Mengapa banyak orang yang begitu susah melampaui sisi gelapnya? Mengapa ada orang yang begitu susah menyembuhkan luka batinnya? Mengapa ada orang yang begitu susah menghilangkan segala jejak dosanya?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kembalikan pada rumusan awal, yakni keheningan. Artinya, waktu yang dialokasikan untuk berhening belum memadai, walaupun tampak bermeditasi (duduk bersila). Ketika bermeditasi secara formal selama beberapa saat, memang akan ada perubahan. Tapi, perubahan itu ditimpa dengan ketidakwarasan yang muncul saat tidak duduk bermeditasi.
Contohnya, Anda bermeditasi ruwatan jejak dosa atau karma buruk. Dan, Anda bersungguh-sungguh melakukannya,
“Tuhan, saya betul-betul meminta pengampunan atas segala hal, atas ketidakselarasan yang pernah saya lakukan. Saya meminta maaf kepada jiwa yang pernah menjadi korban keangkaramurkaan. Biarlah dengan kasih murniMu semua diselaraskan. Biarlah di dalam momen keheningan ini, segala jejak dosa dibakar oleh api suci.”
Jika Anda sungguh-sungguh pada momen tersebut, pasti jejak dosa terhapus sehingga tubuh karma menjadi jernih. Tapi, setengah jam setelah itu, Anda mengomel lagi. Lalu, gunanya ruwatan untuk apa?
Yang harus kita lakukan adalah proses pemurnian jiwa ini berjalan secara terus menerus. Inilah yang membuat saya terus bertumbuh dari waktu ke waktu. Saya jarang duduk bersila jika tidak sedang mengajar dan memandu meditasi Anda. Saya hanya menikmati hidup saya, menikmati napas. Enjoy!
Dalam segala kondisi saya mendengarkan suara dari relung jiwa saya. Dan, saya hanya melangkah berdasarkan tuntunan. Bukan soal posisi atau mudra ketika duduk bermeditasi.
Kajian Mahadaya ‘Bangkit Jiwa-jiwa Ilahi’
Wedaran oleh Setyo Hajar Dewantoro
Bali, 24 April 2021
Reaksi Anda: