Sejarah secara tertulis atau lisan itu ada yang hoax atau palsu. Sejarah tertulis ada di manuskrip kuna, yakni tertulis di rontal/lontar (daun tal). Problemnya adalah yang dituliskan itu belum tentu merupakan kebenaran. Contohnya saat Anda membaca sejarah Nusantara dan menemukan nama Calon Arang, apa yang ada di dalam benak Anda? Apakah sosok yang manis dan lembut ataukah sebaliknya, sosok yang jahat dan pendendam?
Banyak penggambaran bahwa Calon Arang adalah sosok yang jahat dan pendendam. Dalam cerita sejarah yang tersebar, Calon Arang pernah sakit hati kepada Airlangga, Raja Kahuripan saat itu, sehingga ia membuat ritual khusus untuk memuja Dewi Durga. Ia membalaskan dendamnya dengan cara menciptakan wabah di kerajaan. Dan, terjadilah wabah itu.
Dalam cerita tersebut, ada tiga orang yang difitnah. Mereka adalah Calon Arang, Btari Durga, dan Airlangga. Calon Arang difitnah dengan melakukan ritual tertentu sehingga muncul wabah karena dendamnya. Btari Durga dianggap bisa memenuhi hasrat egoistik Calon Arang. Airlangga dituduh mengingkari janji, yakni tidak mau menikahi anak Calon Arang.
Kita perlu masuk ke dalam keheningan agar tidak terjebak dalam konsepsi apa pun, termasuk yang diatasnamakan lontar kuna. Sejarah yang ditulis dengan cara apa pun belum tentu benar. Semuanya bergantung pada siapa yang menulis dan kapan dituliskannya. Salah satu cara membuktikan kebenarannya tidak lagi menggunakan pendekatan akademik, tetapi betul-betul masuk ke dalam keheningan dan langsung terhubung dengannya. Dalam keheningan, kita akan tahu bahwa Btari Durga adalah sosok yang sangat cantik dan anggun. Beliau diberi anugerah kuasa peleburan karena beliau adalah Shakti dari Siwa.
Siwa pun sempat difitnah sebagai dewa perusak. Bukan begitu! Dalam rangka pemeliharaan jagad raya itu ada tiga kekuatan Ilahi yang merupakan satu kesatuan, yakni penciptaan, pemeliharaan, dan peleburan. Manakala ada sesuatu yang dilebur karena sudah tidak selaras lagi, maka kekuatan peleburan menjadi sebuah kebajikan. Di situlah istimewanya Btari Durga atau Dewa Siwa. Peleburan dilakukan bukan karena hasrat egoistik, melainkan karena gerak Semesta. Jika ada angkara murka yang menciptakan ketidakselarasan, maka harus dipulihkan dengan cara dilebur.
Calon Arang bukanlah sosok jahat. Beliau adalah sosok yang tercerahkan, seorang tantrik, pejalan Tantra. Justru Calon Arang dan Prabu Airlangga adalah sepasang partner kerja, bukan musuh. Ini adalah fitnah yang banyak terjadi dalam penulisan sejarah kita. Itu dilakukan terhadap banyak tokoh kita. Misalnya, Ken Arok dan Rahwana yang diidentikkan dengan karakter jahat, licik, penuh angkara murka. Di dalam keheningan, Anda akan mengerti bahwa karakter tersebut adalah hoax, tidak benar, fitnah yang dilembagakan selama ribuan tahun. Justru saat ini kita perlu menyingkap kebenarannya agar mendapatkan manfaat dari sejarah masa lalu dan belajar dari kebenaran tersebut untuk menciptakan kebenaran lain pada saat ini. Saya ungkapkan bahwa Calon Arang adalah sosok pertapa yang agung, hidup dalam kesetiaan dengan Diri Sejati.
Dengan mengungkapkan kebenaran ini sekaligus memberikan penjelasan, dapat dimengerti bahwa untuk mencapai kesempurnaan jiwa tidak membutuhkan label Tantra Pangiwo (kiri) atau Tantra Panengen (kanan). Yang penting adalah kita terhubung pada Diri Sejati. Lalu, jiwa dimurnikan, kesadaran menjadi murni. Kita tumbuh menjadi jiwa Ilahi. Lakunya yang sudah kita praktikkan bersama, yakni meditasi atau samadhi, dan seterusnya. Tidak ada komponen yang brutal, bengis, dan kejam.
Apakah Calon Arang adalah titisan dari Btari Durga?
Sosok-sosok di dimensi yang luhur jika mau bekerja secara efektif untuk menata jagad raya, haruslah memiliki wadah, yakni manusia. Hal ini dilakukan agar tidak melanggar hukum intervensi antardimensi. Manusia mempunyai urusannya masing-masing, tidak bisa dilanggar semena-mena oleh mereka yang ada di dimensi luhur. Pada masanya, Calon Arang adalah titisan dari Dewi Durga sehingga peran Calon Arang dulu layaknya peran Dewi Durga. Pada momen tertentu beliau harus melebur keangkaramurkaan yang ada. Partner Calon Arang pada waktu itu adalah Prabu Airlangga.
Workshop Mahadaya Tantra Yoga
Wedaran oleh Setyo Hajar Dewantoro
Yogyakarta, 3 Januari 2021
Reaksi Anda: