaan, kemakmuran, dan mencapai cita-cita kemerdekaan.

Sudah saatnya Pancasila tidak hanya dihafalkan dan dimengerti secara kognitif. Pancasila harus ada di dalam sanubari kita. Menyala betul sebagai api yang menggerakkan kita untuk berkata-kata, bertindak, dan berkarya dalam semangat berketuhanan dan berkemanusiaan. Kita perlu menumbuhkan cara bagaimana Pancasila meresap dalam diri kita dan menyala dalam sanubari kita.

Cara yang sudah ada dan dikenalkan oleh Founding Fathers kita dinamakan sebagai hening cipta. Jika kita melihat Pancasila, kita akan mengerti porosnya ada di semangat Ketuhanan Yang Maha Esa. Kita menyadari penuh bahwa kita semua berasal dari Tuhan yang sama. Kita semua menghirup udara yang sama. Kita semua berdiri di tanah yang sama. Kita sama-sama dihidupi oleh daya hidup yang mengalir dari keberadaan yang sama.

Menyadari hal seperti ini dengan sungguh-sungguh hanya bisa terjadi jika kita sering menyelami keheningan. Kita mengerti keberadaan Tuhan yang sesungguhnya jika kita tekun melakukan hening cipta. Hening cipta membuat kita bisa mengerti keberadaan Tuhan yang nyata yang bersemayam di relung jiwa. Hening cipta mengantarkan kita mengerti bahwa di dalam diri kita ada sumber kebahagiaan sejati dan sumber kebijaksanaan tertinggi yang membuat kita tahu bagaimana menjalankan laku hidup sebagai manusia yang berketuhanan. Hening cipta adalah langkah awal kita di dalam menjalani hidup dalam kesadaran ketuhanan.

Setiap diri sesungguhnya punya harapan yang sama. Setiap diri pasti punya hasrat menemukan kebahagiaan sejati dan mencapai kehidupan yang terbaik. Semua bisa mencapai semua itu asal menemukan jalan yang tepat. Jalan untuk menemukan tujuan luhur itu disebut jalan spiritual. Dalam konteks bangsa, kita sebagai bangsa Indonesia juga memiliki harapan luhur. Dibutuhkan sebuah jalan agar harapan luhur bisa tercapai. Jalan itu sebetulnya sudah ada dan sudah pernah dihayati juga dipraktikkan oleh bangsa kita di berbagai suku, ras, dan agama. Jalan itu diintisarikan dalam Pancasila.

Di dalam Pancasila yang jadi poros semuanya adalah sila pertama, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa. Sebagai bangsa Indonesia, kita tidak peduli suku, ras, agama, diarahkan untuk mengahayati keberadaan Tuhan yang nyata. Saat kita betul-betul bisa merasakan keberadaan Tuhan, maka muncul kualitas-kualitas ketuhanan yang paling mendasar, yakni kasih murni. Jika seseorang punya kasih murni, mereka akan memiliki rasa kemanusiaan yang universal. Ini dirumuskan dalam Pancasila sila kedua, yakni kemanusiaan yang adil dan beradab. Dengan jiwa kemanusiaan yang universal kita bisa berlaku adil pada siapa pun dan kita akan mempunyai adab atau keluhuran kepada siapa pun tanpa pandang bulu. Dengan kasih murni, seseorang akan mampu melampaui egonya. Orang yang bisa melampaui egonya akan terhindar dari semangat berkompetisi atau bersaing yang bisa menjatuhkan dan menghancurkan kita bersama. Dengan kasih murni kita bisa menerima semua sebagai saudara. Jika seseorang benar-benar memiliki Ketuhanan yang Maha Esa dan rasa kemanusiaan yang adil dan beradab, maka bisa menciptakan persatuan Indonesia.

Mengapa pada saat ini ada pergolakan dan konflik atas nama perbedaan kelas sosial, suku, ras, dan agama? Itu semata-mata karena kita semua belum menghayati Ketuhanan Yang Maha Esa. Kita masih mengedepankan pikiran egoistik kita, ingin menang sendiri demi mengejar sesuatu yang membawa kebahagiaan fatamorgana.

Jika kita kembali ke jalan Pancasila, kita akan mengerti bahwa sumber kebahagiaan ada di dalam diri. Kita tidak akan mengejar sesuatu di luar sana. Kita tidak akan saling berebut dan berkompetisi karena kita mengerti bahwa setiap orang punya jatah masing-masing. Mereka yang sudah mengahayati Pancasila akan merasakan kebahagiaan sejati dan hidupnya hanya untuk berbagi kebahagiaan.

Perkumpulan kita, Pusaka Indonesia GemahRipah, yang kita cita-citakan bersama dan punya kontribusi lebih untuk negara ini, memang memilih dengan sadar mengenai sebuah program atau kegiatan yang bisa mengenal kembali kesejatian Pancasila. Hanya dengan cara ini, kita bisa kembali pada jati diri kita sebagai bangsa yang luhur. Kita ingat ungkapan Bung Karno tentang bangsa ini yang akan menjadi bangsa yang besar jika bisa berbudaya sesuai dengan jati dirinya, berdikari secara ekonomi, dan berdaulat secara politik. Berbudaya sesuai jati diri tidak mungkin terjadi tanpa kembali pada nilai-nilai luhur yang ada dalam sejarah peradaban bangsa. Kembali kepada jati diri tidak akan terjadi tanpa mengenali Tuhan yang nyata sebagai Diri Sejati.

Inilah mengapa kita menjadikan “Hening Cipta dan Ngaji Pancasila” sebagai kegiatan utama agar kita sebagai bangsa bisa bertransformasi, menemukan jalan kebahagiaan, dan bertumbuh menjadi Jiwa Ilahi. Jiwa-jiwa Ilahi inilah yang disebut Manusia Pancasila, manusia yang bisa berkarya membangun bangsa dengan ketulusan yang paripurna.

Bagaimana nilai-nilai Pancasila kita yakini bisa membawa kita ke era kejayaan? Selama ini kita merasa di bawah atau inferior dari lainnya.

Jika kita hanya melihat negara kita saat ini tentu saja rasa minder adalah hal yang wajar. Dibandingkan denga negara-negara maju, kita sebenarnya tertinggal saat ini. Walaupun NKRI baru terbentuk pada 17 Agustus 1945. Namun, sebagai bangsa kita jauh lebih tua. Sebelum jadi bangsa Indonesia, kita sudah jadi bangsa Nusantara. Jika kita selami betul bangsa Nusantara, bangsa kita pernah mecapai titik-titik kejayaannya, ada di fase kemajuan. Sebagai contoh, ketika bangsa kita bisa membangun candi, yang dibutuhkan adalah lima syarat utama untuk mengada, yaitu: bangsa kita berkesadaran spiritual, punya kemajuan teknologi, punya cita rasa seni yang tinggi, punya kemajuan ekonomi, dan punya stabilitas politik. Masalahnya saat ini kita dibuat lupa bahwa kita pernah menjadi bangsa yang agung. Ada sejarah yang sengaja dituliskan sehingga kita merasa malu pada leluhur kita sendiri. Jika kita tahu bahwa kita pernah menjadi bangsa yang agung, pasti kita akan mengerti dan tidak punya lagi rasa minder.

Bagaimana menerapkan nilai-nilai Pancasila dan menyalakan semangat Pancasila dengan kondisi sekarang?

Pertama kita sadar kenyataannya bahwa pada saat ini bangsa kita jauh dari nilai-nilai spiritualitas. Secara kolektif, tingkat kesadaran kita terbilang rendah. Kita bangsa terbelakang secara spiritual, meskipun banyak yang mengaku kita adalah bangsa relijius. Indikasinya banyak orang yang tidak bahagia, banyak konflik, dan kisruh.

Jika kenyataannya seperti ini, lalu kita mau apa? Apakah kita mau diam atau larut atau hanya memikirkan diri sendiri? Atau dengan kesadaran murni kita berbuat sesuatu demi menciptakan keadaan yang lebih baik?

Jiwa-jiwa pejuang saat melihat masalah, dia tidak patah, tidak menjadi menyerah, dan tidak memikirkan dirinya sendiri. Tetapi, bangkit semangatnya untuk mengubah kenyataan itu menjadi apa yang seperti diidealkan. Kita mendapatkan dorongan Semesta untuk menghidupkan kembali api Pancasila. Saya pribadi benar-benar digerakkan untuk mengahayati nilai-nilai Pancasila secara otentik dalam keseharian, dan selanjutnya saya bagikan kepada Anda semua. Yang perlu ditekankan label jadi tidak penting, yang penting lewat jalan spiritual ini, kita hidup bahagia, rukun, penuh kebersamaan dan penuh karya. Dalam cara hidup yang demikianlah Pancasila hidup. Riak-riak kecil ini akan jadi gelombang yang besar.

Jika ini semua mewarnai pemerintahan, pemerintahan akan punya cara untuk membawa anak-anak mengenal nilai-nilai Pancasila. Jika ini jadi kebijakan pemerintah, kita bisa membuat anak-anak SD, SMP, SMA melakukan hening cipta sebelum belajar. Mereka diajak merasakan napas, mengucapkan terima kasih pada Tuhan, mendoakan orang tua, guru, dan teman-temannya, juga bumi ini. Mereka pasti berubah.

Anak-anak diajak untuk mengasah diri dan melembutkan rasa dengan menari atau bermain gamelan dan angklung, pasti berubah. Jika perubahan ini semakin sistemis, maka kita akan jadi bangsa yang besar. Tidak ada yang mustahil. Yang mustahil itu karena kita hanya mengukur kekuatan kita sekarang bagaimana dan tantangannya apa. Tetapi, para pejuang tidak pernah berhenti sampai di sana. Para pejuang hanya mengikuti panggilan jiwanya untuk mengerjakan yang terbaik. Lalu, sisanya biarkan Tuhan yang menciptakan keajaiban dengan menolong kita. Yang penting kita bekerja dan berkarya. Pasti ada gunanya. Tidak ada yang sia-sia dari perjuangan.

*Hening Cipta dan Ngaji Pancasila
Setyo Hajar Dewantoro
Pusaka Indonesia GemahRipah
Batam, 26 November 2020

Share:

Reaksi Anda:

Loading spinner
×

Rahayu!

Klik salah satu tim kami dan sampaikan pesan Anda

× Hai, Kami siap membantu Anda