Setiap kata, mewakili satu realitas. Soal kita belum mengerti atau menjangkaunya, itu soal lain.
Sejauh yang saya mengerti, Pure Love adalah buah keheningan. Pure Love memancar dari jiwa yang murni dan (kesadarannya) terhubung kepada Diri Sejati/Roh Kudus. Pure Love itu seperti matahari yang setia melimpahkan terang pada bumi dan penghuninya, seperti Ibu Bumi yang memberi hidup pada anak-anaknya. Pure Love adalah cinta kasih yang memancar dalam takaran dan ekspresi yang serba tepat, karena dilandasi Kebijaksanaan Tertinggi.
Siapa yang bisa memberi Pure Love? Pasangan, orang tua, anak, atau sahabat? Jawabannya: Siapapun yang telah konsisten ada dalam keheningan pasti bisa mengerti Pure Love. Siapapun yang belum hening tak mungkin bisa memberi Pure Love, bahkan seorang ibu ataupun anak. Seorang ibu atau anak, mengekspresikan rasa sayang karena ikatan emosi, belum tentu sayang itu mengalir spontan dari relung jiwanya. Seringkali sayang itu muncul karena kebutuhan untuk juga disayangi, karena kondisi kemelekatan – jika itu tidak didapatkan, buyarlah rasa sayang itu.
Bisakah pure love datang dari pasangan? Ini kategori cinta yang berbeda. Ini romantic love, dan umumnya sangat bersyarat. Romantic love sangat dekat dengan imaji atau prasangka – ia muncul saat seseorang merasa menemukan sosok ideal yang dia cari. Romantic love biasanya buyar saat yang dicintai tidak ideal seperti yang dibayangkan. Selalu ada masa usai bagi romantic love yang penuh syarat.
Jadi, bisakah kita punya pure love? Bisa… Saat jiwamu murni. Saat semua pikiran, kata, gerak rasa dan tindakanmu sudah menyatu dengan gerak irama semesta. Hanya yang telah tercerahkan, yang telah jumbuh kawula gusti yang bisa memancarkan Pure Love.
Pure Love ini beda dengan kasihan. Beda juga dengan sayang karena ikatan emosi dan romantic love yang penuh syarat. Orientasi dari Pure Love adalah keselamatan dari yang dikasihi. Maka yang punya pure love adalah sang juru selamat. Pure Love bisa muncul lewat kata yang menghentak, kadang berupa tamparan yang membangkitkan kesadaran.
Setyo Hajar Dewantoro
14 Oktober 2019
Reaksi Anda: