
Perlu dimengerti bahwa tugas saya, selain memandu manusia agar menemukan kebenaran dan kebahagiaan sejati, juga menjadi penyangga kesadaran, maka otomatis energi saya bekerja membantu siapa pun yang sedang belajar keheningan – mekanisme ini disebut boosting energi. Anda semua mendapat limpahan energi yang mempengaruhi ruang kesadaran Anda dan Anda bisa teridentifikasi mempunyai level kesadaran dan tingkat kemurnian jiwa lebih tinggi ketimbang aslinya. Sisi gelap Anda tidak terbaca ada di ruang kesadaran, tapi dia ada di layer kesadaran yang lebih dalam menunggu dibereskan seiring dengan peningkatan kualitas dan kuantitas hening.
Sebetulnya boosting energi ini bisa jadi anugerah kalau Anda mau jujur pada diri sendiri dan konsisten bekerja sungguh-sungguh memperbaiki diri/memurnikan jiwa. Jadi, harus ada pengakuan bahwa level Anda sekarang hasil bantuan saya, dan Anda diberi kesempatan membereskan sisi gelap yang sebetulnya masih ada, tapi tidak terhitung di ruang kesadaran. Yang jadi masalah adalah kalau Anda merasa-rasa sudah tidak punya sisi gelap.
Rumus sederhananya, kalau Anda bisa konsisten di Level of Consciousness (LoC) 500 ke atas selama dua tahun stabil tanpa pernah turun dan trend LoC terus naik, maka boleh Anda menyatakan sisi gelap beneran sudah hilang. Tapi, kalau hanya icip-icip LoC tinggi dan selanjutnya sering turun naik kayak harga saham, itu penanda bahwa sisi gelap Anda masih banyak. Jadi, jangan merasa aman, lalu sembrono kalau mencapai LoC 500 ke atas hanya selama beberapa minggu, bahkan beberapa saat saja. Justru inilah momentum Anda membereskan sisi gelap yang selama ini tersembunyi.
Kalau tidak jujur pada diri sendiri, efek boosting dari saya pasti sirna seiring berjalannya waktu, lalu kesadaran Anda akan ambrol dengan sempurna.
Kenapa BOOSTING ENERGI harus terjadi? Itulah cara menyelamatkan nasib umat manusia karena nasib umat manusia tergantung tingkat kesadaran kolektif.
Efek boosting ini juga mencerminkan tabungan karma baik Anda. Kalau Anda tidak menjaganya dengan konsistensi laku hening, maka bisa dipastikan akan habis pada waktunya.
Setyo Hajar Dewantoro
29 November 2024
Refleksi LoC Rata-rata dalam 1 minggu terakhir diukur 14 Desember 2024: 460
Secara angka ada penurunan 10 dari evaluasi LoC Rata-rata seminggu di bulan lalu, tapi pengalaman pembelajaran terasa lebih padat. Yang paling mengena dalam satu minggu ini dan menjadi motivasi saya untuk mengubah sikap belajar saya adalah tidak bisa hanya terlena dengan angka LoC tinggi, lalu merasa sudah cukup dan tidak membereskan sisi gelap yang masih ada walaupun sudah ada boosting, karena justru adanya boosting bisa membantu proses pemurnian jadi lebih mudah dan cepat alias akselerasi asal boosting-an diperlakukan dengan tepat > jujur mengenali sisi gelap dan membereskannya.
Capaian LoC saya saat ini adalah hasil kombinasi boosting akibat keberadaan Mas Guru SHD dalam perannya sebagai penyangga kesadaran + usaha saya sendiri mempraktikkan laku hening.
Fenomena boosting ini bisa saya konfirmasi secara subjektif dengan berkaca pada kenyataan perilaku diri sendiri dalam keseharian. Satu momen saya bisa sangat bersyukur dan bersukacita pada kehidupan saya, tapi pada momen lainnya saya bisa sangat sembrono dan tidak bertanggung jawab pada diri sendiri saat sengaja memilih pikiran, ucapan, dan tindakan yang jelas-jelas akan membawa penderitaan. Perilaku yang terakhir ini sangat jauh dari cerminan manusia ber-LoC tinggi dan tugas saya untuk membereskannya.
Tulisan Boosting Energi SHD oleh pamomong Mbak Ay Pieta membantu saya memahami fenomena boosting ini, yang jujur sebelum bisa memahami dengan baik, respons pertama saya adalah, “Waduh..mengenaskan sekali ya saya sudah belajar selama ini, ternyata momen-momen bersyukur dan bersukacita yang saya alami belum permanen menjadi soft skill dan karakter saya.”
Respons pertama saya ini adalah cerminan dari ketidakbersyukuran, lalu setelah membaca berulang, meditasi formal dulu sebelum membaca ulang dan usaha merasakan napas saat membaca, muncullah pola pikir yang lebih selaras. Saya itu harusnya bersyukur dengan boosting ini karena saya bayangkan dengan segala sisi gelap penyebab penderitaan saya di kehidupan saat ini yang itu masih belum bisa saya bereskan secara tuntas, saya masih bisa diajak untuk mengalami pengalaman dimana sisi gelap itu bisa lho dilampaui, sisi gelap itu bisa lho dibereskan dengan laku hening, yang contoh bentuknya bisa beragam mulai dari penataan pola pikir saya dulu atas luka batin yang sedang muncul sampai kemauan untuk tidak membiarkan pikiran liar mengikuti gejolak perasaan yang merusak, hal ini yang mungkin dalam komunitas sering disebut sebagai kesempatan icip-icip pengalaman berkesadaran lebih tinggi. Masalahnya adalah pengalaman-pengalaman ini belum bisa konsisten saya praktikkan dalam setiap ujian praktik mengatasi sisi gelap, masih ada pilihan -pilihan untuk tidak hening yang membuat boosting tidak membantu akselerasi kesadaran. Lebih jauh lagi efek boosting-an masih belum termarterikan menjadi perilaku yang konsisten dan menjadi karakter.
Pembelajaran yang mengena lagi adalah tentang akselerasi kesadaran. Evaluasi parameter, sistem pembelajaran di PM, pamomong yang mempunyai pengalaman yang mendetail tentang sisi gelap manusia lalu mengatasinya dengan laku hening, semua ini buat saya adalah bentuk nyata dari fasilitas akselerasi kesadaran. Jika saya tidak mengenal ajaran SMSHD, jika saya tidak ada dalam sistem pembelajaran SMSHD di PM seperti saat ini, entah kapan saya bisa punya kesadaran dan kepekaan bahwa sisi gelap dalam berbagai bentuknya, dalam berbagai level kepedihannya, adalah sumber penderitaan saya. Entah kapan saya bisa paham dan peka bahwa ketidakjujuran adalah pangkal penderitaan saya, kemelakatan adalah penyebab kegalauan saya, entah kapan juga saya bisa peka bahwa rasa kasian yang tidak perlu adalah proyeksi luka batin dan bisa menyesakkan dada, pikiran yang liar bisa membuat sakit kepala, dan yang terpenting adalah entah kapan saya bisa mempunyai kemampuan untuk bersyukur atas kehidupan saya saat ini jika saya tidak mengenal ajaran SMSHD.
Pola pikir dan kesadaran seperti di atas kan susah sekali saya temukan di manusia pada umumnya yang tidak mempraktikkan laku hening ala SMSHD.
Refleksi boosting 08/03
Fenomena boosting bagi saya adalah kesaksian akan pengalaman Ketuhanan.
Karena ini bukan adegan seperti dukun yang sedang mengirimkan kesaktian seperti santet yang isinya dedemit dari alam bawah, atau adegan dukun penyembuh penyakit dengan instan yang jelas pakai energi demit, atau adegan dukun pengasihan yang bisa dilakukan kapan saja sesuai keinginan ego yang bisa dilakukan oleh manusia berkesadaran super rendah tanpa kemurnian jiwa.
Tapi, ini tentang menyaksikan anugerah Tuhan yang diturunkan melalui konektor seorang manusia berjiwa murni, dengan kesadaran sekian digit banyaknya, sehingga bisa menyalurkan energi kasih murni dari Tuhan yang sebesar itu, dan bisa menyelaraskan satu Planet Bumi berisi pendosa.
Menyaksikan energi kasih Tuhan yang hanya akan mengalir sepadan dengan besar kecil kesadaran manusia. Besar-kecil ‘selang konektor’ berbanding lurus dengan besar-kecil kesadaran manusia. Besar-kecilnya kesadaran manusia menjadi penanda besar-kecilnya kasih murni yang dimiliki. Oh, tentunya kesadaran ini adalah kesadaran otentik, ya, yang utuh dan berintegritas dalam ketepatan perilaku. Bukan kesadaran boosting yang kopong, seperti pasukan karbit yang songong dan hobi PMS.
Sudah enam tahun saya menyaksikan dan meriset fenomena boosting ini untuk pembuktian bagi pengetahuan diri yang sangat minim tentang metafisika. Membuktikan bahwa memang benar energi Tuhan hanya bisa hadir melalui sebuah ‘momentum’ gerak Semesta. Tidak bisa digerakkan oleh ego manusia, kapan hadir, bagaimana caranya, Tuhanlah yang menentukan melalui kinerja Hukum Kosmiknya. Manusia hanya bertugas memenuhi variabel matematisnya agar mampu menjadi kontributor dalam keselarasan Hukum Kosmik.
Saat ini saya sudah memahami bahwa saya pun turut menjadi ‘penyangga’ bagi kesadaran teman-teman. Di kala banyak yang berkhianat pun saya tetap bertugas untuk memberikan pengampunan dan mengasihi. Saya pun bertugas menjadi ‘agen konektor’ penyalur kasih Tuhan bagi yang berjatah, seperti halnya yang terjadi di siang hari ketika semua kejernihan ambles, tidak ada yang berhasil menghadapi tantangan dengan mandiri. Maka, sayalah yang berjatah untuk ‘membantu’, sebagai ujian praktik ketulusan di level selanjutnya. Saya bertugas menyalurkan bantuan yang sama besarnya bagi semua pihak. Namun, besar-kecil manfaat akan ditangkap sesuai besaran ‘jatah’nya masing-masing.
Saat terjadi momentum boosting spesial malam ini, saya sedang berada di sebuah resto dan tiba-tiba mengantuk, menguap tidak berhenti sampai berlinang air mata. Kemudian disusul dengan adegan rutin seperti biasa kalau terjadi boosting fantastis, yaitu merasakan dinamika energi yang aduhai dan fisik mulai terasa seperti tertiban tronton dengan size 3XL.
Sementara yang lain menikmati rasa enteng dan syahdu, ada juga yang bodo amat dan budeg, ada yang pura-pura merasakan, ada yang tidak nyaman karena sedang diselaraskan, dan lain-lain, beragam reaksi.
Kalau saya malah kebalikan, selalu terasa babak belur di fisik, tetapi tetap bersyukur menikmati apa adanya, karena sudah biasa, haha. Dengan pemahaman memang itulah jatah saya untuk ‘menjaga benteng’ agar yang lain bisa menikmati momen anugerah spesial ini, sebelum keburu expired. Berharap agar anak-anak ayam ini tidak terus-menerus menyia-nyiakan dan tidak melulu mencipta karma buruk karena mengkhianati anugerah ini.
Lalu, beberapa jam kemudian truk tronton pun berangsur-angsur reda perlahan digantikan rasa ngantuk super parah, lalu tertidur sambil tiada henti mengucap terima kasih.
Refleksi boosting 08/03
Sore saat saya dan tim band Pusaka Indonesia wilayah Jateng sedang latihan tiba-tiba pengen meditasi formal (medfor) sekitar pukul 16.30 WIB-an. Karena masih di tengah-tengah latihan, berusaha untuk tetap menyadari nafas sembari lanjut latihan musik. Latihan kami pun berjalan lancar dan jadi seperti mudah saja dapat aransemennya.
Pukul 17.50 WIB-an baru sempat buka HP dan baru melihat ajakan untuk medfor bareng yang sudah terlewat 1,5 jam yang lalu. Mumpung jatah latihan break, langsung ambil posisi untuk medfor. Di awal medfor sendawa berkali-kali dan baru mereda di tengah-tengah audio. Medfor kali ini lebih mudah membawa kembali pikiran untuk menyadari nafas, lebih mudah dari biasanya. Dan, di tengah-tengah medfor tiba-tiba muncul rasa syukur di hidup saya berkesempatan bisa terhubung dan ikut dalam asuhan Mas Guru dan terasa kasih murni dari Mas Guru maupun Mbak Ay. Setelah perjalanan dan sampai Solo baru tahu kalau ternyata ada boosting-an yg dilakukan untuk menyelaraskan Bumi.
Refleksi 8/3/25 dan kejernihan boosting
Terima kasih Gusti, Guru, Mak, saya masih berjatah ditopang boosting.
Bersyukur atas segala sesuatunya yang berjalan pada hari ini, mohon ampun juga masih banyak bolong-bolong hening hari ini.
Saat ada kabar boosting kejernihan, saya sedang proses record bersama rekan-rekan. Saat itu memang terasa ringan, flat saja menjalani prosesnya, berbeda dengan sore atau siang sebelumnya yang memang spaneng dalam berkegiatan latihan band. Sore saat ada ajakan medfor pun tidak kebaca oleh saya, karena sedang berlatih.
Saat jeda istirahat di jam buka puasa, baru buka WAG dan langsung minta evaluasi sebelum medfor, terbukti di angka 50%, relate dengan kondisi yang masih spaneng dan kemrungsung.
Lanjut ngrileks sambil informal mandi dan makan bareng anak istri, lanjut medfor. Belum sempat minta evaluasi lagi, sudah ada kabar boosting. Maturnuwun.
Pembelajaran hari ini dan beberapa hari sebelumnya adalah mengelola gap antara ekspektasi, peran tanggung jawab yang disematkan pada saya, terutama di persiapan pagelaran ini dengan kondisi realita diri dan rekan-rekan kerja.
Pada dasarnya masih kecolongan spaneng, rasa khawatir, kemrungsung, gemes, pakewuh, ini menandakan juga bahwa hening saya kendor.
Maturnuwun Guru, Mak, lanjut belajar lagi.
Refleksi boosting kejernihan
Yang saya rasakan perbedaannya, setelah mendapat evaluasi 90%, saya kebetulan pas siapin momen berbuka puasa untuk anak-anak, diniatkan untuk menyelaraskan diri sambil informal dulu. Setelah beres, baru lanjut medfor lagi audio pendek (Tao), selesai saya lanjut menikmati makan dan nyemil dulu, habis makan lanjut medfor lagi dengan audio pemurnian jiwa. Ada nyuuut sakit di gigi dan sakit kepala di tempat yang sama tadi sore disadari, cepat menerima, bisa bersyukur walaupun si rasa sakit tadi masih ada, rasanya tetep santuy. Maturnuwun Guru dan Mak untuk anugerah boosting-nya 🙏
Refleksi Kejernihan Boosting
Sebenarnya mau nulis refleksi agak bingung juga karena yang dirasakan bukan syahdu gitu, pas baca refleksi teman-teman, posisinya habis latihan akustik sama teman-teman di studio. Selama latihan, badan rasanya nano-nano, tapi semangat nggak padam buat latihan, rasanya mau nyanyi terus. Sampai malam gak berhenti, kodok-kodoknya dari yang sedang sampai besar.
Pas tahu ada boosting, medfor bareng lagi sama teman-teman. Rasanya badan masih sakit tapi ada bedanya, rasa sakit di badan kayak ada jaraknya gitu walau tipis banget (tapi kerasa). Sigel yang dominan muncul itu soal menghargai anugerah dan tidak menyia-nyiakannya, yang hal ini masih kadang saya abaikan.
Sampai rumah muntah, habis itu lega banget rasanya, seperti ngeluarin bonggolan sesuatu, entah apa. Habis itu medfor. Selesai medfor, masih terus putar audio Mas Guru sampai ketiduran.
Refleksi Boosting-an 8 Maret
Terima kasih Guru atas boosting-annya. Setelah kejernihan ambrol lagi ke 60% karena ambisi, saya cari momen untuk rileks dulu, cari tempat dan posisi. Di momen medfor itu berasa lebih santuy, rileks, walaupun suasana di sekitar yang berisik karena Kiel lagi nonton bola, nggak kedistrak, bahkan pas Dhista tepuk2 minta saya melek karena dia minta dikelonin bobo. Saya bisa santuy, nggak ngerasa ih tanggung lagi medfor. Sampai akhirnya selesai medfor, lihat Dhista yang rewel, saya bisa sabar buat baikin Dhista, beda banget sama situasi tadi siang yang kayanya gemes aja sama anak-anak ini karena nggak bisa dibilangin, tantrum. Duh, rasanya mau mites, aja. Terima kasih Mas Guru, Mbak Ay.
Refleksi boosting-an 8 Maret
Waktu cek kejernihan, badan nggak nyaman, dada berat, spaneng. Mau medfor lagi masih spaneng, mandi dulu. Lanjut medfor. Cek lagi masih tetep 40%, spaneng. Ambisi pengen cepet jernih. Lagi bikin jurnal, jeda baca WAG, ada boosting-an. Melipir medfor, pikiran lebih anteng, ada rasa syukur. Inget, gimana kemaren muncul males, spaneng, prasangka, pikiran liar, rasanya nano-nano. Ketika nggak jernih, nggak enak samsek, tapi seringkali masih abai, baal, nggak segera madfor, apalagi cek kejernihan. Nggak pernah ngelakuin karena jiper duluan. Ampun, Gusti. Makasih Mas Guru, Mbak Ay.
Refleksi boosting 8 Maret 2025
Kebetulan sore ini marathon kegiatan setelah giat demplot dan dapat skor kejernihan 40%, lanjut mlipir dan rehat sebentar untuk tugas solis mazmur di gereja dan pulangnya medfor lanjut bikin pesnab dengan istri.
Sore ini sempat bertanya, “Lho, kok gini ya melakukan kegiatan, berasa mengalir meski badan berasa pegel-pegel, tapi pikiran tidak sepaneng, nggak berdrama sama kondisi badan dan rutinitas debat anak dan istri, hehe.” Bahkan, makan pun dinikmati bener, enteng begitu saja, dan selalu sadar tiap ada colekan sigel. Matur suwun Mas Guru limpahan kasih murninya.
Refleksi kejernihan energi boosting 8/3/2025
Saat medfor bersama tadi sore, ada beberapa momen microsleep. Tapi, ketika tidak microsleep, fokus kembali menyadari nafas dan sabda pada audio.
Selesai medfor, rasanya kayak abis di-laundry, rasa yang sama seperti kayak abis medfor webinar. Again, kembali self-reminder atas dua hal: (i) angka ini sangat dinamis, bisa berubah-ubah dalam waktu yang singkat, (ii) paket tanggung jawab, tanggung jawab untuk beresin sisi gelap (sigel) dan tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas-tugas Semesta. Lanjut mengerjakan terjemahan buku “Tetap Bahagia Meski Hidup Tidak Baik-baik Saja”.
Hari ini sigel yang cukup dominan adalah soal otak cabul dan luka batin (karena bahasan buku “Tetap Bahagia Meski Hidup Tidak Baik-baik Saja” tentang dendam, memori saya auto ketarik ke memori bos saya yang dulu). Saya medfor 2x, termasuk untuk beresin sigel tersebut dan pasrah.
Rasanya lega setelah medfor, kayak curhat. Feeling netral juga terhadap sigel. Nggak yang berekspektasi sigel auto hilang, tapi nggak hanyut juga pikiran untuk ikuti angan-angan sigel.
Terima kasih Mas Guru dan Mbak Ay
Terima kasih mas Guru atas boosting-an energi penyelarasannya.
Setelah tadi disarankan Mbak Ay, saya coba merilekskan diri dengan dengarkan lagu-lagu sambil niatkan untuk informal, menikmati musiknya dan sesekali ikut nyanyi.
Saat di boosting tadi mungkin pas sedang makan. Rasanya lebih enteng, bisa menikmati momen (tidak banyak pikiran atau kepikiran harus ngejar target lekas jernih/ambisi), bisa menikmati apa yang sedang dimakan, jadi lebih ingat untuk sambil menikmati nafas dan bersyukur atas makanan yang sedang disantap malam ini.
Siap, dimanfaatkan untuk mlipir medfor lagi. Matur nuwun Gusti, terima kasih Mas Guru, Mbak Ay.
Auto-response, medfor dulu Audio Pemurnian Jiwa 2024, pukul 22.22–23.01 WITA, tadi pas kelewat medfor barengannya. Inget pesan Mbak Ay, kalau kena boosting itu justru banyak-banyak medfor, kesempatan beresin sigel, bersyukur. Medfor bukan cuma beresin demit. Jam segini bisa medfor dengan durasi sepanjang itu tanpa sliyut ngantuk itu sungguh keajaiban. Seger rasanya.
Bisa bersyukur yang mendalam (setelah berhari-hari rasanya cukup sulit, karena seringnya spaneng). Salah satu yang mampu aku syukuri dengan tulus adalah keberadaan kami saat ini di rumah ini. Saya berterima kasih dengan tulus pada Bapaknya Amala, karena tanpa peran dia dan pernikahan saya dengannya, rumah ini nggak akan bisa kami tinggali saat ini. Meminta maaf dengan sungguh-sungguh segala tindakan manipulatif yang saya lakukan, termasuk “meyakinkan” dia dulu biar mau beli rumah ini. Saya akui, saya sadari dalam banyak kesempatan selama kami menikah sayalah yang sering memanfaatkan kelemahan dia untuk kepentingan saya, pas bagian ini kodok-kodok brutal pun berhamburan. Lega rasanya akhirnya saya mampu dengan tulus meminta maaf sama dia (meski masih dalam hati dan menyapa jiwanya, one of the days at the right moment, definitely I will do that in person).
Saya menduga ini pasti efek boosting-an, karena terasa berbeda dibanding kondisi saya siang dan sore tadi. Setelah kegiatan di Rumah Pusaka Indonesia (RPI) Ubud hari ini, masih ada beberapa teman yang stay ngobrol, yang terakhir Novi baru balik hampir pukul 22.00 WITA, dan kami diskusi banyak hal. Pas ngobrol sama Novi itu cerah banget rasanya pikiran jernih, badan enteng, ide-ide mengalir lancar. Bisa ngobrol sambil ngerasain nafas, meskipun on-off ingetnya. Bisa diskusi dengan netral tanpa letupan-letupan emosi gemes, maupun prasangka. Banyak ide untuk mengoptimalkan potensi kader Bali yang belum tergali, apa yang bisa kita lakukan. Dan rasanya beda banget, diskusinya “ditongkrongin” sama ukiran lambang Garuda Pancasila yang nempel di dinding. Mengingatkan kami akan misi Pusaka Indonesia ini apa.
Sementara, ketika siang tadi masih terasa banyak gemes ketika berkegiatan bareng teman-teman di RPI. Baru kali ini rasanya saya on the ground, fully in charge sebagai PIC RPI dan harus mampu bersikap tegas menjaga koridor kegiatan agar tidak melenceng dari misi Pusaka Indonesia. Indikasi-indikasi penyalahgunaan fasilitas RPI untuk kepentingan pribadi sudah saya antisipasi. Meskipun kegiatan hari ini bisa kami jaga sesuai koridor dengan kerjasama yang baik dengan para koordinator program seni budaya dan Sigma Farming Academy, tapi saya pribadi masih banyak gemesnya (sigel sombong merasa lebih baik tentunya). Saya masih belum mampu menegur dengan kasih murni, karena saya sendiri masih keruh dengan sisi gelap (sigel).
Terima kasih boosting-annya Mas Guru, dijaga dan dimanfaatkan untuk beberes koleksi sigel membandel ini.
Selamat malam, terima kasih Guru, Mak.
Dapat bocoran Guru habis menyelaraskan satu Planet Bumi, habis telponan dengan Mbak Tya, menanyakan tentang Sanggar Seni Jogja, di sela-sela persiapan take bass Pak Ipong untuk isi keroncong.
Saya rasakan lebih mudah merasakan nafas yang keluar masuk, lebih bersuka cita menemani teman-teman berkegiatan sambil membuat desain Naga Emas untuk kaos.
Membaca tulisan Mak, lalu ada keinginan untuk mohon ampun sama Gusti atas semua kesalahan yang saya lakukan, meniatkan meditasi diiringi musik keroncong aransemen Pak Saptoyo dkk yang disetel. Lanjut menggambar, lalu ingat untuk segera refleksi, sadar sedang menunda, lalu memutuskan untuk segera menulis.
Matursuwun Guru 🙏
Matursuwun Mak 🙏
Terima kasih boosting-nya Mas Guru. Saya merasakan tiba-tiba tubuh yang awalnya meriang adem panas menjadi segar kembali. Baru tahu setelah buka WAG Sagrada Center, WAG penggemblengan para leader, bersyukur mendapatkan anugerah ini.
Rasa entengnya seperti setelah dipijat Mas Guru di tempat Pak Saptoyo. Oh, ini rasanya kejernihan 100%. Masih terus latihan biar ndak budeg dan amnesia, sehingga bisa aware saat kesambet.
Terima kasih Guru, terima kasih Mak.
Reaksi Anda: