Pelajaran spiritual adalah pelajaran tentang mentransformasi jiwa. Ini bukan tentang menambah pengetahuan di kepala sehingga pandai berkata-kata indah. Ini tentang jiwa Anda yang ditransformasi total menjadi jiwa Ilahi. Ini tentang hidup Anda yang menjadi hidup yang surgawi. Tentu proses menuju keadaan tersebut perjalanannya sangat panjang. Jangan bayangkan sekali atau dua kali duduk bersila bisa mencapai rancangan Agung.
Transformasi jiwa perlu adanya konsistensi dan upaya terus menerus kapan pun dan di mana pun kita bisa melakukannya. Momen ini adalah akselerasi atau percepatan untuk menjangkau dimensi kesadaran yang lebih tinggi. Untuk membuat kualitas keilahian mapan dalam diri diperlukan latihan yang konsisten dalam kehidupan keseharian. Tanggung jawab dari diri Anda sendiri jelas dibutuhkan. Anda harus punya pilihan tegas untuk setiap hari metransformasi jiwa agar selaras dengan rancangan Agung Anda.
Proses menjadi jiwa Ilahi atau perwujudan kasih murni akan banyak tabir dan penghalang yang harus dilampaui. Setiap orang bisa berbeda-beda. Saya membahasakannya sebagai sisi gelap dalam diri. Sisi gelap itu bisa berupa jejak kesalahan di masa lalu. Selain itu, bisa berupa perwatakan-perwatakan angkara murka karena di masa lalu yang dibiarkan. Kita perlu terbuka dan jujur kepada diri sendiri. Kita perlu meluangkan waktu untuk mengenali sisi gelap dalam diri. Yang paling penting, kita siap menempuh perjalanan melampaui rasa sakit dan tidak nyaman ketika berusaha menyirnakan sisi gelap dalam diri.
Sisi gelap ini banyak macamnya. Ada kesombongan atau keegoan “aku” yang terlalu tinggi. Ada keserakahan, yakni mengejar lebih dari yang dimiliki. Ada kecemburuan, merasa diri kurang berharga sehingga muncul persaingan dengan yang lain, tidak nyaman orang lain lebih hebat dari dirinya. Dan masih banyak lagi.
Anda butuh kebesaran dan keberanian untuk menerima diri apa adanya. Tanpa adanya kejujuran dari diri dan keberanian menerima diri, semua sisi gelap tidak akan pernah dilampaui. Jika sisi gelap ini tidak dibereskan, maka seberapa lama Anda duduk bermeditasi, Anda tidak akan menjadi jiwa yang murni atau jiwa yang Ilahi. Ini adalah prioritas bagi kita semua.
Ketika kita bisa melampaui sisi gelap ini, maka kita dipastikan kembali menjadi jiwa yang murni. Jiwa yang murni inilah yang memberi kesempatan kepada benih keilahian dalam diri untuk muncul dan tumbuh sempurna. Saat tumbuh sempurna kita disebut sebagai jiwa Ilahi.
Sisi gelap menghambat benih keilahian tumbuh sempurna. Seringkali tumbuh, tapi mati lagi. Sisi gelap seperti racun. Seringkali kita terjebak dalam penderitaan karena sisi gelap dalam diri sendiri. Sisi gelap ini bisa menjadi celah masuknya kuasa kegelapan dari luar diri dalam segala bentuknya, baik iblis maupun siluman. Hal ini wajar karena jagad raya ini kumpulan dari berbagai dimensi keberadaan.
Tetapi, kita tidak bisa menyalahkan mereka tanpa bertanggung jawab atas diri sendiri. Maksud kuasa kegelapan itu adalah Anda yang memanggil dan menariknya secara sengaja atau tidak sengaja. Bertanggung jawablah bahwa segala sesuatunya kembali pada diri Anda.
Pastikan Anda tidak ada di dalam kesombongan dan keserakahan diri agar kuasa kegelapan tidak bisa menjerat jiwa Anda. Jika Anda menemukan momen ketembus itu hanya secara fisik saja, tidak sampai menjerat jiwa. Jeratan kuasa kegelapan itu terjadi jika Anda punya bahan bakarnya. Yakni, ego yang kuat, keserakahan, kegagalan diri untuk bersikap jujur kepada diri sendiri, dan seterusnya.
Sisi gelap bisa ada di semua lapisan kesadaran kita, yakni pikiran sadar, bawah sadar, dan tak sadar. Pikiran sadar korelasinya dengan memori jangka pendek. Jika sombongnya baru saja, itu ada di pikiran sadar. Jika benih sombongnya ditumbuhkan sejak remaja, ini ada di pikiran bawah sadar. Jika sombongnya dibawa dari kehidupan lampau, berarti di pikiran tak sadar sehingga melekat bersama DNA kita. Perjalanan jiwa terekam dalam DNA kita. Tentu saja proses pembersihannya bisa berkali-kali karena itu berlapis-lapis. Kita dibersihkan sampai murni betul.
Jangan heran suatu saat saat bermeditasi Anda merasa nyaman sekali seolah-olah sudah beres dengan diri sendiri. Tetapi, minggu depan atau bulan depan tiba-tiba sesuatu yang sangat menyeramkan dari diri muncul ke permukaan. Sisi gelap bisa ada dalam diri kita pada berbagai lapisan. Proses penyelarasannya biarkan terjadi secara bertahap. Seringkali muncul saat momennya tiba. Rumus semesta selalu ada momentumnya, tidak bisa dipaksakan. Hanya pada saat yang tepat kita bisa mengetahui sisi gelap diri ketika muncul ke permukaan. Ketika tiba, maka telah datang saatnya untuk membersihkan jiwa, kembali menjadi murni.
Berikut adalah pengakuan Gilang Agustiar mengenai pengalamannya menyadari sisi gelap dalam diri,
“Aku haru sekaligus bahagia. Dua hari kemarin sedang menghadapi sisi gelap yang ada di dalam diriku sendiri. Bahkan aku tidak sadar punya sisi gelap dalam diri. Ada momentum dibantu oleh Naufal (anak Guru Setyo Hajar Dewantoro). Aku suka lupa jika aku dan kita semua ini hanya wadah untuk kekuatan Semesta. Apa pun yang bisa kita lakukan dan apa pun hasil karya kita, itu bukan kita, melainkan Tuhan Yang Maha Esa itu sendiri.
Jangan sampai rasa kesombongan dari dalam diri bisa membuat kita lupa kalau kita memang hanya wadah untuk Tuhan Yang Maha Esa berkarya di bumi ini.”
Kesadaran penting yang tumbuh pada para pejalan spiritual sejatinya kita adalah wahana, sarana, dan wadah bagi Tuhan untuk berkarya di bumi. Segala mahadaya dan kemampuan sejatinya bersumber langsung dari Sang Sumber itu sendiri. Pada titik itulah, kita tidak perlu menjadi sombong dan angkuh. Pada faktanya kita semua dijadikan Tuhan sebagai wahana bagiNya untuk berkarya dengan banyak cara.
Mengapa saya selalu mengajak Anda semua untuk memurnikan jiwa?
Karena hanya pada jiwa yang murni inilah Tuhan benar-benar bisa berkarya. Karya Tuhan bisa terjadi pada siapa pun yang telah melampaui ke-aku-annya, memilih serba selaras dengan gerak Semesta atau kehendak Tuhan yang Maha Agung. Selama jiwa tidak murni, kita tidak akan pernah mengenali kehendak Tuhan yang nyata. Selama istana Tuhan ini kotor oleh ke-aku-an kita, maka Tuhan tidak akan bisa bekerja melalui keberadaan diri kita.
*Disarikan dari Kajian Mahadaya
Setyo Hajar Dewantoro
Bandung, 22 Agustus 2020
Reaksi Anda: