Ini adalah kata yang sangat populer dalam berbagai agama. Dinyatakan bahwa neraka adalah tempat bagi orang-orang yang melawan Tuhan, yang tidak taat pada ajaran agama dan amoral. Mereka yang relijius umumnya takut pada neraka. Semakin kuat gagasan tentang neraka ini tertancap di kepala, semakin terintimidasi jiwanya. Ada sebagian petinggi dan pemeluk yang percaya, bahwa neraka disiapkan bagi mereka yang punya keimanan yang keliru: yang tidak memanggil Tuhan dengan bahasa tertentu, yang tak percaya pada sosok tertentu yang dianggap suci. Pada kutub yang berlawanan, mereka yang agnostik, atheis, materialis, cenderung mentertawakan gagasan tentang neraka. Bagi mereka neraka hanyalah omong kosong, hanya gagasan untuk menakut-nakuti orang agar orang-orang tunduk pada hegemoni institusi agama dan petingginya.
Dalam perspektif spiritualitas, sesungguhnya seperti apa neraka ini? Apakah neraka benar-benar ada?
Saya menjawab issue ini berdasarkan apa yang saya mengerti di dalam keheningan, sesuai dengan apa yang ditangkap rasa sejati.
Pertama, neraka bisa kita pahami dalam konteks dimensi-dimensi yang ada di jagad raya. Kita saat ini ada di dimensi 5. Nah, ada dimensi di bawahnya mencakup dimensi 1-4. Saat seseorang meninggal atau terlepas jiwa dari tubuhnya tidak dalam kesadaran murni dia bisa terperosok ke dimensi 4 atau yang lebih rendah. Tentu saja, semakin rendah dimensi yang dimasuki semakin kuat penderitaan yang dialami. Jadi neraka dalam arti dimensi-dimensi jagad raya yang memancarkan aura kepedihan, derita, kemarahan, itu memang ada. Sama dengan adanya kahyangan sebagai dimensi jagad raya yang lebih tinggi.
Kedua, keterjerumusan seseorang ke dalam neraka tak ada hubungannya dengan agama yang dipeluk, tradisi spiritual yang dijalani, pakaian yang dikenakan, dan seterusnya. Pokoknya tak terkait dengan label. Ini semata-mata berkaitan dengan tingkat kesadaran spiritual, dengan kemurnian jiwa. Jiwa yang masih memendam marah, dendam, ketakutan, atau melekat pada apa yang ditinggalkan dalam kematian, secara hukum semestanya, pasti terperosok ke dimensi 4. Jadi sukma yang nglembara, atau arwah gentayangan – menghuni rumah kosong, jembatan, kebun bambu dan semacamnya, sampai menemukan jalan menuju dimensi 6 yang damai.
Jika Anda benar-benar hidup rasa sejatinya dan bisa menjangkau dimensi lain, akan mengerti realitas yang “menyeramkan”: banyak orang yang dianggap mulia, dianggap hebat, dianggap dekat dengan Tuhan, dianggap spiritualis, justru terjerat di dimensi 1 dan 2, dipenjara oleh makhluk dimensi itu yang menjadi mitra kerja atau kolaborator selama hidup (sering disebut prewangan, khodam atau sejenisnya). Kalau yang memang keji, haus darah, pembantai massal, tak aneh jika kita saksikan mereka ada di neraka berupa dimensi 1 dan 2.
Bisakah mereka yang ada di neraka ini diselamatkan? Membantu sukma nglembara tak begitu sulit. Yang sulit itu mengangkat yang ada di dimensi 1 dan 2. Tanpa ada ” modal karma” yang cukup, benar-benar sulit untuk menolong mereka. Kadang bisa diangkat sementara, lalu mereka terjerembab lagi ditarik oleh makhluk dimensi 1 dan 2 yang punya perjanjian dengan mereka.
Sebuah saran buat Anda: pastikan Anda tidak masuk neraka dengan memastikan tubuh emosi, tubuh energi, tubuh karma dan tubuh pengetahuan benar-benar jernih. Tuhan yang Maha Adil, tak bisa dirayu dengan doa jenis apapun. Demikian juga tak ada malaikat yang bisa disuap dengan cara apapun untuk mengubah matematika semesta. Jangan pernah gantungkan nasib Anda kepada orang yang Anda sangka bisa menolong sementara Anda sendiri juga tak tahu nasibnya. Bagaimana jika orang yang Anda harapkan menolong ternyata masih terjerat dalam derita berkepanjangan di dimensi 1?
Waspada…. Waspada… Waspada… Eling….. Eling…. Eling.
Baca Juga: SURGA
Reaksi Anda: