Jiwa kita merindukan kebahagiaan dan kedamaian sejati, yang bisa diraih saat jiwa kembali kepada realitasnya sebagai cahaya murni. Ini yang dinamakan sebagai bali marang sangkan paraning dumadi, atau moksa. Pencapaian realitas di atas hanya terjadi dengan menekuni jalan keheningan.
Menekuni jalan keheningan adalah melatih pikiran secara terus menerus agar terhubung kepada rasa sejati. Kita diarahkan untuk menyadari semakin utuh kemenyatuan dengan Sang Sumber Kehidupan, dan mengerti keberadaanNya sebagai Guru Sejati di dalam diri.
Buah dari keterhubungan dengan Guru Sejati adalah tumbuhnya kasih murni. Kita menjadi secara otomatis terbimbing untuk melampaui sikap egoistis.. Hidup menjadi bukan sekadar untuk bertahan hidup atau mengejar kesenangan, melainkan sebagai momen untuk merealisasikan missi agung.
Mereka yang telah terbimbing Guru Sejati tentu mengerti ada yang harus dikerjakan dalam kehidupan di bumi ini, terkait dengan upaya membuat bumi ini kembali menjadi tempat surgawi.
Dalam praktiknya, menekuni jalan keheningan bisa menjadi tak mudah. Semakin jauh berjalan, semakin kuat tantangannya. Selalu ada peluang kita berbelok jalan, atau berhenti dari proses menuju tujuan tertinggi. Persis seperti mendaki gunung, ada kemungkinan kita tersesat atau tergelincir ke jurang.
Untuk meminimalkan kemungkinan di atas, fungsi seorang Guru Spiritual menjadi penting. Dalam hal membantu siapapun untuk tetap berada di jalan yang benar dan selamat sampai tujuan. Tetapi, Guru Spiritual yang sesungguhnya justru juga tak pernah memaksakan apapun, hanya memberi tawaran bantuan atas dasar kasih yang murni.
Jika ada pejalan yang memilih untuk kesasar atau tergelincir, akan dibiarkan dan dilepaskan. Karena prinsip yang dipegang adalah mengasihi dengan murni, tanpa kemelekatan pada apapun dan siapapun.
Menjalankan missi agung, tentu ada resiko. Kita bisa mengalami serangan metafisik yang membuat badan sakit. Tapi ini memang konsekuensi logis dari watak dualitas jagad raya, itu pasti dialami semua yang berjuang menata kehidupan yang semakin selaras.
Justru mereka yang berkesadaran, menyikapi keadaan ini sebagai pemicu pertumbuhan jiwa. Segenap serangan metafisik dari makhluk dimensi 1 atau 2 diterima sebagai anugerah tanpa keluh kesah.
Tantangan terberat justru ketika tubuh pengetahuan diserang, file pengetahuan kita disusupi virus. Sehingga persepsi kebenaran menjadi terbolak balik. Bahkan Sang Pembimbing yang mengasihi dengan murnipun bisa dianggap sebagai orang yang tersesat, yang harus dijauhi atau bahkan dijatuhkan.
Inilah masa-masa kritis bagi setiap pejalan. Maka, semakin heninglah. Semakin murnikan jiwa dan raga Anda. Terberkati semua jiwa.
Saya mengasihi Anda semua, dengan tanpa syarat.
SHD
Reaksi Anda: