Skip to main content
Christ ConsciousnessKesadaran KristusSetyo Hajar DewantoroSpiritual

Kesadaran Kristus Memutus Roda Samsara

20 February 2021 Setyo Hajar Dewantoro No Comments

Kesadaran Kristus terkait dengan keberadaan inkarnasi atau penjelmaan sosok jiwa agung yang disebut The King of Sikarayana. Jika kita betul-betul masuk ke dalam keheningan, kita akan mengerti bagaimana terjadinya satu Universe yang menghimpun banyak galaksi. Galaksi menghimpun banyak tata surya. Universe muncul dari kekosongan absolut, melalui mekanisme ledakan kosmik atau big bang. Yakni, ketika energi yin dan yang mengalami penyatuan. Pembahasaan ini tidak hanya ada di Jawa, tapi di berbagai tradisi.

Universe yang ada tidaklah tunggal. Ada salah satu Universe, yang bukan kita tempati ini, dimensi tertingginya disebut Sikarayana. Tokoh atau sosok yang bertakhta di sana disebut The King of Sikarayana. Beliau sering berinkarnasi. Dan, sosok inkarnasinya disebut sebagai Kristus. Salah satunya Yesus, namun bukan hanya Yesus.

Di Universe yang kita tempati ini, dimensi tertingginya adalah Shangrila. Yang bertakhta di sana dijuluki Sang Hyang Batara Wisnu. Pernah berinkarnasi sebagai Sri Krishna dan lainnya. Bahkan, dimungkinkan jika dalam satu tubuh diisi oleh dua jiwa agung sekaligus. Asal kita mau membuka diri terhadap realitas kosmik.

Pada kali ini saya digerakkan kembali untuk mengungkapkan ajaran kesadaran Kristus karena ini momen yang tepat untuk mengajak orang-orang kembali pada kesadaran Kristus. Di tengah situasi ekstrem, kita butuh gerakan penyelamatan. Gerakan penyelamatan ini berdasar pada keterhubungan yang konsisten kepada Roh Kudus dan sikap setia total kepada Sang Bapa. Dasar inilah yang disebut kesadaran Kristus. Orang yang konsisten dalam kesadaran Kristus akan jadi Juru Selamat, baik bagi diri sendiri maupun banyak orang. Semakin banyak orang yang berkesadaran Kristus, maka akan semakin besar peluang peradaban manusia terselamatkan. Bumi pun bertransisi dari masa kegelapan ke masa terang. Bahasa sanskritnya perpindahan dari zaman kaliyuga menuju zaman satiayuga.

Apakah kesadaran Kristus secara kolektif mungkin terjadi?

Semua mungkin terjadi karena semuanya ada pada wilayah probabilitas, bergantung pada kita yang menjalaninya. Keterpanggilan Anda semua di sini mengindikasikan bahwa Anda punya jatah untuk mewadahi kesadaran Kristus. Untuk tumbuh secara paripurna, itu kembali pada pilihan Anda. Yang pasti sudah dibukakan jalannya.

Bagaimana dengan keadilan kosmik? Apakah selalu adil?

Kita berangkat dari kasus-kasus yang nyata. Situasi saat ini adalah manusia dibatasi dengan banyak peraturan, ditakuti informasi yang tidak realistik, bahkan diberi manuver yang memang bisa membahayakan manusia. Secara faktual, ada yang celaka dan ada yang selamat.

Mengapa nasib orang bisa berbeda-beda?

Itu kembali pada karma pribadinya. Tidak mungkin salah Matematika Semesta. Bagaimana kita bisa selamat dalam situasi yang seperti ini? Pada kondisi eksternal, kita memang tidak bisa kendalikan secara penuh karena ada banyak variabelnya. Tetapi, kita bisa memastikan keselamatan diri sendiri dengan membuat medan energi kita jernih dan bersih. Kita konsisten di dalam keheningan, terus menerus menjernihkan jiwa dan raga. Hidup setia di dalam tuntunan Roh Kudus. Selalu setia menjalankan kehendak Tuhan. Itu adalah jalan keselamatan.

Kenapa ada anak-anak yang menjadi korban kejahatan orang dewasa? Jika dinalar, ini tidaklah adil.

Jika kita melacak perjalanan jiwanya, kita akan mengerti bahwa ia terlahir membawa beban karma yang berat akibat kejahatan di masa lalu. Ia berpotensi untuk menjadi korban kejahatan pada saat ini. Jika ada penguasa yang waras, warga yang seperti ini diayomi agar bisa belajar secara damai. Negara mestinya mengerti bahwa ada warganya yang rentan dijadikan korban, maka hendaknya dilindungi agar mereka bisa belajar terus sampai dewasa dan memperbaiki kesalahan di masa lalu. Jika tidak mengerti, yang berkuasa ikut bertanggung jawab. Sebab merekalah yang punya kuasa untuk mencegah, mengusut, dan meminimalkan resiko. Jika tidak disadari, hal ini akan terus berputar. Mereka akan bergantian menjadi korban pada masa depan.

Belajar spiritual itu memutus roda samsara/sengsara. Ketika kita ada dalam kejernihan dan kemurnian, kita bisa melewati ini semua, tidak dikorbankan atau mengorbankan. Ada di dalam kebahagiaan surgawi, tanpa merugikan siapa pun.

Kajian Mahadaya ‘The Christ Consciousness’
Wedaran oleh Setyo Hajar Dewantoro
Surabaya, 11 Februari 2021

Share:

Reaksi Anda:

Loading spinner
×

Rahayu!

Klik salah satu tim kami dan sampaikan pesan Anda

× Hai, Kami siap membantu Anda