Skip to main content
Sangkan Paraning Dimadi

Kesetiaan Pada Guru Sejati

2 September 2019 Setyo Hajar Dewantoro No Comments
Kesetiaan pada guru sejati

Kesetiaan (1)

Pejalan spiritual adalah mereka yang meniti tangga-tangga kesadaran untuk menjadi terhubung dan menyatu sepenuhnya dengan Sang Dewa Ruci di dalam diri. Sang Dewa Ruci dijuluki juga sebagai Guru Sejati, penuntun agung yang merepresentasikan keberadaaan Tuhan di dalam diri. Mereka yang tercerahkan hidup selaras dengan gerak semesta, selaras dengan Kehendak Tuhan, melalui kepatuhan kepada titah yang muncul dalam keheningan.

Maka, kita diingatkan untuk selalu hening. Melalui meditasi kita belajar hening dalam segala keadaan. Hening adalah keadaan yang memungkinkan setiap pribadi mengenali Dewa Rucinya, sekaligus bisa mendengar tuntunanNya yang identik dengan Titah Tuhan.

Mereka yang telah bisa menangkap titah ini, hanya satu sikap yang kemudian diperlukan: setia, loyal, patuh, tanpa syarat. Apapun yang kita tangkap sebagai perintah Tuhan, kita ikuti tanpa banyak pertanyaan. Bahkan ketika itu terasa tidak rasional. Jangan biarkan pikiran liar membuat kita tidak patuh dan setia kepada Tuhan yang menyampaikan pesanNya di dalam keheningan.

Meditasi membuat kita semakin peka menangkap pesan ini. Jika belum peka ya teruslah belajar. Berlatih tiada henti, tekun menyelami keheningan, yang paling sederhana adalah dengan meresapi aliran nafas.

Dalam tahap berlatih, jika keliru dalam menangkap pesan Tuhan, sangatlah wajar. Lewat jam terbang yang semakin banyak kita akan semakin terlatih… yang penting kita tulus dan serius mau belajar.

Selamat menjadi pribadi yang setia dan patuh kepada Tuhan yang bersemayam di dalam diri.

Kesetiaan (2)

Spiritualitas adalah tentang terhubung selaras dengan esensi diri: Spirit, Atman, Dewa Ruci atau Roh Kudus. Jalannya adalah keheningan dan kemurnian jiwa. Buahnya adalah kasih murni, kedamaian dan kebahagiaan sejati. Janganlah berbelok dari jalan ini atas alasan apapun. Termasuk berbelok ke ranah supranatural karena terikat oleh keinginan egoistik: ingin masalah kehidupan cepat beres, ingin kaya, ingin dihormati banyak orang dan semacamnya.

Menekuni spiritualitas adalah tentang menyelami diri, menemukan sumber kebahagiaan dan kedamaian di dalam diri. Spiritualitas sejati mengarahkan kita untuk merasakan dengan nyata keberadaan yang maha agung, maha indah, di relung hati. Karena spiritualitas adalah tentang menemukan permata di dalam diri, sebenarnya tak ada persaingan dalam spiritualitas. Jika terkesan ada persaingan berarti ada sebagian atau semua pihak yang terlibat dalam persaingan itu tidak benar-benar menekuni spiritualitas.

Keberhasilan dalam laku spiritual tergantung dari kesetiaan setiap pribadi kepada Diri Sejati atau Roh Kudusnya. Diri Sejati berlaku seperti navigator, kita laksanakan sopir. Navigator memandu sopir dengan peta jalan yang memastikan keselamatan. Sopir punya free will untuk patuh atau memilih jalan sendiri. Masing-masing tentu punya resiko berbeda. Meditasi membuat kita bisa menangkap arahan dari Sang Navigator di pusat hati dengan jelas. Lalu, pencerahan dan kebahagiaan sejati perlu dimengerti sebagai buah kepatuhan dan kesetiaan kepada jalan yang dituntun kan oleh Sang Navigator ini.

Kesetiaan (3)

Spiritualitas, adalah tentang upaya merealisasikan kualitas esensial dari setiap jiwa. Melalui jalan spiritual jiwa dilatih untuk membangkitkan kembali karakter ketuhanannya. Ini adalah tentang proses purifikasi – proses untuk menjadi Pure Soul dengan. Pure Consciousnes. Sebagai analogi, jiwa yang semula laksana air jernih yang keluar dari mata air, karena memiliki free will bisa memilih tindakan yang berakibat pada distorsi dan kekeruhan. Laku spiritual laksana proses pengembalian air ini kembali pada kejernihannya.

Uniknya, dalam proses ini yang terjadi adalah: kita berjalan untuk kembali menjadi DIA, agar DIa menjadi aku dan aku menjadi DIA, hanya dengan kuasaNYA. Jadi, laku spiritual sesungguhnya hanya tentang menjadi semakin terhubung dengan realitasNya, menjadi selaras denganNya, dan merealisasikan Kualitasnya dalam kesadaran kemenyatuan yang utuh. Laku spiritual bukanlah tentang mengakumulasi kekuatan supranatural dari sumber antah berantah guna memenuhi keinginan egoistik kita. Siapapun yang memilih pola ini, berarti telah keliru jalan.

Laku spiritual yang sejati pasti bermula dari upaya menyelami diri, mengenali yang ilahi di dalam diri, masuk kepada tahta Dewa Ruci di dalam diri. Di situ jiwa meresapi keheningan, kasih murni, kebahagiaan dan kedamaian yang semakin lama semakin penuh dan utuh. Caranya adalah dengan menyelami hidup yang mengiringi setiap tarikan dan hembusan nafas, hingga menemukan Yang Maha Agung, Sang Sumber Hidup, dan menangkap tuntunan yang nyata dari pusat hati.

Langkah berikutnya, adalah patuh dan setia kepada Dia. Tanpa banyak mempertanyakan apalagi membantah, dengan free will kita, kita memilih untuk menjadi selaras selalu dengan dorongan gerakNya. Inilah yang disebut mengalir. Jiwa menari selaras irama semesta. Sang aku luruh dalam gerak dari Sang Maha Hidup.

Setialah di jalan ini, jalan keheningan yang membawa kita pada kemurnian sebagaimana asal mula.

BALI MARANG SANGKAN PARANING DUMADI

Kesetiaan (4)

Semakin kita tekun menyelami keheningan, semakin kuat keterhubungan kita dengan Roh Kudus/Dewa Ruci/Guru Sejati/Atman yang bertahta di pusat hati. Kita pun menjadi semakin peka dalam menangkap pesan dan tuntunanNya. Pada titik inilah kita kemudian perlu belajar untuk punya loyalitas dan kesetiaan penuh kepadaNya.

Seringkali tuntunanNya tidak kita mengerti arti dan kegunaannya. Nalar kita tak bisa menjangkau kebijaksanaan di balik tuntunan itu. Tetapi, sikap yang paling tepat – sejauh pengalaman pribadi – adalah menjalankan tuntunan itu tanpa keraguan. Pada akhirnya semua rahasia akan disingkapkan bagi jiwa-jiwa yang patuh. Tuntunan dariNya pasti mengantarkan kita kepada realisasi rancangan agung. Kita pasti dibawa kepada keselamatan, kejayaan, kehidupan surgawi.

Untuk bisa jiwa yang setia kepadaNya, kita memang perlu melampaui semua rasa kekhawatiran dan ketakutan yang muncul dari pikiran yang goyah dan penuh prasangka. Kita juga perlu melampaui kemelekatan pada siapapun dan apapun yang membuat kita terhalang dalam menjalankan tuntunanNya. Sangat niscaya, ketika Dia memberi tuntunan, ada pihak tertentu yang meminta bahkan memaksa kita untuk mengabaikan tuntunan itu karena bagi mereka itu tidak masuk akal. Mereka ini bisa pasangan kita, orang tua, atau orang dekat lainnya. Inilah momen pembuktian sejauh mana kita benar-benar berkesadaran. Mereka yang berkesadaran selalu bisa empan papan: tahu kapan tegas mengikuti idealitas yang dituntunkan oleh Sang Guru Sejati dengan segala resikonya, tahu juga kapan mesti berkompromi mengikuti kemauan orang-orang dekat tanpa harus berpaling dari kesetiaan pada Guru Sejati. Nyatanya, Sang Guru Sejati jugalah yang membimbing pada momen apa dan dengan cara bagaimana kita berkompromi dengan orang-orang di sekitar kita yang menuntut kita berlaku sebagaimana yang mereka mau.

Kesadaran yang penuh membuat kita tidak takut kehilangan apapun. Mereka yang tercerahkan siap mengambil resiko apapun saat kita memutuskan mengikuti titah dari Sang Maha Agung yang muncul dalam keheningan. Inilah esensi dari sikap tidak punya kemelekatan pada apapun. Mantra agungnya: Aku setia dan berserah diri padaMu, maka terjadilah apa yang memang mesti terjadi.

Kesetiaan yang konsisten kepada Tuhan yang mempribadi di dalam diri sebagai Roh Kudus/Dewa Ruci/Guru Sejati, adalah cara untuk mencapai puncak pencerahan. Hanya mereka yang setia yang bisa mengalami kemenyatuan yang semakin penuh dan utuh dengan Sang Sumber Hidup, Tuhan yang Maha Esa.

Jika ada yang masih ingin tahu apakah yang kita tangkap merupakan benar-benar tuntunan Guru Sejati, heninglah berkali-kali untuk mengkonfirmasinya. Tuntunan dari Guru Sejati pasti muncul berulang secara konsisten. Semakin kita terlatih untuk hening maka semakin jernihlah pesan yang kita terima. Sehingga lambat laun semakin sirna pula semua keraguan. Jika dibutuhkan Anda bisa mengkonfirmasi pesan yang Anda terima kepada sesama pejalan keheningan, atau bertanya kepada pembimbing spiritual Anda.

Baca Juga: Ingin Bahagia? Temuilah Sang Guru Sejati!

Selamat menjadi pribadi yang setia kepada Tuhan yang bersemayam di dalam diri. Selamat menikmati hidup yang penuh kesukacitaan dalam keselarasan dengan irama dan gerak semesta.

SHD

Share:

Reaksi Anda:

Loading spinner
×

Rahayu!

Klik salah satu tim kami dan sampaikan pesan Anda

× Hai, Kami siap membantu Anda