Ini sungguh-sungguh perjalanan yang mendadak, tiba-tiba sangat kuat panggilan jiwa untuk pergi ke Vietnam, tepatnya ke Ho Chi Min City yang dulunya bernama Saigon. Tentu bukan karena saya butuh hiburan atau kurang piknik. Ini adalah bagian dari cara saya bekerja dan bertumbuh sebagai manusia. Tantangannya pun tak mudah karena saat hendak berangkat anak saya mendadak sakit cukup serius. Tapi saya terbiasa dengan crisis management. Ketenangan dan kesetiaan pada Sang Sumber Hidup pastilah membawa pada keselarasan, keselamatan dan keberhasilan. Selalu ada keadilan pada cara kerja semesta: saat kita patuh dan berserah diri total kepada Sang Sumber Hidup, maka Kuasa dan KasihNya bekerja menyelaraskan semuanya dan menggerakkan pihak-pihak yang terkait untuk bertindak secara tepat dan akurat.
Saya berada di Vietnam selama beberapa hari, 7-10 Agustus 2023. Langkah demi langkah di negeri Paman Ho itu saya jalani dengan mengikuti titah Gusti yang muncul dari relung hati. Beberapa tempat saya kunjungi antara lain Bu Long Pagoda di kawasan Ho Chi Minh City dan Hang Pagoda di Ba Dien Mountain sekitar 88 km dari Ho Chi Minh. Kesulitan dalam perjalanan ke beberapa tempat ini cuma satu: rata-rata supir mobil yang kita sewa tak bisa berbahasa Inggris dan jaringan internet hilang jika di luar Ho Chi Minh sehingga tak bisa gunakan bantuan Google Translate. Maka andalan pamungkas adalah bahasa isyarat dan bahasa hati.
Jadi apa oleh-oleh saya dari Vietnam? Kopi Vietnam dan makanan khas Vietnam khusus buat keluarga saya. Buat Anda para pembaca, saya berikan oleh-oleh berupa kata-kata yang membawa pijar kesadaran.
Para pembaca yang saya kasihi, saya adalah salah satu petugas semesta di Bumi ini. Tugas saya antara lain adalah mengunjungi tempat-tempat tertentu untuk membangkitkan mandala kuna yang lama terlupakan dan tertimbun energi egoistik manusia. Juga menyelaraskan tempat-tempat tertentu, lebih rincinya tugas saya adalah membebaskan kekuatan penjaga Bumi ymang lana terpasung oleh kuasa kegelapan.
Emang saya bisa menunjukkan SK penugasan? Jelas tidak bisa karena di langit tidak ada printer dan juga gak ada laptop untuk ngirim email. Tapi buktinya adalah tindakan saya: sangat sedikit orang seperti saya di Bumi ini yang pergi ke banyak tempat, mulai dari kawasan ramai di Singapura hingga danau butek banyak nyamuk di pelosok Ceko di Eropa Timur hanya untuk meditasi demi keselamatan umat manusia. Tak banyak orang di Bumi ini yang cukup gila untuk sering berpisah dengan keluarga, mengalokasikan tambahan biaya/pengeluaran dan meresikokan nyawa, demi tujuan yang bukan terkait dengan kepentingan diri sendiri (seperti ngalap berkah dan cari pesugihan).
Di Vietnam kali ini, jelas ada hal sangat penting untuk keberlanjutan dan keberhasilan perjuangan merealisasikan visi Bumi Surgawi. Ada momentum istimewa yang harus saya jemput berupa penyatuan kekuatan langit dan kekuatan Bumi. Sejauh yang saya mengerti ini momentum langka. Kalau Anda nggak mengerti ya wajar kan Anda nggak dapat notifikasi dari langit, sementara saya dapat notifikasi itu. Maka saya totalitas mendayagunakan momentum ini. Saya hening berserah diri total di waktu yang tepat dan di tempat yang tepat juga di Vietnam, maka terjadilah rancangan agung. Kita bicara dari sudut pandang energi; pada momentum ini saya dianugrahi kuasa/kekuatan yang meluaskan kapasitas pribadi saya; yang memungkinkan saya bekerja lebih efektif dalam mematerialisasi semua gagasan agung tentang negeri dan planet yang lebih harmoni.
Menyongsong masa depan, saya punya semangat perjuangan yang membara seperti semangatnya pasukan Paman Ho yang bisa mengalahkan pasukan Paman Sam di Perang Vietnam. Maka Anda semua yang telah bergabung bersama saya di Persaudaraan Matahari dan Pusaka Indonesia, akankah punya mentalitas yang sepadan? Akankah Anda betul-betul menumpahkan kemampuan Anda untuk berkarya dan bersumbangsih untuk kehidupan ini, dengan melampaui segala hasrat egoistik? Bisakah Anda totalitas berkecimpung di dalam perjuangan suci?
Saya punya visi yang indah tentang masa depan, tentang Indonesia Surgawi dan Bumi Surgawi. Adanya cukup banyak manusia yang mau menjalankan peran sebagai ksatria berhati murni pasti mendatangkan keajaiban.
Tatanan baru yang berkeadilan, kemerdekaan yang lebih otentik bagi seluruh bangsa, pasti terjadi. Namun kita harus memastikan bekerjanya kasih murni yang jadi kekuatan pelebur atas segala bentuk keangkaramurkaan: manuver pandemi baru demi jualan vaksin dan depopulasi, perang dan krisis iklim, provokasi perang dunia/perang nuklir, penghancuran hutan, penebaran perangkap hutan, penghisapan sumber daya alam di negara-negara Asia dan Afrika, dan lainnya. Saya sih selalu optimistik, karena sering melihat sinyal tak terpikirkan seperti munculnya pemimpin muda dari Afrika, Presiden Burkina Faso, Ibrahim Traore. Ia mendadak dekat dengan Presiden Rusia Vlafomir Putin, lalu bicara isu yang sama tentang bagaimana Dunia Barat ( baca: Pemerintahan Neokolonialis) selalu menempatkan negara-negara Afrika sebagai obyek neokolonialisasi.
Mari berjuang dan berkarya bersama mencipta keajaiban!
NB: Vietnam sejauh yang saya lihat adalah negara yang telah berkembang pesat secara ekonomi. Suasana di Ho Chi Minh, kota terbesar di Vietnam mirip suasananya dengan Jakarta. Ada kawasan yang terbilang kumuh seperti beberapa sudut Tanjung Priuk dan Jatinegara, ada juga yang tertata rapi seperti kawasan Sudirman dan Kuningan. Makanan di Ho Chi Minh enak-enak, aroma rempahnua kuat dan lalapannya segar-segar. Meski mata uangnya lebih rendah ketimbang rupiah, 1 USD = 23.000 Dong, biaya makan ya seperti di Jakarta. Kalau di restoran bagus ya sekali makan bisa 300.000 – 500.000 Dong. Kalau resto lebih sederhana bisa setengahnya. Dan yang sangat berbeda dengan di Indonesia, di Vietnam tak ada banyak berkibar bendera macam-macam parpol. Tak ada juga foto-foto politisi, caleg dan capres dipejengkan di pinggir jalan. Bisa jadi karena bukan musim pemilu, bisa jadi juga karena di Vietnam seperti di China cuma ada partai berlambang palu arit.