Pembelajaran spiritual mengajak kita melampaui segala ilusi, termasuk ilusi tentang Tuhan. Kita bergerak menuju pengertian yang sejati tentang Tuhan. Saat kita mengenali realitas Tuhan, kita mampu menempatkan diri sebagai manusia. Ilusi yang paling banyak berkembang adalah kehendak/ketetapan Tuhan. Banyak orang yang salah mengerti tentang kehendak/ketetapan Tuhan sehingga mereka tidak menjadi versi terbaik dari dirinya. Manusia yang terjebak ilusi tentang kehendak/ketetapan Tuhan, akhirnya terjebak dalam roda samsara.
Jika Anda betul-betul tekun masuk ke dalam keheningan, lalu menghubungkan pikiran dengan Rasa Sejati, maka realitas Tuhan sangat mudah dimengerti dan dapat ditemukan sendiri di dalam keheningan. Saat kita betul-betul hening, kita akan tahu bahwa Tuhan sejatinya adalah sumber dari segala yang ada. Tuhan sebagai kekosongan yang absolut (yang tanpa batas dan menjadi sumber dari segala yang ada). Jika kita sudah masuk dalam pengertian tersebut, maka kita tidak akan terjebak pada asumsi Tuhan adalah satu sosok yang terpisah dari diri kita.
Perkataan “kehendak/ketetapan Tuhan” yang seolah-olah terkesan ada satu sosok itu tidak bisa kita hindari. Kesannya kita hanya bisa mengikutinya dan segala nasib bergantung pada kehendak/ketetapan tersebut. Jika kita berangkat dari realitas Tuhan yang meliputi segalanya dan kita menjadi bagian dari yang diliputiNya, maka tidak ada keterpisahan antara manusia dengan Tuhan.
Pengertian antara Tuhan dan manusia termanifestasi dalam tiga hal, sebagai berikut:
The Law of Universe
Pengertian kehendak/ketetapan Tuhan yang nyata adalah the Law of Universe. Secara praktis, kita akan mengerti bahwa dari kekosongan absolut terus memancar/bekerja energi Semesta yang paling murni. Bersama energi Semesta yang paling murni itu ada kecerdasan tertinggi. Kecerdasan tertinggi mengejawantah menjadi hukum-hukum yang ada di Jagat Raya dan mengikat semuanya. Manusia yang tak terpisahkan dari keberadaan yang meliputi segalanya dan ada di dalam Jagat Raya itu tidak bisa mengelak dari the Law of Universe.
Salah satu the Law of Universe adalah hukum kausalitas (sebab-akibat dan tabur-tuai). Di dalam rangkaian the Law of Universe, setiap diri akan menuai apa yang ditanam dan setiap diri akan mendapatkan akibat sesuai dengan sebab yang diciptakan.
Rancangan Agung
Kehendak Tuhan dalam konteks manusia mengejawantah menjadi rancangan agung. Setiap manusia yang terlahir di bumi ini, sebagai manifestasi dari Sang Sumber, memiliki rancangan agung untuk mencapai kesempurnaan. Dalam mencapai kesempurnaannya, manusia perlu mengalami proses evolusinya.
Di dalam keheningan, mestinya Anda mengerti bahwa di dalam diri Anda ada yang disebut Seed of Divinity (benih keilahian). Esensi dari setiap diri adalah Tuhan sehingga rancangan agungnya menumbuhkan benih keilahian tersebut secara paripurna. Rancangan agung bagi setiap manusia adalah menjadi jiwa Ilahi.
Meski rancangan agung semua manusia menjadi jiwa Ilahi, namun terdapat perbedaan pada tataran praktis. Setiap manusia yang terlahir ke bumi sudah membawa data perjalanan jiwa di masa lalu sehingga detail rancangan agung setiap manusia bisa berbeda. Rancangan agung kita semua menjadi manusia Ilahi dan terlahir saat ini dengan latar belakang yang berbeda-beda. Rancangan agung setiap diri memang bisa berbeda-beda (peran dan jatah), tapi muaranya tetap sama.
Misalnya, peran saya saat ini adalah guru spiritual. Peran ini sesuai dengan sesuatu yang saya capai di masa lalu. Capaian tersebut membuat saya berpotensi menjadi guru spiritual. Ada pula yang rancangan agungnya menjadi petani untuk memulihkan tanah dan menciptakan swasembada pangan. Dan, ada banyak lagi peran yang lainnya.
Potensi mencapai pencerahan setiap manusia akan berbeda-beda. Sebagaimana kategori pencerahan terbagi menjadi Shanaya, Shamballa, Shangrilla, dan Shalala. Apakah kita semua dalam kehidupan saat ini punya potensi mencapai Shalala? Belum tentu karena titik berangkat setiap manusia berbeda-beda.
Rancangan agung setiap manusia adalah bertumbuh menjadi manusia Ilahi. Teknisnya pada kehidupan sekarang Anda mampu mencapai tataran yang lebih tinggi dari kehidupan sebelumnya. Misalnya, di kehidupan lampau Anda hanya mencapai dimensi 6 (dimensi yang terikat oleh roda samsara), rancangan agung pada kehidupan kini adalah mencapai dimensi 12 (Shanaya). Orang yang di kehidupan lampau pernah mencapai Shanaya, maka rancangan agungnya saat ini mencapai Shamballa. Yang dulu pernah mencapai Shamballa, maka rancangan agungnya saat ini adalah Shalala. Potensi yang berbeda membuat target output yang berbeda pula. Jika saya mendorong Anda mendapatkan pencerahan sesuai titik berangkat Anda, maka itu sangat realistis. Di kehidupan berikutnya, Anda bertumbuh lagi. Setiap diri memiliki rancangan agung untuk terus bertumbuh kesadarannya, terus berevolusi menjadi diri yang semakin tercerahkan.
Dengan memahami hal tersebut, maka tidak ada satu pun yang dirancang untuk menjadi penghuni neraka. Tidak ada orang yang dirancang sebagai perusak atau destruktor yang pada akhirnya menuai karma buruknya sendiri.
Diri Sejati/Guru Sejati
Agar setiap diri selaras dengan rancangan agung atau kehendak Tuhan, maka ia perlu mengenali dan mengerti tuntunan Diri Sejati/Guru Sejati. Saat kita setia kepada Guru Sejati artinya kita selaras dengan rancangan agung. Kita mencapai kausalitas untuk mencapai hasil yang selaras juga. Ini tidak mudah karena manusia punya kebebasan berkehendak (freewill). Manusia punya ego sehingga ia punya pilihan untuk mengikuti ego atau Guru Sejati. Setiap momen kehidupan adalah momen persimpangan untuk mengikuti ego atau Guru Sejati. Jika Anda konsisten mengikuti Guru Sejati, Anda berada dalam rancangan agung. Jika Anda mengikuti ego, Anda semakin jauh dari rancangan agung.
Setelah mengerti kehendak/ketetapan Tuhan dalam berbagai manifestasinya, manusia yang memiliki kehendak bebas (freewill) dapat memilih tujuannya untuk hidup di bumi ini. Berdasarkan freewill inilah dapat dimungkinkan bahwa manusia ada dalam kondisi yang berbeda-beda.
Manusia Biasa
Ada manusia yang memilih menjadi manusia biasa yang terjebak dalam roda samsara. Mereka terlahir menjadi manusia biasa yang repot dengan kehidupan keseharian. Bolak-balik lahir untuk menikmati sejenak keindahan dunia, lalu terjebak dalam kegalauan yang tak berkesudahan. Dan, mati menunggu hidup kembali untuk melakukan hal yang sama. Yang menciptakan kondisi tersebut adalah dirinya sendiri.
Manusia Destruktif
Ada yang memilih menjadi manusia yang destruktif sebagai manifestasi kuasa kegelapan. Manusia memiliki freewill , maka ia bisa hidup dalam watak angkara. Manusia yang konsisten dalam keserakahan dan ketiadawelasasihan, maka ia menjadi manusia perusak. Di kehidupan berikutnya, ia akan menjadi dark force. Namun, ada yang memang menjadi dark force tanpa pernah menjadi manusia sebagai proses yang panjang di alam jiwa. Namun, ada juga manusia yang berkali-kali diberi kesempatan hidup tapi memilih berwatak iblis, maka pada akhirnya di kehidupan berikutnya benar-benar menjadi dark force.
Manusia Berjiwa Murni dan Manusia Ilahi
Ada pilihan lain bagi manusia, yakni menjadi manusia yang berjiwa murni sehingga terbebas dari roda samsara. Mereka inilah yang bisa mencapai tataran Shanaya ke atas. Jika mereka terlahir kembali, sifatnya sebagai volunteer (sukarela). Mereka tidak terikat dalam siklus terlahir kembali sebagai reinkarnasi (tumimbal lahir). Mereka memilih menjadi manusia Ilahi yang menjalankan misi membangun bumi surgawi.
Kita ada di mana? Manusia biasa yang terjebak roda samsara? Manusia perusak sebagai manifestasi dari dark force? Manusia berjiwa murni yang terbebas dari roda samsara? Atau manusia Ilahi, pembangun bumi surgawi?
Jangan katakan itu sebagai ketetapan Tuhan. Menjadi iblis itu sebuah pilihan sehingga ada resikonya. Logikanya jika menjadi iblis adalah ketetapan Tuhan, tugas iblis menggoda manusia mesti membuatnya masuk surga. Itu juga bentuk kesetiaan kepada Tuhan, ‘kan? Sayangnya, itu jebakan ilusi.
Jika suatu saat ada manusia yang betul-betul terjebak dalam keangkaramurkaannya sendiri sehingga ia menjadi iblis (baru). Sebagai iblis, dia tetap punya Guru Sejati sehingga pasti ada momentum untuk tergerak kembali pada keselarasan. Salah satu prosedurnya, iblis (baru) tersebut bisa terlahir sebagai manusia sehingga ia bisa naik ke dimensi yang lebih tinggi menjadi malaikat/dewa-dewi. Inilah keadilan Tuhan.
Silakan Anda betul-betul menciptakan tekad kuat di dalam diri. Anda mau menjadi manusia biasa–hidup hanya untuk bertahan hidup dan selama bertahan hidup banyak galaunya. Lalu, ketika mati akan terlahir kembali dan terjebak dalam roda samsara. Atau Anda memilih menjadi manusia yang berjiwa murni sehingga terbebas dalam roda samsara. Lewat proses yang panjang Anda bertransformasi menjadi manusia Ilahi. Ketika terlahir ke bumi memiliki misi membangun bumi surgawi. Itu adalah hal yang harus Anda pilih.
Jika Anda punya tekad mencapai tataran Shanaya ke atas, maka jalan spiritual yang murni adalah satu-satunya pilihan. Sekadar belajar spiritual tidak akan mengantarkan Anda ke mana-mana jika Anda tidak mengerti realitas energi yang terkait dengan pelajaran spiritual.
Sekitar 90% lebih orang yang suka bermeditasi sama dengan mereka yang terjebak agama.
Silakan buktikan sendiri dalam keheningan. Sekadar belajar spiritual atau meditasi itu tidak akan mengantarkan Anda ke mana-mana. Bahkan, bisa mengantarkan Anda masuk ke dalam situasi penderitaan karena jiwa yang keruh. Untuk selamat dan mencapai pencerhaan, teruslah bertumbuh menjadi manusia Ilahi. Anda harus memilih jalan spiritual yang memastikan jiwa menjadi murni. Apa pun labelnya terserah, yang penting kenyataannya. Dengan betul-betul menekuni jalan spiritual yang murni, kita akan mencapai titik pencerahan. Memang butuh perjuangan yang berat, termasuk perjuangan untuk melampaui sisi gelap.
Sisi gelap ada di tiga layer. Manusia dilapisi oleh tiga layer kesadaran, yakni conscious mind, subconscious mind, dan unconscious mind. Yang paling luar ada conscious mind. Ia terletak di frontal lobe sebagai memori jangka pendek. Lapisan berikutnya ada subconscious mind sebagai memori jangka panjang. Kenangan masa kecil/remaja akan terekam di subconscious mind. Organ fisik dari data-data itu ada di hipotalamus. Layer yang paling dalam disebut unconscious mind. Data tersebut ada di sepanjang jalur tulang belakang, mulai dari modulla oblongata (tengkuk), tulang sumsum belakang, sampai tulang ekor. Isinya data jiwa di kehidupan yang lampau dan data dari leluhur kita.
Agar mencapai pencerahan, tugas kita membereskan semua layer sehingga kita betul-betul menjadi selaras terhubung penuh dengan Supraconscious mind atau Divine Consciousness. Setiap diri selalu terhubung, antara pikiran dan Diri Sejati tidak ada tirai yang menghalangi.
Proses yang berdarah-darah terjadi ketika melampaui sisi gelap yang ada di tiga layer kesadaran. Ada banyak bentuknya, yakni berupa luka batin, watak angkara murka, ilusi, jejak dosa, dan ketidakselarasan secara energi. Jika semua layer kesadaran sudah bersih, ia akan terus bertumbuh menuju tataran tertinggi, pencerahan Shanaya.
Harapan saya pribadi, Anda yang belajar kepada saya, minimal mencapai tataran Shanaya. Yakni, masuk ke dalam alam cahaya sehingga saat terlahir kembali nantinya menjadi volunteer. Ketika momentum itu tiba dan Anda penuh kesungguhan, itu adalah sebuah kepastian Anda mengalami pencerahan.
Retret Mahadaya ‘Melampaui Sisi Gelap, Merealisasikan Keilahian Diri
Wedaran oleh Setyo Hajar Dewantoro
Dieng, 26-28 Maret 2021
Reaksi Anda: