Saudara dan saudari yang saya kasihi. Saya mau bicara tentang Imam Mahdi dalam sudut pandang saya. Ini relevan dengan tema yang sedang saya ajarkan di berbagai kota yaitu Kesadaran Kristus. Tema ini memang terkait dengan tantangan yang sedang kita hadapi, jika kita salah langkah menang bisa menghadapi kiamat kemanusiaan.
Yang punya pendapat berbeda dimohon santai ????
Sejauh perenungan dalam keheningan, bisa dikatakan bahwa narasi Imam Mahdi dalam Islam, sepadan dengan narasi kemunculan kembali Kristus. Sepadan juga dengan narasi Satria Piningit Ratu Adil.
Imam Mahdi artinya Pemimpin yang Mendapat Petunjuk. Kristus juga salah satu maknya adalah jiwa ilahi yang benar-benar hidup dalam petunjuk Roh Kudus. Konteks kemunculannya adalah “akhir zaman”
Sementara Satria Piningit Ratu Adil muncul dalam konteks kebangkitan kembali Nusantara setelah fase gara-gara.
Yang perlu kita renungkan bersama, apakah kata “akhir zaman” sebetulnya justru “era kebangkitan” karena menandai berakhirnya jaman kegelapan… Atau merujuk pada datangnya saat kehancuran total bagi kehidupan di bumi / jagad raya. Jika kita memandang kata akhir zaman sebenarnya adalah akhir zaman kegelapan maka sebetulnya ada kesepadanan konteks antara Imam Mahdi, Kristus kembali, dengan Satria piningit Ratu Adil.
Dalam hemat saya… Kita mesti sepakat dulu soal mana akhir zaman ini. Makna yang lebih pas sebenarnya adalah akhir jaman kegelapan – transisi menuju jaman keemasan. Ini sepadan dengan narasi vedik/hindu bahwa kita sekarang ada di masa akhir kaliyuga, menuju satyayuga.
Jika akhir zaman berarti musnahnya kehidupan ya sebenarnya gak perlu itu Imam mahdi, Kristus dan Satria piningit. Buat apa jika kemunculan mereka malah jadi bagian dari skenario kemusnahan kehidupan manusia? Mereka baru berguna jika kehadirannya terkait dengan mengakhiri zaman Kegelapan agar umat manusia berpindah (kembali) ke jaman keemasan.
# catatan: dalam kosmologi spiritual sebenarnya tidak ada kehancuran jagad raya. Yang ada justru dari kekosongan absolut selalu muncul semesta baru lewat mekanisme cosmig big bang.
Jika menengok apa yang terjadi saat ini, dimana ada kelompok yang yang bisa dikategorikan sebagai dajjal, antichrist ataupun buto ijo, sebenarnya lebih relevan memahami keberadaan Imam Mahdi, Kristus yang lahir kembali dan Satria piningit Ratu Adil sebagai “pribadi yang mewadahi kuasa ilahi untuk menyelamatkan umat manusia dan membawa mereka ke jaman keemasan, meninggalkan jaman kegelapan”.
Elite global saat ini sedang melakukan manuver pamungkas untuk memperbudak manusia. Tapi bagi para spiritualis sejati, itu justru penanda masa akhir dari dominasi mereka. Sekarang justru momentum peralihan dari kaliyuga menuju satyayuga.
Dalam konteks nusantara, masa kaliyuga ini bermula di abad 15 ditandai dengan keruntuhan Majapahit. Yang meruntuhkan Majapahit sebenarnya ya cikal bakal dari elit global saat ini. Dulu mereka institusinya adalah British Kingdom dan cikal bakal korporasi multinational berbentuk VOC.
#catatan: saya pernah ke Belanda dan Inggris. Dalam hening saya mencari jawaban, siapa penjajah kita sebenarnya? Jawabannya justru bukan Belanda. Tapi Inggris. VOC itu alatnya Inggris.
Sekarang pun pusat elit global ya di Inggris. Kerajaan Inggris cukup lama menjadi markas besarnya ???? Belanda sebagai negara baru datang ke Nusantara di abad 19 – itupun kemudian mereka memulai kiprahnya di sini dengan politik etis atau politik balas budi. Coba cek di dna Anda ada nggak kebencian pada Belanda? Padahal di otak kita dijejali info merekalah penjajah kita.
Situasi sulit saat ini, sebagai ultimate spiritual war – justru menjadi momen realisasi nujuman profetik bahwa ada “sosok yang menjadi pemimpin sekaligus juru selamat”. Karena yang bisa membuat kita selamat memang hanya kekuatan spiritual – inilah momentumnya revolusi spiritual.
Kita akan ketemu esensi nujuman atau ramalan profetik tentang Imam Mahdi, Kristus datang kembali, dan Satria Piningit Ratu Adil, jika kita berani melepas konsep dan dogma kita.
Jika kita bersedia menerima kebenaran sejati yang bisa saja tak seperti bayangan kita, barulah kita bisa bergerak ke level lebih lanjut: kita benar benar masuk ke dalam realitas bukan sekadar bayangan dan konsep dari nujuman profetik ini.
Saya sampaikan dengen tegas apa yang saya tahu : kita pasti selamat dan menang menghadapi elit global. Ini tak akan menjadi masa akhir jaman. Kemenangan ini pernah juga diraih Yesus di abad 1, Great Pharaoh sekitar 6000 SM, yang kesemuanya merupakan personalisasi dari kesadaran Kristus.
Sejarang kita justru tak perlu berdebat tentang siapa Imam Mahdi, benarkah punya kaitan dengan Yesus yang muncul kembali. Tak perlu juga berdebat tentang Satria Piningit Ratu Adil.
Yang muslim silakan temukan dan praktikkan ajaran Islam : agar semua menjadi pribadi yang mengalami tazkiyatun nafs, di dalam sanunarinya menyala Nur Muhammad, selalu berserah diri pada Tuhan dan menjadi rahmat bagi semesta.
Yang Kristen fokus saja untuk mengenali Roh Kudus di dalam diri, dalam kontemplasi yang sesungguhnya. Hiduplah dalam cahaya dan kuasa Roh Kudus, lalu berjuang mewujudkan kerajaan di bumi seperti kerajaan Bapa di surga.
Yang orang Jawa ya fokus heneng, meneng, hening, wening, dunung. Bertumbuhlah agar jiwa benar murni, merdeka, tidak dipingit lagi. Lalu berjuanglah mewujudkan Nusantara gemah ripah loh jinawi.
Yang Hindu ya belajar tekun tentang dhyana, pranayama, samadhi, agar hidup dalam kebenaran sejati dengan tuntunan Sang Hyang Arman, merealisasikan prinsip agung aham brahman asmi.
Yang budha ya temukanlah pencerahan sejati, selamilah ajaran para Adhi Buddha: kasih dah kesadaran murni.
Yang ateis ya belajarlah menjadi pribadi yang mengenali kecerdasan dan hukum kosmik, lalu belajar hidup selaras dengan gerak kosmik.
Ini bercanda ya ????
Barangkali ada yang susah nyebut nama Tuhan ya sebut aja alam. Hukum Tuhan ya sebut aja hukum alam. Gak usah ribet, gak usah ngeresein yang berTuhan ???? Demikian pula sebaliknya
Nah.. Saat kita ada dalam alur ini, niscaya muncul Imam Mahdi yang nyata, bangkitlah kembali Kristus, dan muncullah Satria Piningit Ratu Adil yang membawa jaman baru penuh kegemilangan.
Maka gak ada guna kita berantem, perbanyak hening, dzikir, kontemplasi, agar kita selalu terbimbing Tuhan. Lebih pas kita guyub rukun saling bersaudara dalam segenap perbedaan kita yang gak mungkin dihilangkan.
Demikian kuliah saya malam ini.
Reaksi Anda: