Saya digerakkan untuk memulai kajian dengan tema Christ Conciousness atau Kesadaran Kristus, tentunya dengan sebuah alasan yang tepat. Secara ringkas, pada situasi dan kondisi dualitas menjadi ekstrem, yakni pertarungan antara kebajikan dan kejahatan ada di titik puncaknya, kesadaran Kristus pasti dibangkitkan. Jika kita melihat apa yang sedang terjadi di bumi kita saat ini, kekuatan kejahatan ini memang sedang masuk ke fase manuver puncak. Dengan segala cara, mereka yang punya keserakahan mencoba untuk membuat manusia lainnya menjadi budak bagi mereka. Di dalam situasi seperti ini menjadi ironis ketika banyak orang yang diberi mandat kekuasaan malah menjadi alat keangkaramurkaan, tidak menjalankan tugasnya untuk megayomi mereka yang lemah. Pada saat yang sama, banyak tokoh agama yang justru menjadi antek dari keangkaramurkaan ini, bukannya menjadi garda depan untuk melindungi dan mengayomi rakyat yang tertindas.
Pada situasi seperti ini, secara kosmik akan muncul gerakan penyelamatan. Gerakan penyelamatan ini dibahasakan sebagai kebangkitan kesadaran Kristus. Sebetulnya ini terjadi di banyak era. Salah satu era yang paling terkenang di dalam sejarah terjadi pada abad ke-1, dipersonalisasi oleh Yesus Kristus atau Yeshua Ha Mashiah. Yesus Kristus atau Yeshua Ha Mashiah adalah salah satu orang yang merealisasikan kualitas Kristus secara paripurna dan menyebarluaskan ke seluruh bumi, mengajak semua orang menjadi Kristus. Menjadi Kristus artinya menjadi jiwa ilahi, menjadi jiwa yang di dalam dirinya tumbuh kualitas keilahian berupa kasih murni, kebijaksanaan, keadilan, keselarasan, dan seterusnya.
Tentu saja tokoh yang layak digelari Kristus bukan hanya Yesus. Sebelum ia ada, sudah ada Kristus. Setelah ia ada, juga pasti ada Kristus. Keberadaan Yeshua adalah sumber inspirasi, sumber dari ajaran bagaimana setiap orang bisa bertumbuh menjadi Kristus, bukan untuk mengidolakan sosok Yeshua, bukan berhenti mempercayai Yeshua. Tetapi, bagaimana Anda bertumbuh sebagaimana Yeshua atau Yesus.
Ribuan tahun sebelum Yesus, ada satu sosok yang layak digelari sebagai Kristus. Tokoh ini tidak tercatat sejarah secara resmi. Ia adalah The Great Paraoh, sosok yang membangun Piramida di Giza. Piramida itu adalah mandala yang agung yang sepadan fungsinya dengan candi-candi di Nusantara. Dengan Rasa Sejati menengok ke masa silam, Afrika itu termasuk bagian Giza yang tidak kering kerontang seperti sekarang. Afrika masa lalu adalah negeri yang gemah ripah loh jinawi/ ijo royo-royo. Ini terjadi ketika Great Paraoh berkuasa, ketika negara ditegakkan dengan kesadaran Kristus, ketika menyebar ke semua penjuru dan dihayati oleh manusia pada masa itu. Sebagaimana lazimnya kehidupan, ada perputaran siang dan malam, tentu ada fase perubahan. Pengurusnya ada yang terjebak dalam kesombongan, keangkuhan, kebanggaan terhadap trah sehingga menyebabkan kejatuhan spiritual. Akibatnya terjadi kejatuhan peradaban yang berimbas pada kerusakan lingkungan.
Ketika kesadaran Kristus hilang, bumi pun menangis. Bumi menjadi kering kerontang. Kesadaran Kristus hilang membuat manusia menjadi penuh angkara murka dan keserakahan sehingga tanpa tendeng aling-aling menyakiti dan mengeksploitasi bumi. Itulah pangkal mula Gurun Sahara terbentuk.
Apakah pola itu tidak mungkin terjadi lagi? Bagaimana negeri yang gemah ripah bertransformasi menjadi kering kerontang?
Jelas sangat mungkin. Jika Kalimantan sebagai pusat hutan tropis digunduli dan dihabisi, tinggal menunggu waktu, suatu saat akan jadi padang pasir. Ini dimungkinkan karena manusia punya freewill yang bisa memilih menjadi orang sejahat-jahatnya yang tidak terbayangkan oleh orang waras. Bagi orang waras, penghasilan 20juta sudah bersyukur. Bagi orang yang tidak waras, mendapat 10T, belum bahagia, terus saja menginginkan yang lebih. Resikonya ada yang mengalami destruksi.
Ketika membaca situasi saat ini, tanda-tanda destruksi dari kuasa angkara murka menguat yang justru menjadi tanda bangkitnya kesadaran Kristus. Di satu titik ada ekstremitas kejahatan, di sana ada peluang bangkitnya kebajikan paripurna. Bahasa puitisnya, ketika malam makin pekat, sebentar lagi fajar akan menyingsing.
Dalam sudut pandang spiritualitas, dunia sedang dicengkram oleh sekelompok orang dengan isu pandemi. Ini pekerjaan mereka. Dengan mereka semakin semangat begitu, ini menandai akan ada perubahan besar. Ini menjadi titik awal kebangkitan Kristus yang sesungguhnya. Kuasa Ilahi bekerja dan menciptakan keajaiban di dunia. Tentu saja keajaiban tidak mungkin terjadi tanpa adanya manusia yang siap menjadi wadah keajaiban itu.
Jika Anda mau selamat di dalam situasi yang ekstrem ini, ikutlah bergerak, ikutlah mengalir dalam gerakan kebangkitan Kristus. Belajarlah untuk menjadi Kristus. Belajarlah menjadi jiwa ilahi. Belajarlah menjadi manusia yang punya kasih murni dengan ketulusan yang paripurna yang manifestasinya di dalam keseharian tidak melangkah dengan egoisme. Semakin banyak orang yang mencapai tataran ini, hidup dengan kasih murni, melangkah dengan tuntunan Roh Kudusnya, pada saat itulah fajar betul-betul menyingsing.
Pada skala lokal, tahun 1945, perubahan terjadi, ditandai denga kemerdekaan. Sang tokoh yang menginisiasi kemerdekaan itu disebut sebagai Sang Putra Fajar. Ini simbolik. Dia yang memulai datangnya terang setelah ada kegelapan yang pekat. Namun, beliau tumbang di tahun 1965. Tumbang bukan berarti berhenti. Ini hanya sebua fase sejarah bahwa dalam sebuah pertempuran yang panjang ada kekalahan, namun bisa bangun lagi. Tentu bukan dengan fisik yang sama. Tapi, spiritnya bisa diturunkan dan diwariskan oleh generasi berikutnya. Inilah momen kita layak menyediakan diri kita menjadi wahana agar kesadaran Kristus ini datang, nyata, dan bekerja.
Anda yang terhubung dengan saya, mulailah menyadari bahwa keterpanggilan Anda di sini bukanlah sebuah kebetulan. Ini pilihan yang sadar, walaupun terkadang tidak sadar mengapa bisa terjadi. Dengan ini semua Anda terlibat dalam gerakan kebangkitan kesadaran Kristus. Ini bukan tentang agama tertentu. Ini tentang spiritualitas yang universal. Ini tentang kebangkitan kesadaran secara global. Semakin banyak manusia yang mengerti bahwa keangkaramurkaan hanya menciptakan kehidupan neraka, mereka akan bertransformasi mengubah dirinya untuk bertemu dengan Kesejatian atau esensi spiritualitas. Dan, mulai hidup di dalam kebahagiaan surgawi.
Kesadaran Kristus adalah dasar dari terbentuknya peradaban surgawi atau bumi surgawi. Dan, kita ada dalam magnet ini. Kita sedang kecemplung di dalamnya. Anda memilih terus tenggelam dan menikmatinya prosesnya atau mundur dan bergabung dengan para zombie. Tidak ada pilihan lain. Jika Anda tidak mengikuti gerakan ini, Anda bersama mereka dan menjadi budak mereka. Jangan disangka jika Anda mengikuti agenda mereka, Anda akan diselamatkan. Dulu diiming-imingi vaksin, tetap saja tidak solutif. Nyatanya Anda terus dibohongi. Tidak ada jalan lain, kecuali hidup di dalam kesadaran Kristus, hidup bersama Roh Kudus, menjadi pemberani.
Berjuang di jalan ini adalah kemuliaan bagi saya. Kita harus bersiap dengan kemungkinan terburuk. Ada Matematika Semesta: jika seseorang bisa memastikan medan energinya jernih karena jiwanya murni, maka keselamatan jadi hukum yang pasti. Anda harus sadar dan mantap betul bahwa keselamatan pasti ada untuk mereka yang ada dalam ketulusan dan kemurnian. Tidak usah takut. Bersama Roh Kudus atau Tuhan yang sejati, kita pasti diselamatkan.
Untuk mencapai tataran kebangkitan kesadaran Kristus dalam diri Anda, tentu saja ada proses yang harus dijalani. Keheningan yang konsisten itu adalah persyaratan mutlak. Bukan hanya hening saat Anda bersama saya, duduk bersila. Tapi, heninglah dalam keseharian. Heninglah ketika meminum kopi, menikmati udara pagi, memasak, berjalan di mana pun, memastikan Anda selalu terhubung dengan Sang Roh Kudus. Dan, menyadari lewat semua momen itu datang kebahagiaan surgawi yang nyata dan ada proses pemurnian jiwa yang terus menerus. Kesadaran Kristus itu muncul dan bangkit paripurna pada diri yang telah selesai dengan dirinya sendiri: melampaui sisi gelap, luka batin, keangkaramurkaan, ilusi, jeratan kuasa kegelapan, dan jejak dosanya sendiri.
Saya selalu mengajak, “Ayo, jangan berhenti.”
Pastikan Anda betul-betul merealisasikan apa yang kita pelajari ini, bukan hanya mengetahui apa yang saya ajarkan. Mengetahui dan merealisasikan itu berbeda. Jika cuma mengetahui, gampang saja karena terekam di kepala. Ini tentang bagaimana Anda bertransformasi menjadi Kristus. Kita sama-sama bertumbuh agar hidup kita menjadi hidup surgawi. Lalu, lewat keberadaan kita, bumi ini menjadi bumi surgawi. Tentu saja di dalam bumi surgawi tidak ada penindasan seperti saat ini, tidak ada manipulasi antarsesama, apalagi manipulasi yang dilembagakan.
Kajian Mahadaya Christ Conciousness
Wedaran oleh Setyo Hajar Dewantoro
Jakarta, 3 Februari 2021
Reaksi Anda: