Ada orang-orang yang terpanggil untuk berbuat sesuatu bagi bumi ini. Mereka bekerja bukan sekadar untuk bertahan hidup. Bukan pula untuk memenuhi keinginan egoistik: demi kekuasaan dan kekayaan. Mereka menemukan bahagia dengan berkarya, memberi dan berbakti. Mereka bahagia jika ada manusia dan makhluk lain yang terbantu. Mereka bahagia jika bumi ini terpulihkan. Tentu saja sebagian mereka punya kekuasaan dan berlimpah secara finansial.
Mereka inilah yang kita sebut sebagai para light worker, pekerja cahaya. Mereka memilih untuk menjadi terang bagi dunia. Awal dari menjadi light worker adalah keterpanggilan, di sanubarinya ada kasih yang murni. Bidang kerja mereka merentang luas: gerakan penghijauan dan pemulihan hutan, penanganan sampah, penanganan krisis air dan kekeringan, teknologi tepat guna, inovasi di bidang kesehatan, pertanian dan pendidikan. Termasuk mereka yang berbagi kesadaran murni, merevolusi mental dalam arti sesungguhnya.
Idealnya, pekerja cahaya juga mulai mengalami momen kebangkitan spiritual, mulai tergerak untuk menemukan jawaban:
Apa arti hidup ini?
Apa tujuan kelahiran di bumi?
Darimana datangnya kebahagiaan sejati?
Idealnya, di fase lebih lanjut, pekerja cahaya juga bisa mengalami pencerahan, jiwa raganya termurnikan.
Dengan pengertian ini, tidak semua aktivis bahkan pekerja sosial bisa disebut sebagai light worker. Harus ada kasih murni, mesti punya watak non egoistik, baru seseorang layak disebut sebagai pekerja cahaya.
Sebagian pekerja cahaya ada yang bertransformasi menjadi light warrior atau ksatria cahaya. Karena menekuni keheningan, secara natural mereka dianugerahi kemampuan untuk melebur dark force dan saat yang sama, hatinya semakin murni. Mereka menjalankan peran dalam perjuangan melumpuhkan keangkaramurkaan di bumi. Di dunia nyata, mereka hidup sebagai pejuang kehidupan dan pejuang kemanusiaan yang militan.
Catatan penting, pekerja cahaya dan ksatria cahaya, bekerja dengan jiwa universal, tidak tersekat oleh kepentingan agama tertentu, suku dan ras tertentu, juga strata sosial tertentu.
Setyo Hajar Dewantoro
Reaksi Anda: