
Saya sering membaca frase cantik tentang pengertian ‘Mindfulness’ melalui konten dan buku berkategori New Age. Yaitu, hidup dalam present moment, menikmati momen kekinian, menyadari saat ini di sini, here and now, power of now, time being, centered, dan seterusnya. Menjadi aware dan mindful terhadap apa yang terjadi di setiap momen, tidak terganggu oleh siklus pengulangan, baik bayangan akan masa lalu maupun kekhawatiran akan masa depan – memusatkan perhatian pada saat ini di sini.
Tentu saja saya tidak pernah mudeng apa maksudnya dan bagaimana praktiknya. Paling banter hanya dengan memberi jeda ketika menghadapi sebuah situasi yang tidak menyenangkan, berupa diam, menahan reaksi dalam durasi yang pendek, dan tak terasa signifikan dampaknya. Setelah itu sudah pasti kabur dan mencari distraksi kesenangan lain. Mengumpulkan rasa senang dan gembira sebanyak-banyaknya, agar dinamika terasa lenyap, dan berharap tidak perlu bertemu lagi dengan situasi yang sama.
Pengertian utuh dari hidup di momen kekinian, present moment, centered, here and now, baru saya pahami setelah menjadi praktisi ‘Meditasi/Hening Penjernihan Diri’. Di Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari, ternyata praktik mindfulness memiliki batas yang lebih tinggi karena bisa dilakukan sepanjang hari ketika melek. Hidup berkesadaran tidak hanya diciptakan sesaat saja, tidak hanya 30 menit, 60 menit, 120 menit saja, tetapi sepanjang waktu ketika masih bernafas, tidak tidur, dan tidak pingsan.
Melalui Seni Hidup ala SHD, saya diajarkan untuk menciptakan sepanjang-panjangnya, apa yang disebut dengan hidup dalam present moment, menikmati momen kekinian, menyadari saat ini di sini, here and now, power of now, time being, centered, dan seterusnya.
Untuk memiliki perhatian yang stabil menikmati momen kekinian (centered) dan present moment ternyata perlu latihan yang panjang. Latihan membangun kemampuan observasi netral berlandaskan kesadaran yang jernih. Dan, latihan yang akan membawa kepada keterampilan mensyukuri kehidupan, sehingga menjadi present moment dengan kualitas tertinggi. Yaitu, present moment yang disertai oleh rasa ‘Bersyukur yang Tulus’ dan penuh penghayatan, bukan hanya berupa konsep kognitif yang diucapkan saja. Present moment bisa banget dilakukan dengan ngedumel lembut, mengeluh halus, dan protes ringan. Bisa juga dilakukan dengan situasi batin yang lebih netral dan bersyukur, tapi hanya berupa ucapan, belum ada penghayatan. Bisa juga menjadi being present dengan penerimaan yang utuh sehingga muncul rasa syukur yang tulus.
Present moment bisa dilatih dengan ‘Menata Mindset atau Pola Berpikir’. Melatih diri untuk melihat hidup berupa gelas separuh isi, ketimbang gelas separuh kosong. Berlatih menyadari apa saja yang dimiliki dan bisa disyukuri. Berlatih menikmati dan menghayati setiap momen ketika melakukan pekerjaan dan aktivitas, tidak membiarkan hanyut dalam ingatan akan masa lalu dan khayalan akan masa depan.
Di ‘Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari‘, praktik mindfulness dilakukan sampai kepada kualitas paling mentok, yaitu praktik penyadaran yang disertai dengan penjernihan seluruh lapisan kesadaran.
Latihan bermeditasi/hening tidak hanya berupa ‘Meditasi Formal’ saja, tetapi juga ‘Meditasi Informal atau Tapa ing Rame’. Tujuannya agar selalu berada dalam present moment yang utuh, lengkap dengan ketenangan batin yang disebut dengan meditative state sepanjang hari ketika melek. Present moment dilatih agar stabil dan berkualitas maksimal dalam durasi yang panjang sehingga berdampak positif bagi medan energi diri.
Dalam ‘Parameter Evaluasi Kualitas Meditasi/Hening’, angka minimal 10% menjadi benang merah keabsahan apakah praktisi meditasi telah mencapai kondisi meditatifnya atau belum. Menjadi mindful memang bisa dilakukan tanpa mencapai meditative state dengan parameter tertinggi. Tetapi, apabila ingin mendapatkan manfaat yang optimal dan awet berjangka panjang, maka lakukanlah meditasi/hening di mana saja dan kapan saja, selama masih ada nafas, tidak tidur, dan tidak pingsan. Praktik mindfulness dengan bermeditasi/hening penjernihan diri, tidak perlu melipir ke tempat sepi atau gunung keramat, tetapi berupaya menjadi mindful dan meditatif kapan saja di mana saja sambil berkegiatan apa saja. Proses berlatih yang membutuhkan konsistensi tidak bisa on-off apabila kestabilan mau dijaga untuk durasi yang panjang.
“Consciousness is everything. What you state, you become.” ~ Pure Consciousness
Ay Pieta
Pembimbing dan Direktur Persaudaraan Matahari
23 Juli 2025
Reaksi Anda: