Apa yang saya ajarkan sebenarnya sederhana, tapi memang banyak sekali yang sulit menjalankannya. Sungguh, tidak ada rahasia yang saya sembunyikan: hanya tentang hening selama kita melek. Praktiknya: selalu sadar penuh di setiap momen, porosnya adalah memperhatikan, merasakan, menikmati dan menyadari setiap tarikan dan hembusan nafas yang natural tanpa dibuat-buat. Dengan cara ini kita bisa mengerti kasih murni yang dilimpahkan Tuhan yang Maha Esa, tumbuh sikap bersyukur di sepanjang waktu. Selebihnya, kita sadari keberadaan Sang Diri Sejati di ujung tarikan nafas, kita menyadariNya sebagai sumber kasih murni, energi bahagia, dan tuntunan agung di dalam diri.
Saya tidak mengajarkan puasa yang berat; tidak ada kewajiban naik gunung dan masuk gua, tidak harus berendam di telaga tengah malam, tak ada ritual yang rumit berbiaya mahal menggunakan perangkat semacam minyak apel jin, tidak juga harus menyembelih kambing atau kerbau.
Tapi laku sederhana berupa hening ini sangat sulit dijalani; kebanyakan orang memang pikirannya liar, dan sibuk dengan segala hasrat egoistiknya. Banyak yang menyangka belajar spiritual itu ya memperbanyak pengetahuan; lupa dengan praktik hening yang konsisten untuk memurnikan jiwa. Banyak yang senang berlama-lama dan sering meditasi formal, tapi itu jadi semacam pelarian, malah tak berani menghadapi sisi gelap diri dalam hidup keseharian.
Siapapun Anda kalau membiarkan pikiran liar dan ego menguat, Level of Consciousness atau Tingkat Kesadaran pasti anjlok. Kalau kemudian mulai muncul ketidaktulusan dalam bentuk tumbuhnya segala pamrih egoistik, jiwa pasti tambah keruh. Kalau ambisi menguat sehingga mulai tergoda untuk berkompetisi, ingin diakui dan dianggap hebat, ya pasti ambrol yang namanya kejernihan diri.
Untuk bergerak maju dalam belajar spiritual, ketulusan itu kunci: jangan belok ke pamrih terselubung, tetaplah menuju kemurnian jiwa. Hasrat untuk meraih pujian, bermanuver untuk menunjukkan diri agar dianggap mampu, merasa harus mengalahkan orang lain – yang lumrah di kehidupan saat ini – justru harus dihindari karena itulah pintu gerbang kejatuhan spiritual.
Saya ingatkan kepada semuanya. Kembali ke jalur. Jangan terus ngelamun dan berkhayal. Bertumbuhlah bersama tanpa ada kompetisi. Jadilah semuanya sebagai nobleman/noblewoman dengan dasar kemurnian jiwa.
Hening itu sederhana, jika ada proses yang memedihkan ya diterima jangan kabur. Terima diri, kasihi diri, tapi bukan mengasihani diri lalu bikin drama tak bermutu. Bersukacitalah menikmati proses panjang menuju tataran Jiwa Ilahi.