Ketidaksadaran atau ketidaktertuntunan oleh Diri Sejati, membawa kita kepada pengejaran terhadap kesuksesan ilusif yang justru membawa kepada penderitaan. Kita saksikan bersama, siapapun yang mengikuti egonya mengejar jabatan, kekuasaan dan kekayaaan, niscaya terjebak di dalam roda samsara. Jikapun ada yang menemukan kesenangan, pastilah hanya sesaat, tidak langgeng. Ujungnya susah juga.
Saat ini, secara personal, profesional dan finansial, saya dibilang telah sukses. Tapi semua yang saya raih bukanlah hasil mengejar. Sudah lama saya tak punya ambisi dan obsesi. Saya tidak pernah lagi mentarget apapun. Saya tidak pernah lagi mengafirmasi apapun agar keinginan egoistik saya tercapai. Tepatnya sejak saya menyelami esensi spiritialitas, saya tahu bahwa yang penting dalam hidup itu adalah berbahagia. Ternyata berbahagia itu tidak rumit. Pangkalnya adalah menyadari kasih murni dan anugerah yang nyata di dalam setiap tarikan dan hembusan nafas. Kelanggengan dalam kebahagiaan ini kemudian terealisasi saat diri semakin murni, terbebas dari segala luka batin, watak angkara, ilusi, jeratan dark force dan jejak dosa. Semakin tiada tirai antara pikiran, jiwa dan diri sejati, semakin mengalir deras energi bahagia dan damai yang sejati
Saya sudah bisa menikmati bahagia di sini dan saat ini. Maka saya bekerja atau berkarya bukan untuk mengejar sesuatu. Tetapi karena saya terpanggil untuk melakukannya, dan bahagia saat menjalaninya. Saya menulis, mengajar, mengembangkan aktivisme sosial politik, dan berbisnis, menikmati segenap prosesnya tanpa melekat pada hasilnya. Saya lakukan yang terbaik tanpa mentarget mesti begini dan begitu. Saya merealisasikan talenta saya tanpa berkompetisi dengan siapapun, yang ada hanya kolaborasi dengan semua jiwa yang selaras. Saya selalu puas, hidup dalam rasa terima kasih atas anugerah tanpa batas dan keajaiban yang selalu datang.
Sukses sejati adalah merealisasikan rancangan agung. Bukan mewujudkan keinginan egoistik dengan segala cara. Bagaimana rancangan agung? Tentu lewat keheningan yang konsisten. Diri Sejati menyingkapkan talenta dan missi kelahiran yang harus ditunaikan. Ikuti saja tuntunan Diri Sejati dalam segenap karya dan langkah, otomatis kita hidup dalam rancangan agung.
Jenis peran bukanlah penentu sukses sejati. Seorang petani bersahaja bisa meraih kesuksesan sejati sebagaimana seorang pebisnis besar ataupun negarawan. Kuncinya adalah peran itu memang sesuai talenta. Tidak semua orang bertalenta dan berjatah jadi pebisnis. Sangat konyol jika semua orang diprovokasi agar jadi pebisnis. Yang berbakat jadi pebisnispun tak semua berjatah menjalankan bisnis berskala besar. Ada yang jatahnya jadi pebisnis kecil dengan omset terbatas tapi dengan itu kebutuhan hidup tercukupi dan hidup bisa dinikmati. Sangat konyol juga jika semua pengusaha dimotivasi untuk jadi pengusaha besar dan mencapai omset tertentu karena dianggap itulah ukuran kesuksesan.
Hidup dan berkaryalah dengan memenuhi panggilan hati yang terdalam. Lalu pasrahkan kepada keadilan semesta soal isi dompetmu atau isi rekeningmu. Berkecukupan dan berkelimpahan itu bukan tentang punya uang banyak mengikuti ambisi egoistik. Bukan, ini tentang imbal balik yang adil dari semesta atas karya terbaik yang lahir dari ketulusan paripurna, yang membuat kita bisa memenuhi segala kebutuhan – dan bisa membantu siapapun yang berjatah kita bantu.
Tak ada orang yang layak dikatakan mencapai sukses sejati jika dia penuh keserakahan dan selalu dahaga untuk memiliki lebih banyak.
Sungguh, saya lebih muliakan tukang cilok atau tukang pentol yang tersenyum sukacita melayani anak-anak yang membeli. Ketimbang orang-orang kaya yang masih maksa jualan vaksin dan alat test penyakit anu itu. Mereka yang terakhir ini, bagi saya tidak lebih indah alias sama tidak berharganya dengan pocong-pocong yang sedang banyak berkeliaran di jalanan. Mereka itu pecundang sejati yang bikin malu anak cucu.
Reaksi Anda: