Skip to main content
Christ ConsciousnessKesadaran KristusSetyo Hajar DewantoroSpiritual

Kapan Selesai PR Saya?

15 March 2021 Setyo Hajar Dewantoro No Comments

Mengapa saya merasa bahwa jiwa saya menanggung karma buruk yang berat? Apakah bisa selesai?

Persoalan berat dan ringan hanyalah sebuah persepsi Anda. Hukum Semesta itu berlaku untuk semua orang. Kehidupan surgawi bisa dicapai oleh siapa pun yang mencapai tataran Jiwa Ilahi. Kriteria Jiwa Ilahi adalah ia yang mampu memulihkan keagungannya. Keagungan itu terdegradasi karena ke-aku-an-nya di masa lalu. Ketika berpikir, berkata, dan bertindak tidak mengikuti tuntunan Roh Kudus sehingga mencipta jejak-jejak masalah dalam diri, seperti luka batin dan dosa. Kita yang punya tanggung jawab untuk membereskan semuanya.

Pertanyaannya, “Memangnya ketika dipikirkan, semuanya menjadi beres? Saat kita merasa terbebani, apakah semua menjadi selesai?”

Lucunya semua bisa terbereskan saat Anda santai. Kita bersuka cita, saat ini dan di sini. Semakin dipikir, semakin tidak jelas. Saat kita menikmati dan terhubung kepada Roh Kudus, pasti akan terselesaikan.

Bagaimana pun dosa Anda di masa lalu itu tidaklah penting. Gara-gara dosa masa lalu, apakah jatah Anda dikurangi? Apakah sinar matahari yang mestinya jadi jatah kita itu dikurangi? Tentu tidak. Tuhan mengasihi dengan murni dan tanpa syarat. Kita hanya perlu merealisasikan itu secara nyata menjadi kualitas diri kita. Kita hanya perlu menikmati hidup daripada membayangkan yang tidak bisa dijangkau.

Memulihkan luka batin dan jejak dosa di kehidupan sekarang butuh waktu lama? Apalagi luka-luka di kehidupan lampau? Apakah kita perlu mengalami beberapa kali kehidupan untuk bisa menyelesaikan ini semua?

Pertanyaannya, “Apakah kita bisa mengintervensi tentang limpahan sinar matahari kepada kita? Apakah kita ikut andil dengan udara yang bisa kita hirup?”

Secara faktual, tanpa perlu meminta, semuanya sudah ada. Itulah anugerah Tuhan. Namun, kita punya pilihan. Umumnya, walaupun sinar matahari terlimpah terus menerus, manusia bisa memilih tidak merasakannya dengan cara berdiam di dalam rumah. Artinya kita harus menjemput anugerah tersebut. Sama halnya dengan udara yang melimpah. Anugerah yang nyata bisa kita terima dan nikmati sepenuhnya.

Kita berdoa dalam meditasi, “Gusti Yang Maha Agung, segala luka jiwaku bisa disembuhkan. segala jejak angkara murka bisa dimurnikan.”

Kita menyadari keterbatasan diri sekaligus menyadari keilahian diri. Segala proses pemurnian diri bisa terjadi saat kita bisa mengakses kuasa dan kasih Tuhan. Kita tidak bisa mengakses kuasa dan kasih Tuhan jika kita tidak melakukan apa pun. Segala sesuatunya sudah disediakan. Semuanya ada di koridor sebab-akibat. Kita hanya perlu memenuhi faktor-faktor sebab itu, supaya menemukan akibat.

Proses pemurnian jiwa-raga ini melibatkan upaya kita karena kita memiliki kebebasan berkehendak, kita punya kapasitas untuk berdaya upaya. Tetapi, pada akhirnya yang kita pergunakan untuk memurnikan jiwa-raga adalah kuasa dan kasih Tuhan. Itulah yang dinamakan sebagai anugerah yang terlimpah. Batasannya mengikuti kadar dari usaha kita masing-masing.

Intinya, “Nggak usah dipikir ruwet, kebanyakan teori malah mumet.”

Anda punya hak memilih. Gunakan itu sesuai dengan kebijaksanaan tertinggi di dalam diri. Lalu, pilihan itu dilakukan sepenuh hati. Hiduplah dengan laku seperti itu. Yang penting Anda selamat.

Tubuh manusia memang dirancang sebagaimana adanya. Tubuh kita bisa menampung segala luka batin, baik muncul saat ini pada pikiran sadar, muncul di era-era yang lebih lama pada pikiran bawah sadar, maupun kehidupan masa lampau dan leluhur pada pikiran tidak sadar. Kita terima apa adanya. Kita tidak perlu memikirkan butuh beberapa kali kehidupan untuk menyelesaikan itu semua.

Sejauh pengalaman saya pribadi, asal kita konsisten di dalam keheningan, terhubung kepada Roh Kudus, semua masalah yang disebut luka batin atau sisi gelap, baik yang muncul di kehidupan ini, kehidupan lampau, maupun leluhur, bisa dibereskan, tidak membutuhkan kehidupan berkali-kali. Saya melakukan pendekatan secara energi sehingga bisa berjalan dengan sadar. Meditasi yang dilakukan adalah cara yang paling sederhana. Yakni, kita bicara dengan kesungguhan jiwa supaya kuasa dan kasih murni membereskan segala jejak di masa lalu. Jika muncul gambaran penyelesaiannya, kita ikuti petunjuknya. Jika tidak muncul gambarannya, tidak jadi masalah, yang penting beres.

Silakan menikmati hidup ini, mengalir saja. Pasti semua masalah yang dibereskan jadi kenyataan. Dengan tanpa banyak berpikir, hidup menjadi bahagia. Semakin kita terdidik-intelektual-banyak teori, belajar spiritual semakin susah. Kita dibayangi oleh teori dan bayangan di pikiran kita. Secara faktual, spiritualitas itu sesuatu yang sangat sederhana. Spiritualitas tentang merasakan keberadaan yang nyata pada setiap tarikan dan embusan napas dan menyadari keberadaanNya di relung jiwa sebagai Diri Sejati. Ini tidak membutuhkan teori bermacam-macam. Banyak yang belum sampai karena kebanyakan mikir, kebanyakan teori.

 

Workshop Mahadaya ‘The Christ Consciousness
Wedaran oleh Setyo Hajar Dewantoro
Lampung, 20-21 Februari 2021

Share:

Reaksi Anda:

Loading spinner
×

Rahayu!

Klik salah satu tim kami dan sampaikan pesan Anda

× Hai, Kami siap membantu Anda