Ada satu hal yang bisa tetap kita jaga, pertumbuhan spiritual yang ajeg ke atas, bukan ajeg ke bawah. Saya memaklumi dinamika yang dihadapi oleh teman-teman karena memang saya bisa mengerti itu tidak mudah. Kita punya tantangan yang berbeda. Saya sendiri tidak punya pengalaman yang mengalami kondisi yang Anda hadapi saat ini. Zaman dulu saya tidak ada dalam situasi di mana pertumbuhan spiritual itu sedang naik ke atas, saya terpontal-pontal.
Sekarang situasinya adalah saya sebagai seorang guru spiritual, seorang pejalan keheningan, seorang pekerja, ksatria cahaya, apa pun namanya, konsisten menekuni keheningan. Saya selalu ada dalam kesetiaan penuh kepada Diri Sejati saya, menjalankan apa pun yang menjadi titahNya dan saya akan betul-betul setia untuk tidak melanggar apa pun yang jadi larangan dari Gusti. Inilah yang dimaksud taqwa sejati.
Karena laku inilah, maka saya tidak pernah ada dalam frame seperti Anda. Saya ajeg dalam pertumbuhan spiritual. Kesadaran saya dari waktu ke waktu itu terus meningkat. Ada semacam akselerasi, bahkan lompatan kuantum karena saking cepatnya. Ini memang harus terjadi berkenaan dengan peran dan tanggung jawab saya. Tetapi, ini memang ada resikonya. Teman-teman itu terpontal-pontal, tidak gampang mengikuti alur yang ada. Ilmunya saja terus berkembang: yang dulu dianggap benar, sekarang harus diperbaiki, kalau dulu begini saja cukup, sekarang tidak cukup. Ada banyak yang harus Anda perbaiki, pondasi harus dibongkar, ditata lagi, dan sebagainya. Ini menciptakan goncangan yang tidak semua siap menghadapinya. Saya harus mengatakan bahwa sebetulnya ini juga bukan salah Anda. Jadi, Anda bukan berarti tidak bertumbuh, Anda itu bertumbuh, cuma bertumbuh di dalam alur Anda sendiri. Kalau dibandingkan, secara relatif ini yang seolah-olah Anda tidak bertumbuh.
Karena, makin lama jarak saya dengan Anda makin jauh. Misalnya, yang kenal saya tahun 2019, dulu jaraknya pendek. Ketika Anda sangat tidak waras, saya agak waras. Tahun 2020, Anda waras sedikit, saya semakin waras. Tahun 2021, Anda naik sedikit, saya sudah melesat, jadi jaraknya semakin jauh. Di saat yang sama ini menciptakan tantangan-tantangan yang makin serius. Sederhananya karena di berbagai layer itu ada dualitas. Kalau saya makin naik ke atas, maka dark force yang saya hadapi juga semakin kuat dan itu juga yang dihadapi oleh Anda. Jadi, tantangan Anda itu berbeda antara tahun 2019 dengan 2021.
Masalahnya adalah Anda susah mengubah gaya, menganggap dengan semua gaya itu ya sudah masalah pasti selesai. Padahal itu hanya relevan pada zamannya. Ketika situasi berubah, Anda harus beradaptasi. Saat ini Anda tidak bisa hening dengan model lama. Kalau Anda hening dengan model lama akan ketinggalan semakin jauh. Tetapi, support system yang sekarang lebih keren.
Dulu saya punya asisten yang bahkan tidak mengerti apa yang saya ajarkan. Sekarang asisten saya itu berjalan selaras dengan saya. Mereka bisa menterjemahkan apa pun yang saya ajarkan, mendetailkan untuk membantu Anda semua. Itu artinya support systemnya makin keren, itu yang harus disadari. Kita harus bersama-sama bersyukur bahwa ini sebetulnya momentum yang bagus untuk semuanya makin bertumbuh. Makanya, nggak usah ogoan/aleman/manja. Kalau Anda jatuh, bangun! Anda dapat ungkapan pedas, santai. Makan sambel saja, Anda siap. Anggap seperti makan cabe, nggak usah cemen. Nggak usah sakit hati berkepanjangan. Sakit hati bolehlah karena Anda masih punya hati. Kalau nggak punya hati, nggak mungkin sakit hati. Kalau saya hatinya sudah beda, jadi sudah tidak sakit hati lagi. Yang sakit hati bolehlah, tapi jangan kelamaan, maksimal 10 detik. Masak sakit hati 3 jam, bahkan 3 bulan nggak sembuh-sembuh, keterlaluan. Ya sudah, terima semuanya, maklumi semuanya, tangkap maknanya, jangan terjebak dalam dramanya.
Saya punya tim yang masing-masing anggota tim saya ini juga mendukung misi saya, memomong teman-teman, bekerja keras untuk memicu transformasi pada diri Anda semua. Dan, masing-masing punya gaya, masing-masing mengikuti gerak Semesta, kadang-kadang “ada yang harus menggunakan ungkapan-ungkapan yang pedas” untuk membangunkan kesadaran yang paling murni, untuk meluruhkan keakuan. Ada orang yang tidak bertumbuh karena egonya ketebalan sehingga harus digunakan cara agar ego ini terusik, sekali pun pada akhirnya tergantung pilihan masing-masing. Misalnya, dalam case egonya dihajar, gedebuk. Itu seperti makan sambel level 10. Tapi, Anda punya pilihan mau hanyut dalam drama itu, “Oh, hatiku lara, nestapa.” Atau Anda memilih, “Ya sudah, saya menangkap makna saja. Ini tujuannya mulia, ini tulus, ini murni, ini namanya tidak basa-basi. Ini untuk memicu pertumbuhan saya,”
Ya sudah, belajar, nggak usah sakit hati, bangun, bangkit, justru kan selama ini semua diajari untuk tidak pernah sakit hati karena itu adalah pilihan kita masing-masing, bukan karena orang lain bertindak seperti apa pun. Jadi, bersuka citalah karena sesungguhnya kita sedang dibawa kepada fase baru, Anda semua dibawa untuk terus bertumbuh ke arah yang lebih selaras.
Wedaran oleh Setyo Hajar Dewantoro
Kajian Bandung, 24 Oktober 2021