Skip to main content
Spiritual

Kesadaran Tentang Pengkhianatan

2 April 2021 Setyo Hajar Dewantoro No Comments
Kesadaran tentang penghianatan

Saat kita bisa menghubungkan pikiran dan Rasa Sejati, kita bisa mengetahui realitas yang tersembunyi (Jawa: Waskita). Maksudnya, kita bisa menjangkau realitas yang melampaui panca indera, bahkan membaca kondisi kejiwaan seseorang. Saya yang sudah terlatih mendayagunakan Rasa Sejati mengetahui realitas jiwa seseorang yang sudah merdeka atau tebal-tipisnya luka batin. Ini adalah isu yang harus segera dituntaskan dalam pembelajaran spiritual kita.

Luka batin bisa muncul dari rasa bersalah yang parah. Seseorang yang membuat kekeliruan di masa lalu, menyesalinya sehingga membenci diri sendiri. Ada yang merasa tragis karena nilai-nilai idealnya tidak tercapai sehingga terjebak pada rasa bersalah. Ada pula yang dipenuhi amarah, dendam, dan kecewa sebab merasa dikhianati oleh seseorang. Laku spiritual memastikan semua bentuk luka batin bisa diselesaikan.

Gambaran energi orang yang masih memiliki luka batin terlihat pada tubuh halusnya yang bernoda. Cara membereskannya dengan diawali oleh kemantapan atau kejelasan secara kognitif, membenahi pikiran sadar atas peristiwa yang terjadi. Lalu, mendayagunakan energi Ilahi untuk menyembuhkannya.

Bagaimana melepas rasa dendam akibat pengkhianatan seseorang?

Sadari bahwa segala peristiwa tragis yang terjadi ditarik oleh diri sendiri. Peristiwa datang mengikuti frekuensi dari vibrasi energi Anda. Kesadaran Anda menarik orang-orang tertentu datang dalam kehidupan Anda sehingga Anda bertemu dengan orang yang tidak selaras dan melukai Anda. Medan energi Anda yang menunjukkannya. Jika hal itu terjadi, terima saja. Itulah resiko Anda. Jangan menyalahkan Tuhan, apalagi orang yang melukai Anda meskipun dia memang bersalah. Fokuslah pada yang betul-betul diharapkan, yakni terlepas dari rasa bersalah dan mendapatkan kebahagiaan sejati. Tanpa melepas rasa bersalah, beban Anda tidak akan berkesudahan. Terimalah peristiwa yang paling pahit, tidak perlu menyalahkan, lalu maklumi bahwa itu mungkin terjadi. Bersamaan dengan hal itu, sadari bahwa memelihara rasa sakit tidak berguna kecuali memelihara penderitaan.

Tekadkan dengan kuat untuk bisa melampaui itu semua dengan cara memaafkan tanpa syarat. Secara teknis Anda harus memasuki keheningan. Siapa pun Anda, bagaimana pun kondisi Anda, sejatinya Anda selalu dikasihi oleh Tuhan. Kasih Tuhan tidak pernah beranjak dari kehidupan Anda walaupun Anda sering menyakiti hati orang lain. Maka, belajarlah untuk mengasihi orang lain dengan tanpa syarat. Sadarilah dalam setiap tarikan dan embusan napas, ada pengampunan yang nyata dari Tuhan.

Jika Anda diampuni, jangan lupa mengampuni.
Jika Anda mau diampuni, Anda harus mengampuni.
Supaya Anda diampuni, maka belajarlah mengampuni orang lain tanpa syarat.

Pilihannya, Anda ingin menemukan kebahagiaan sejati atau terjebak dalam penderitaan? Jika Anda masih memiliki argumentasi membenarkan luka batin Anda, maka Anda tidak akan tersembuhkan sampai kapan pun. Pengampunan tanpa syarat itu untuk semua keberadaan, tanpa peduli perilaku yang menyebalkan. Siapa pun yang pernah mengkhianati Anda, maafkan saja. Memaafkan adalah tentang diri Anda sendiri. Jika Anda tidak memaafkan, Anda yang akan menderita dan rugi. Sembari sabdakan agar semua orang menemukan jalan kebahagiaannya. Biarlah semua menemukan pembelajarannya masing-masing. Yang berkhianat akan menemukan buah yang pahit. Dan, dari kepahitan itulah seseorang belajar.

Anda lepaskan segala jeratan penderitaan Anda. Lalu, Anda peluk jiwanya sambil berkata, “Saya menerima apa pun yang kamu lakukan. Saya memaafkan kamu tanpa syarat. Saya memeluk jiwa kamu. Saya memancarkan kasih yang murni. Biarlah semua menemukan jalan kebahagiaannya.”

Baca Juga: Pentingnya Melepas Noda Dalam Diri

Jika Anda dikhianati, permasalahannya terletak pada diri Anda sendiri karena Anda culun/bodoh. Jika Anda cerdas, Anda tidak akan dikhianati. Jangan menyalahkan orang lain. Sebenarnya kita memaafkan diri sendiri atas keculunan diri sendiri. Sebab itu, jangan mau dibodohi lagi. Selalu waspada dan konsisten di dalam keheningan.

Lampaui konsep, “Kita harus berprasangka baik.”

Bersikaplah netral, eling lan waspada. Anda harus membaca orang dengan apa adanya. Baca ular sebagai ular, kelinci sebagai kelinci, jangan dibalik. Pahami semuanya secara apa adanya. Kepada yang licik, berwaspadalah. Kepada yang penuh kasih murni, merdekalah. Hanya ikutilah tuntunan Diri Sejati, tanpa prasangka baik/buruk. Bacalah realitas seseorang dengan apa adanya.

Peristiwa-peristiwa yang membawa luka, sejatinya membuat jiwa Anda bertumbuh. Kita ada dalam bingkai hukum Semesta, dualitas, sisi gelap dan sisi terang. Saat kita sakit hati, saat itulah kita bertekad mengobatinya lewat jalan spiritual. Berterima kasihlah, “Maturnuwun kamu telah mengkhianatiku. Dengan pengkhianatanmu, aku terdorong untuk menemukan jalan pencerahan.”

Baca Juga: Diri Sendiri sebagai Penentu Pencerahan

Jika Anda dengan sadar mengucapkan kata-kata tersebut, di dalam keheningan terhubunglah dengan Diri Sejati. Lalu, biarkan Divine Energy/Kuasa Ilahi benar-benar memancar dari relung jiwa, membasuh luka jiwa, memancar kepada orang yang tengah dimaafkan. Luka batin hanya bisa disembuhkan oleh kuasa dan kasih Tuhan yang mengejawantah menjadi tirta/banyu parwitasari (air suci Ilahi). Saat Anda hening akan ada getaran lembut yang menandakan berkerjanya Divine Energy. Maka, berpasrahlah. Biarkan segala luka batin disembuhkan.

Kepada siapa pun yang pernah membuat luka, kita maafkan dengan tanpa syarat. Kita terima dan maklumi semuanya.

Kajian Mahadaya ‘Menyingkap Rahasia Ajaran Adi Buddha’
Wedaran oleh Setyo Hajar Dewantoro
Yogyakarta, 20 Maret 2021

Share:

Reaksi Anda:

Loading spinner
×

Rahayu!

Klik salah satu tim kami dan sampaikan pesan Anda

× Hai, Kami siap membantu Anda