Skip to main content
Spiritual

Indikasi Sombong Dalam Pandangan Spiritual

6 November 2020 Setyo Hajar Dewantoro No Comments
Indikasi Sombong

Ketika saya mengatakan dan menyatakan, “Saya guru spiritual. Saya sangat ahli membaca jiwa. Saya sangat ahli membimbing orang untuk bertumbuh.”

Apakah perkataan dan pernyataan saya adalah bentuk kesombongan?

Tidak. Pernyataan itu tentang kepakaran kita, yang kita sadari ada dalam diri karena hasil proses yang panjang. Sebuah pernyataan tentang hal yang kita bisa dan kelebihan kita bukan berarti bentuk kesombongan.

Keahlian atau kepakaran saya adalah self confidence yang didasari oleh kesadaran. Namun, saya sadar bahwa keahlian itu adalah anugerah dari Tuhan. Keahlian itu dinyatakan, tapi tidak mesti disombongkan. Tujuannya bukan pamer, melainkan untuk membantu siapa pun yang membutuhkan saya agar mereka tahu.

Kenapa pernyataan tersebut tidak sombong?

Karena ketika saya mengatakannya saya terkoneksi dengan Yang Maha Agung di dalam diri. Saya terhubung dengan Sumber Kasih Murni sehingga kata-kata saya dilandasi dengan kasih murni.

Kesombongan itu buah ego atau buah ke-aku-an yang muncul dari ilusi, asumsi, dan persepsi. Satu-satunya cara bukan dengan lewat pikiran lalu berkata, “Saya mau nggak sombong, ah!”

Kuncinya adalah konsisten di dalam keheningan sampai pada titik kita terhubung, bahkan menyatu sepenuhnya dengan Sang Ilahi di dalam diri. Dari situ muncul kasih murni sehingga kita terbiasa setiap pikiran, kata-kata, dan tindakan dilandasi kasih murni dan digerakkan oleh Sang Sumber.

Baca Juga: Tentang Sisi Gelap Diri/Shadow

Latihannya kita harus mengenali mana ego dan mana suara Tuhan di dalam diri. Biasakan hidup dalam suara Tuhan, meskipun itu tidak rasional. Lama-lama kita pasti akan menjadi orang yang tidak sombong atau rendah hati.

Tidak sombong adalah buah keheningan. Jika Anda belum hening dan belum terhubung dengan Sang Sumber, kata-kata yang terkesan rendah hati pun adalah bentuk kesombongan. Banyak orang yang membungkus kesombongan di balik kata-kata yang lembut.

Manakala kita mendapat sakit atau ketidaknyamanan tertentu itu proses pengungkapan sisi gelap dalam diri, baik dalam bentuk jejak perbuatan kita yang keliru maupun benih angkara murka. Langkah yang tepat adalah pasrah, hening total, terhubung kepada Yang Sejati. Biarkan semuanya dipulihkan oleh Tuhan.

Semakin mengalir kebahagiaan dari dalam diri Anda, ini mengindikasikan kasih murni semakin muncul dalam diri Anda. Kasih murni berbanding terbalik dengan kesombongan. Tidak mungkin kasih murni dan kesombongan berada dalam satu paket. Semakin besar bahagia tanpa syarat Anda, pasti semakin rendah hati Anda.

Jika ada yang berkata, “Lihat ini! Kasih murni saya kuat sekali.”

Itu bukan kasih murni, melainkan sedang berbicara tentang kasih murni. Kasih murni adalah vibrasi atau getaran yang muncul dari pusat hati. Penandanya kita konsisten di dalam kebahagiaan dan kedamaian.

Baca Juga: Mengungkap Sisi Gelap Dalam Diri

Untuk memudahkan kita memahami, hal ini terrefleksikan dalam level kesadaran. Jika kita masih sombong, maka tidak mungkin level kesadaran kita tinggi. Sombong satu paket dengan angkara murka.

Supaya kita tidak sombong, jangan banyak berpikir. Jadilah orang yang tulus. Ketidaksombangan atau kerendahan hati adalah cerminan dari Diri Sejati. Jika Anda terbiasa spontan untuk melangkah, mengikuti tuntunan Diri Sejati, pasti Anda tidak sombong. Yang sombong itu pasti yang terlalu banyak berpikir. Sederhana saja!

*Disarikan dari Kajian Mahadaya
Setyo Hajar Dewantoro
Bandung, 22 Agustus 2020

Share:

Reaksi Anda:

Loading spinner
×

Rahayu!

Klik salah satu tim kami dan sampaikan pesan Anda

× Hai, Kami siap membantu Anda