Skip to main content
SpiritualWedaran

Jalan Keselamatan: Melampaui Ilusi, Kepercayaan, & Agama

25 April 2021 Setyo Hajar Dewantoro No Comments

Bagaimana kebahagiaan, ketenangan, dan kedamaian bisa kita dapatkan?

Kebahagiaan, ketenangan, dan kedamaian adalah buah atau dampak dari kemurnian jiwa. Rumusnya sederhana, sumber kebahagiaan ada di dalam relung jiwa kita terkait dengan keberadaan Diri Sejati. Jika kita sibuk dengan ego kita (lupa berhening), maka sebetulnya kita sedang menciptakan tabir/tirai dengan sumber kebahagiaan tersebut. Mereka yang jarang hening tidak bisa merasakan kebahagiaan dari dalam. Pun mereka yang masih banyak tirai, seperti luka batin, dosa, ilusi, dan jeratan energi akan susah mendapatkan kebahagiaan. Kebahagiaan didapatkan lewat proses pemurnian jiwa. Ketika jiwa sudah murni, maka akan menciptakan medan energi yang selaras.

Manusia terdiri atas tubuh dan jiwa. Jiwa menjadi isi dari tubuh. Jiwa juga dibungkus oleh lapisan tubuh halus, yakni tubuh cahaya, tubuh eterik, tubuh astral. Keadaan kesadaran kita akan tercerminkan oleh kondisi tubuh halus tersebut. Sebaliknya, kondisi tubuh halus kita akan mempengaruhi kualitas tubuh fisik. Jika pikiran Anda ruwet dan hati penuh luka batin, pasti tubuh halus Anda keruh. Jika keruh, maka vibrasi yang dipancarkan oleh sel-sel penyusun tubuh menjadi tidak selaras.

Jika di dalam keheningan terhubung dengan Sang Roh Kudus/Diri Sejati, lapisan tubuh yang membungkus jiwa dimurnikan dan diselaraskan, maka energi Diri Sejati akan memancar keluar tanpa hambatan. Dia akan menyelaraskan setiap sel tubuh. Pada titik itulah setiap sel tubuh akan memancarkan vibrasi yang selaras, damai, dan bahagia. Kita hidup di dalam hukum energi, saat setiap sel tubuh selaras, maka medan energi yang dibentuk oleh keberadaan kita menjadi jernih dan selaras. Kita akan menarik keberuntungan, keberlimpahan, dan keselarasan.

Orang-orang yang berjiwa murni akan dipenuhi dengan keajaiban dalam kehidupan keseharian. Banyak kejadian yang membuat kita semakin mantap di dalam keheningan yang tidak pernah kita pikirkan. Inilah sinkronisitas, yakni semua jadi serba selaras. Artinya, saat medan energi ada dalam keselarasan dan kejernihan, maka segala yang merupakan kebutuhan kita secara manusiawi akan dipenuhi oleh Semesta, tanpa perlu meminta.

Misalnya, jika omset bisnis berlimpah adalah kebutuhan Anda, maka selama Anda ada dalam kemurnian jiwa itu pasti akan terpenuhi. Sebaliknya, jika Anda ruwet, pasti berpengaruh pada omset.

Jika ada orang yang hidupnya ruwet, penuh dosa, dan luka batin, tapi hidupnya terlihat berlimpah, maka dapat dipastikan pesugihan. Pesugihan itu menggunakan energi dari dimensi rendah untuk memanipulasi hukum alam sehingga kondisi jiwa bagaimana pun seolah-olah ada dalam keberuntungan. Tapi, sebetulnya dia sedang menggadaikan jiwa dan ada resiko berat yang ditanggungnya.

Saya mengajarkan metode/teknik untuk bertumbuh bertransformasi menjadi jiwa yang murni sehingga hidup menjadi penuh keselarasan, tanpa perlu bersusah payah. Inilah hidup surgawi. Buah dari laku spiritual adalah transformasi jiwa.

Orang-orang yang tidak kunjung mengalami transformasi jiwa adalah mereka yang melekat pada dogma dan segala bentuk kepercayaan. Mereka merasa bahwa itu adalah jalan keselamatan. Sebetulnya, tidak ada orang yang bertransformasi menjadi jiwa murni hanya dengan modal percaya.

Saat Anda sudah memiliki ketajaman Rasa Sejati, Anda akan menemukan rasa prihatin sekaligus rasa geli pada situasi tertentu. Misalnya, tokoh agama terkenal meninggal dunia. Selami di dalam keheningan; kondisinya bahagia atau menderita, menjangkau di dimensi atas atau di dimensi bawah, ada di surga atau neraka. Anda akan menemukan pola yang sangat jelas. Mereka yang hidup dengan ilusi yang dilabeli taat beragama pasti akan ada dalam penderitaan. Kita bisa mengetahuinya di dalam keheningan.

Laku spiritual mengajak Anda semua untuk menemukan esensi dari setiap ajaran agama. Sebenarnya pada awalnya tidak ada agama dalam bentuk organisasi. Yang ada hanyalah ajaran spiritual.

Apakah Yesus pernah mendirikan agama?

Tidak, yang dia ajarkan adalah jalan keselamatan. Namun, suatu hari ada orang yang mengatasnamakan dia yang memunculkan organisasi agama. Organisasi agama inilah yang membuat lupa pada ajaran yang esensial, yakni untuk menemukan keselamatan.

Selama kita melekat pada kepercayaan dengan model ritus tertentu, kita tidak akan pernah selamat. Dalam bahasa tasawuf, hanya mereka yang menemukan hakikat dan sudah mencapai makrifat yang bisa menemukan keselamatan.

Selain mereka yang melekat pada dogma, mereka yang anti-dogma/anti-agama/anti-kepercayaan pun akan celaka. Mereka akan kebablasan sehingga tidak bisa mengakui spiritualitas. Mereka yang tidak mengalaminya akan men-judge orang yang mendapat tuntunan Tuhan adalah orang yang sakit jiwa. Mereka yang terlalu rasionalis akan menolak segala sesuatu tentang penghayatan spiritual. Mereka juga tidak mempercayai malaikat. Mereka tidak akan menemukan jalan keselamatan.

Keselamatan datang dari mana?

Anda harus masuk ke dalam keheningan, lalu menyambungkan antara pikiran dengan Rasa Sejati. Anda mengetahui bahwa di balik tubuh ini ada Sang Jiwa yang esensinya adalah Sang Tuhan. Yang ketika Tuhan menjadi Sang Penuntun Agung kita menyebutnya sebagai Diri Sejati/Roh Kudus. Jika Anda terhubung selaras denganNya berarti Anda hidup di jalan spiritual.

Jalan spiritual adalah jalan yang diutamakan spirit atau esensi. Hanya yang hidup di dalam tuntunan Sang Roh Kudus itulah yang mendapatkan keselamatan.

Supaya Anda selamat, Anda jangan gampang percaya pada apa pun meskipun itu dilabeli sebagai agama. Di saat yang sama, Anda jangan gampang menolak apa pun meski itu tidak masuk akal secara logika. Anda harus memberikan kesempatan pada diri untuk membuktikan kebenaran sesuai dengan porsinya. Fenomena yang sifatnya materiil, telitilah menggunakan pendekatan rasional empirik. Jika sesuatu itu terkait fenomena non-materiil (seperti jiwa, malaikat), maka gunakan pendekatan spiritual. Gunakan Rasa Sejati, sambungkan pikiran dengan Rasa Sejati. Biarlah Anda dituntun Diri Sejati sehingga Anda bisa menyingkap kebenaran yang termasuk dalam kategori non-materiil.

Misalnya, kasus nyata tentang kematian. Cara pandang orang bisa terbagi menjadi dua kutub ekstrem. Kutub ekstrem satu menganut bahwa hanya dengan agama ‘ini’ yang pasti selamat. Selain agama ‘ini’ tidak akan selamat. Kutub ekstrem lainnya menganggap bahwa hidup akan selesai setelah kematian, tidak ada kehidupan setelah kematian.

Jalan spiritual mengajarkan untuk jangan gampang dipercaya dan jangan gampang ditolak. Terhadap isu tertentu silakan diselami sehingga Anda tahu betul lewat pengalaman otentik. Yang selamat di dalam kematian itu ‘siapa’ sehingga Anda menemukan rumusnya.

Baca Juga: Meditasi Keselamatan

Kehidupan setelah kematian itu ada. Tubuh dan jiwa adalah dua realitas yang berbeda. Kematian hanyalah momentum jiwa berpisah dengan tubuh. Dalam kematian, jiwa pindah dimensi dan tubuh dikembalikan pada asalnya. Kematian bukan akhir dari kehidupan. Persoalan jiwa ‘ke mana’, mencapai kehidupan surga atau neraka, tidak ada urusannya dengan agama yang dipeluk. Tidak ada hubungannya dengan label yang meliputinya. Tidak ada masalah dengan agama yang tertulis di KTP Anda. Saat Anda mau selamat, pastikan jiwa Anda jernih; terbebas dari luka batin, keangkaramurkaan, segala ilusi, jejak dosa, dan jeratan kuasa kegelapan.

Apakah ada orang yang bebas dari dosa?

Jangan asal percaya dan menolak! Selami di dalam keheningan. Saya belum pernah menemukan orang yang tidak pernah berbuat dosa. Manusia memang berproses, pasti sempat ada dalam ketidaksadaran, pasti pernah berbuat dosa. Dosa itu bisa muncul lewat pikiran, kata-kata, bahkan tindakan yang takselaras. Tetapi, kita bisa menemukan orang-orang yang bisa membebaskan diri dari jejak dosa. Bukan artinya mereka tidak punya dosa. Mereka punya mekanisme atau metode agar jejak karma buruk dalam diri itu bisa dibersihkan. Secara teknis, gunakan api suci. Di dalam keheningan dengan Rasa Sejati, orang yang punya kewaskitaan akan tahu dan mampu membedakannya dengan gampang.

Ketika kita berbicara kematian, nasib kita ditentukan oleh matematika Semesta yang bekerja. Kita bukan menjadi sok-tahu. Kita hanya sedang membaca hukum Semesta dan kondisi jiwa secara aktual. Itulah yang disebut sebagai kesadaran spiritual.

Orang tidak akan selamat jika ada di dalam ilusi. Ilusi bisa muncul dari indoktrinasi agama, pikiran sendiri, atau pikiran orang lain yang belum tercerahkan yang dilabeli sebagai kesadaran spiritual.

Misalnya, “Nggak usah judge orang lain, hanya Tuhan yang tahu.” Kata-kata tersebut terkesan benar, tapi itu ilusi.

“Jika ada orang mati ya sudah, itu sepenuhnya hak prerogatif Tuhan untuk surga/neraka orang tersebut.” Itu pun ilusi orang yang belum tercerahkan dan ada orang yang gampang percaya.

Silakan Anda betul-betul bertumbuh untuk mengetahui kebenaran di dalam keheningan lewat pengalaman otentik. Tidak hanya menggunakan panca indera dan rasionalitas, tapi juga Rasa Sejati. Dengan cara itulah Anda menjadi manusia tercerahkan.

Retreat Mahadaya ‘Melampaui Sisi Gelap, Merealisasikan Keilahian Diri’
Wedaran oleh Setyo Hajar Dewantoro
Dieng, 26-28 Maret 2021

Share:

Reaksi Anda:

Loading spinner
×

Rahayu!

Klik salah satu tim kami dan sampaikan pesan Anda

× Hai, Kami siap membantu Anda