Malam ini saya hendak mengingatkan kembali, bahwa tujuan laku spiritual kita adalah mencapai Sangkan Paraning Dumadi. Ini tidaklah berarti kita melintasi jarak tertentu dengan anggapan Jiwa dan Sang Hyang Hurip itu terpisah. Sang Hyang Hurip selalu menjadi inti keberadaan sekaligus yang meliputi keberadaan itu.
Arti sesungguhnya dari mencapai Sangkan Paraning Dumadi adalah mencapai keadaan dimana Sang Jiwa menjadi murni sebagaimana esensinya yaitu sebagai sukma sejati. Kita berhasil memurnikan diri sehingga tubuh spirit kita menjadi realitas diri. Sukma sejati ini secara sederhana bisa dikatakan merupakan bagian dari Sukma Kawekas atau Sukmaning Jagad Agung. Sementara Sukma Kawekas atau Sukmaning Jagad Agung adalah manifestasi perdana dari Sang Hyang Hurip dalam gatra segara banyu kahuripan dan pluntar kahuripan.
Dalam gatranya yang ini, Sang Hyang Hurip telah mengada sehingga bisa dikenali tetapi tetap tidak terbatasi oleh ruang dan waktu. Baik sebagai segara banyu kahuripan maupun pluntar kahuripan, Dia meliputi juga seluruh jagad raya.
Dengan mencapai Sangkan Paraning Dumadi, jiwa tak menjadi sirna, tapi telah menjadi Diri Sejati atau Aku Sejati yang keberadaannya serba selaras dengan Kecerdasan Tertinggi dan Mahadaya yang menghidupi sekaligus menggerakkan jagad raya. Tak ada kemenduaan lagi di sini. Sang Jiwa telah mencapai keadaan dimana kehendaknya sama persis dengan kehendak Sang Hyang Hurip. Laku Sang Jiwa benar-benar merupakan lakuNya. Dayanya identik dengan Daya Sang Hyang Hurip. Inilah sejatinya Tuhan yang mempribadi.
Kepribadian tak sirna, hanya kepribadian itu benar-benar menjadi satu kesatuan dengan sumbernya, dan ini yang dijuluki loroning atunggil. Kasunyatan, karakter, daya dan kecerdasan dari Sang Hyang Hurip telah tercerminkan dalam satu pribadi. Artinya, Sang Jiwa telah menjadi “Tuhan yang mempribadi”. Inilah yang telah dicapai oleh Betara Wisnu dan Betara Syiwa.
Reaksi Anda: