Skip to main content
Spiritual

Suwung: Ajaran Melampaui Agama

31 March 2021 Setyo Hajar Dewantoro No Comments
Meditasi Suwung

Ajaran Suwung mempunyai aspek kebenaran yang bisa diterima oleh semua suku dan bangsa. Para leluhur yang bijaksana mengahayati ajaran Suwung tanpa watak ekspansif, yakni mengharuskan penerapannya di setiap suku bangsa ini. Saat Anda menyelami ajaran Suwung, Anda akan menemukan benang merah/kesamaan esensi dengan semua ajaran spiritual yang populer di muka bumi ini. Ajaran ini akan ditemukan di tempat lain dengan bahasa yang berbeda, seperti Tao, Zen, Tantra, Kesadaran Kristus, dan lainnya. Isi ajarannya ialah melepas konsepsi/kepercayaan yang tidak realistis tentang diri, Tuhan, dan Alam Semesta Raya hingga menemukan kebenaran sejati dan kesadaran murni.

Manusia yang langkahnya dipandu oleh asumsi yang keliru atau kepercayaan yang tidak realistis pasti akan menuai karma buruk. Hidupnya menjadi tidak selamat. Setiap orang yang mempunyai tekad kuat ingin merasakan kehidupan surga yang nyata, hendaknya tidak terjebak oleh konsep atau pikiran yang tidak realistis. Selain itu, tidak tenggelam dalam kepercayaan yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya. Kita harus mendapatkan pengalaman otentik untuk mengetahui kebenaran sejati.

Kita dibiasakan mempunyai asumsi bahwa Tuhan adalah sosok yang harus disembah, Tuhan memutuskan segala sesuatunya sesuka-sukaNya, dan manusia tidak bisa menolak. Hal tersebut termanifestasi dalam keseharian, “Nasib manusia itu terserah Tuhan. Kita hanyalah wayang. Apa pun yang terjadi sudah ditetapkan. Semuanya kehendak Tuhan. Kita hanya menjalankannya.”

Ucapan tersebut “terkesan” benar. Tapi, kalimat tersebut muncul dari asumsi yang tidak realistis sebagai manifestasi ilusi yang tertanam kuat di pikiran. Kita harus mempunyai pengertian yang tepat tentang Tuhan agar kita bisa menjalankan kehidupan dalam kebenaran sehingga tercapailah keselamatan.

Akar dari ilusi tersebut adalah kita kadung (terlanjur) dibuat percaya bahwa Tuhan adalah sosok yang ada di luar diri. Manusia seperti wayangNya sehingga digerakkan sesuka-sukaNya. Ini adalah persepsi yang salah. Ajaran spiritual mengajak Anda untuk membongkar konsep tersebut. Anda diajak menyelami keheningan hingga Anda menemukan bahwa kebenaran tidak berdasarkan pada kepercayaan apa pun.

Meditasi Suwung

Gambar Meditasi Suwung

Dalam keheningan kita akan mengerti bahwa antara kita dan Tuhan sejatinya tidak pernah terpisah. Kita bisa menghayati sepenuhnya dalam setiap tarikan dan embusan napas ada kuasa dan kasih dari sumber realitas yang meliputi segalanya dan selalu melingkupi kita.

Dalam keheningan kita akan tahu bahwa sejatinya Tuhan yang tanpa batas adalah kekosongan absolut (Jawa:Suwung). Dia menjadi esensi dari segala yang ada, sekaligus sumber dari segala yang ada. Kekosongan itu menjadi esensi keberadaan kita, sekaligus Dia meliputi diri kita. Kekosongan itu menjadi esensi semua benda-benda Semesta yang ada, sekaligus melingkupi Jagat Raya ini secara keseluruhan. Dengan mengerti realitas tersebut, asumsi Tuhan adalah sosok di luar sana pasti terpatahkan. Konsep peribadatan menyembah sosok di luar sana jelas terpatahkan. Tidak diperlukan penyembahan kepada satu sosok yang ada di luar sana.

Baca Juga: Meditasi Suwung

Ajaran spiritual mengajak Anda menyadari bahwa Tuhan yang nyata sebagai keberadaan yang meliputi segala yang ada. Anda semua ada di dalam naunganNya. Di saat yang sama, sadari bahwa di dalam diri Anda ada keilahian. Anda semua adalah manifestasi atau pengejawantahan dari Tuhan. Anda mengerti bahwa Yang Ilahi bisa ditemukan dalam diri pada setiap Anda bernapas. Laku spiritual mengajak Anda menemukan takhta suci berada di ujung napas Anda. Tuhan yang nyata disadari dan dimengerti melalui firmanNya yang ada di takhta suci relung jiwa Anda. Sadari Tuhan sebagai sesuatu yang meliputi segala yang ada. Tuhan ada di dalam diri kita sebagai Sang Penuntun Agung. Laku spiritual mengajak kita supaya hidup dalam tuntunanNya melalui keterhubungan denganNya sehingga menemukan kedamaian dan kebahagiaan sejati.

Saat kita bisa menemukan Tuhan yang nyata di dalam diri kita, maka perlukah agama? Layakkah kita bertengkar gara-gara agama? Layakkah kita ribut karena klaim kebenaran agama tertentu?

Menerima kenyataan tersebut memang tidak mudah bagi Anda yang sudah dicekoki agama sedari dini. Jika ada konsep yang menyatakan bahwa seseorang tidak akan selamat tanpa agama, maka saya menantang Anda untuk membuktikan kebenarannya. Saat merasakan kasih murni Tuhan melalui jalan napas, perlukah agama tertentu? Butuhkan mengakui sesuatu tertentu terlebih dulu? Kenyataannya tidak, ‘kan?!

Label apa pun tidak ada hubungannya. Ajaran spiritual mengembalikan kita pada hal-hal yang dibutuhkan dan membebaskan kita pada hal-hal yang tidak dibutuhkan. Hidup kita menjadi penuh keselarasan. Ajaran Suwung yang ada dalam khazanah Jawa mengajak kita menyadari Yang Ilahi di dalam diri lewat jalan keheningan.

Dalam khazanah Jawa, ajaran Suwung dapat termanifestasi ke dalam teknik berikut:

Neng – Ning – Nung – Nang

Neng : Heneng – Meneng
Ning : Hening – Wening
Nung : Dunung
Nang : Menang

Neng-Ning-Nung-Nang adalah teknik agar Anda bisa mengenali keilahian dalam diri Anda. Bagi yang mengawali jalan keheningan yang perlu dilakukan adalah mendiamkan tubuh, membuat tubuh rileks. Diri dilatih untuk merasakan setiap gerak yang ada di tubuh melalui napas. Pikiran pun akan meneng (diam). Bukan tidak berpikir, melainkan fungsi pikiran digunakan sebagai pemerhati/observer. Hanya memperhatikan gerakan napas kita. Itulah keadaan hening, tenggelam sepenuhnya dalam momen kekinian dan terhubung kepada Yang Ilahi di dalam diri.

Meditasi suwung

Gambar Meditasi suwung

Saat kita bisa terhubung penuh secara konsisten, maka kita akan sampai pada kondisi wening (jernih). Jika Anda jernih, keilahian itu akan dunung di dalam diri Anda. Anda menjadi mapan/mantap di dalam keilahian tersebut sehingga Anda disebut sebagai jiwa yang menang atau selamat.

Untuk menjalankan ajaran Suwung tidak membutuhkan agama tertentu. Anda boleh menulis agama yang disukai di KTP Anda. Tapi, jangan terjebak pada keruwetan yang muncul akibat hal tersebut. Kembalilah kepada esensinya. Agama apa pun, konsistenlah untuk menjalankan laku heneng-meneng, hening-wening, sampai pada dunung dan menang. Esensi inilah yang harus dipegang teguh dan dihayati sepenuhnya. Jika ada sudah memasuki fase dunung, maka segenap pikiran, perkataan, dan tindakan mencerminkan tuntunan Agung Sang Roh Kudus atau Diri Sejati.

Keselamatan pasti terjadi.
Kebenaran pasti bisa diungkapkan.
Surga yang nyata pasti bisa dirasakan sepanjang waktu.

Inilah yang saya ajarkan kepada Anda semua. Ini pun yang ada dalam ajaran Tao, Kekristusan, dan lainnya. Dengan menyadari hal ini, semua tidak perlu merasa sebagai bangsa yang paling hebat karena yang hebat di sini sebenarnya juga hebat di tempat lain. Bersamaan dengan hal itu, jangan pula menjadi bangsa yang rendah diri. Kita perlu menyadari bahwa setiap bangsa memiliki tradisi agungnya masing-masing. Hal itu ada dalam DNA Anda, maka Anda perlu mengaktivasinya agar mengejawantah dalam keseharian Anda.

Segala konsep yang tidak analogi-manusia-dan-tuhan-seperti-wayang-dan-dalangnya akan terpatahkan, seperti konsep hubungan manusia dan Tuhan layaknya wayang dan dalangnya. Wayang tidak memiliki freewill (kehendak bebas). Manusia dan Tuhan ada dalam satu kesatuan, tidak pernah terpisah. Kita mempunyai freewill dan di dalam relung jiwa selalu muncul tuntunan agung. Pilihannya, apakah kita akan mengikuti ego atau tuntunan agung tersebut?

Nasib kita ditentukan oleh pilihan kita sendiri. Segala sesuatu yang ada di masa depan adalah probabilitas atau kemungkinan, bukanlah ketetapan Tuhan. Ketetapan Tuhan adalah hukum Semesta itu sendiri. Apa yang menjadi nasib kita adalah hasil pilihan kita sendiri. Hidup berdasarkan ego tidak menjadikan selamat. Hidup mengikuti tuntunan Roh Kudus pasti selamat.

Konsep relasi manusia dengan Tuhannya yang digambarkan seperti relasi wayang dengan dalangnya itu tidaklah benar. Untuk mengerti lebih lengkap, saya sudah pernah menjelaskan secara detail dalam Kajian Mahadaya di Surabaya.

Baca selengkapnya Tentang: Analogi Manusia dan Tuhan Seperti Wayang dan Dalangnya

Kajian Mahadaya ‘Menyelami Suwung – Ajaran Rahasia Jawa Kuna’
Wedaran oleh Setyo Hajar Dewantoro
Purwokerto, 21 Maret 2021

Share:

Reaksi Anda:

Loading spinner
×

Rahayu!

Klik salah satu tim kami dan sampaikan pesan Anda

× Hai, Kami siap membantu Anda